Cita-cita Eisa adalah menjadi seorang mafia disegani seperti sang Ayah. Namun, dia malah mengandung anak dari pewaris manja, yang sering dirisak saudaranya. Karena Eisa mengandung sebelum menikah, Eisa akhirnya diusir sang Ayah. Sementara orang yang...
"Apa yang kau tunggu? Cepat lakukan, kakiku pegal ingin segera duduk," gerutu Eisa.
Juan menyentuh kain di atas kepala Eisa, kemudian menariknya supaya terlepas dari kepala Eisa. Pria itu menyentuh dagu Eisa, kemudian berbisik, "Aku takut, aku tak bisa menahan diri, dan menciummu terlalu lama."
"Hanya satu kecupan saja. Cepatlah," pinta Eisa sembari menutup kelopak matanya.
Juan menarik sudut bibirnya ke atas. Dia mendekatkan wajahnya pada bibir Eisa. Sampai akhirnya, bibir keduanya kembali bertemu dalam ikatan pernikahan yang sah di mata orang-orang. Perasaan saat dicium sebelum dan sesudah menikah, dirasakan berbeda oleh Eisa.
Sebelum menikah, ada rasa takut dan nafsu yang tak bisa dikendalikan. Sementara setelah keduanya menikah? Eisa bisa merasakan lembutnya bibir Juan membelai bibirnya dengan penuh perasaan. Juan sudah memiliki Eisa sepenuhnya, dan dia tak perlu takut Eisa akan kabur dari jangkauannya lagi. Oleh karena itu, bibirnya masih setia membelai bibir Eisa, sampai akhirnya Eisa meremas jas yang dipakai sang suami.
Bibir keduanya terputus, meninggalkan rona merah di pipi Eisa, dan senyuman puas di wajah Juan. Tepat di hadapan semua kenalannya, Juan membuktikan dirinya berhasil menikahi Eisa. Pria itu tak malu, untuk menggapai tangan Eisa, dan mengajak Eisa untuk berdansa dan memamerkan kebahagiannya di depan semua orang.
"Juan, apa... apa... apa yang kau ingin lakukan? Aku ingin duduk diam saja," ucap Eisa.
Juan berkata, "Ini hanya sebentar, aku hanya ingin memamerkan dansamu pada mantan kekasihku."
Eisa mengingat saat Juan menunjukkan video mantan kekasihnya yang sedang berdansa dengan suaminya. Akhirnya Eisa mengangguk, dan melingkarkan tangannya di leher Juan. "Ibu hamil memang harus bergerak juga."
Juan tersenyum, dan menggapai pinggang Eisa. Pria itu membimbing Eisa untuk bergerak, mengikuti irama lagu yang mulai terdengar. Setiap langkah kaki, dan gerakan tangan Juan, disesuaikan dengan kondisi Eisa---yang saat ini sedang mengandung anaknya. Namun, batasan ini tidak menghambat gerakan keduanya dalam menari. Sampai akhirnya seluruh mata tertuju pada Juan dan Eisa.
"Aku tak percaya, Juan bisa move on dari mantan kekasihnya itu."
"Siapa istrinya Juan?"
"Aku belum pernah melihatnya."
"Wanita itu terlihat asing, tapi terlihat akrab juga."
"Apa aku pernah melihatnya?"
"Tarian mereka seirama, tampaknya mereka sudah berlatih cukup lama."
"Hei, ada yang mengatakan jika wanita itu sebenarnya sedang mengandung!"
"Hah?! Yang benar saja?! Juan menghamili wanita itu sebelum menikah? Orang seperti Juan?!"
"Pasti wanita itu menggoda Juan lebih dulu!"
"Dia wanita tak benar!"
Bisikan tamu undangan masuk lewat telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Entah kenapa, saat menari bersama Juan, Eisa melupakan beban pikirannya. Wanita itu terlalu fokus pada irama dan langkah kakinya dalam menari. Sampai akhirnya, Eisa menyelesaikan tarian bersama Juan, dengan Juan yang mendekapnya dari belakang. "Kau menari dengan sangat baik," bisik Juan.
Eisa tersenyum kecut, dan memberitahu, "Ini karena anak dalam perutku tahu, jika ayahnya tengah merekam video untuk memanas-manasi mantan kekasihnya."
Juan tersenyum tipis, dan membalas, "Tidak perlu direkam, wanita itu ternyata datang ke acara ini, dan menyaksikan tarian kita."
"Apa dia cemburu sepertimu?" tanya Eisa penasaran.
"Entahlah, aku tak tahu isi pikirannya saat ini," bisik Juan.
Eisa mengernyitkan kening, lalu menatap ke arah kumpulan tamu yang sedang Juan amati. Setelah itu, Eisa bertanya, "Di mana mantan kekasihmu, aku ingin tahu seberapa cantik dia, sampai kau bersusah payah melupakannya?"
Juan berbisik, "Dia berada di depan meja besar. Wanita yang memakai gaun merah muda, dengan perut berisi."
Awalnya Eisa mengangguk, dan mengikuti arah pandang Juan. Namun, ketika matanya melihat langsung ke orang yang Juan tunjukkan, mata Eisa langsung memelotot lebar.
•••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.