23. Sisi Lain Alex

506 414 157
                                    

"Kupikir aku sudah mengenalmu, ternyata hanya sedikit dari dirimu yang ku tahu"




"Alex, bolehkan hari ini aku pergi kerumah orangtuaku" begitulah isi pesan Aisyah yang tertera di ponsel pria itu.

"Tentu saja, nanti aku akan menjemputmu setelah pulang kerja" jawab Alex. Membalas pesan wanita itu.

Alex menyandarkan dirinya ke kursi kerjanya yang besar berbalik mengarah ke jendela ruangan yang lebar. Pemandangan kota Jakarta terhampar dengan luas

Hah ... Alex menghembuskan nafasnya dengan kasar. Pikirannya melayang pada perkataan dokter beberapa jam lalu. Benarkah dia sungguh takut kehilangan wanita itu. Aisyah, kenapa gadis itu cepat sekali menumbuhkan rasa cinta dihatinya. Mantra apa yang sudah diberikan Aisyah padanya.

Bahkan hanya karena perasaan itu dirinya sampai berbuat konyol dengan pergi ke dokter. Hanya untuk memastikan kesehatan jantungnya yang saat ini semakin tidak terkendali jika berdekatan dengan wanita itu.

Apa jadinya jika Aisyah pergi dari kehidupannya? Apakah ia sanggup? Memikirkannya saja sudah membuatnya sesak. Memikirkan Aisyah bersama pria lain saja dirinya sudah tak sanggup apalagi jika sampai kehilangan wanita itu.

Ahh ... sudahlah, kenapa dia jadi memikirkan hal buruk seperti itu. lebih baik dirinya segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera menjemput Aisyah.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya Alex langsung bergegas keluar dari kantornya, awan sudah berubah menjadi gelap ketika Alex sedang melajukan mobilnya menjemput Aisyah. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.15 WIB ketika Alex sampai dirumah mertuanya itu

Tok ... Tok ... Tok ...

"Assalamualaikum" ujar Alex mengucap salam

Terlihat seorang wanita paruh baya yang membuka pintu. wajahnya sama persis dengan Aisyah.

"Wa'alaikumussalam, Alex kau sudah datang nak" ujar Kirana tersenyum sambil mempersilahkan menantunya itu masuk.

"Bunda,ini." Alex menyerahkan bingkisan yang sempat ia beli tadi saat perjalanan kesini. Menurut Alex sangat tidak sopan jika datang kerumah mertuanya hanya dengan tangan kosong. Walaupun dulu Aisyah pernah mengatakan tidak perlu membawa apa-apa. Tapi, tetap saja bukan dia harus bisa menjadi menantu yang baik.

"Ini apa?" Tanya Bunda

"Cupcake anda and cookies," jawab Alex

"Terimakasih nak, sekali lagi tidak perlu repot begini, tapi jika ingin membawa lebih banyak lagi pun tak apa,"

Alex yang mendengarnya tertawa geli

"Sudahlah Bunda hanya bercanda kok" ucap Kirana lagi

"Aisyah dimana bun?" Tanya Alex yang belum melihat keberadaan Istrinya itu

"Ohh. Itu, Aisyah sedang memasak di dapur. Kau tau, jika gadis itu kemari pasti dia akan selalu sibuk memasak berbagai makanan. Walaupun Bunda sudah melarangnya. Tapi sepertinya dia memang suka sekali bereksperimen menciptakan berbagai resep baru"

"Duduklah dahulu disini, kau pasti lelah bukan. Istirahatlah sebentar, nanti bunda akan menyuruh Aisyah membuatkanmu teh. Sepertinya hari ini cuaca sangat dingin" ujar Kirana sambil menatap keluar yang sedikit gerimis

"Bunda it-u, tak perlu repot, Lagipula Aisyah juga sedang memasak bukan" ujar Alex sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Biar bagaimanapun dia sedikit merasa tidak enak jika harus merepotkan Aisyah didepan mertuanya sendiri

"Sudahlah tak apa" ujar Bunda sambil berlalu meninggalkan Alex

Alex memejamkan matanya. Hari ini dirinya begitu lelah. Ada sedikit masalah di perusahaan sehingga membuatnya harus bekerja lebih ekstra untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bahkan setelah dirinya pulang dari rumah sakit tadi dia langsung buru-buru kekantor dan melewatkan makan siangnya.

FATED (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang