PROLOG

6.1K 262 15
                                    

April mop harusnya orang-orang pada ngeprank ya. Tapi aku beda sendiri saja deh. Aku mau kasi kejutan aja sama kalian.

Kejutannya adalah, hari ini dengan bangga aku mengumumkan bahwa lapak Gio resmi di buka.

Tapi masih cuma resmi dibuka aja dulu ya. Untuk lanjut, itu tergantung gimana respon kalian nanti.

Dan untuk karya aku yang lain, kalian tenang saja, aku nggak akan pernah berpaling dari karya lama. Aku pasti selesaiin juga itu, tapi semua ada waktunya masing-masing. Terimakasih.

Happy reading!







Tadi matahari masih sangat terik-teriknya, langit biru cerah tanpa awan, membuat setiap orang mungkin tak akan menyangka bahwa akan turun hujan saat ini.

Akhir-akhir ini cuaca memang tidak terprediksi. Syukur saja tadi Anin melaksanakan peribahasa sediakan payung sebelum hujan. Jadi saat ini tubuhnya terselamatkan dari guyuran hujan di tengah jalan.

Anin bernyanyi-nyanyi sambil melangkahkan kaki. Tapi jalanan becek tak beraspal itu sedikit membuatnya kesusahan. Terkadang sendal jepit yang ia gunakan akan tenggelam di lumpur dan mengakibatkan kaki-nya kotor. Tapi tak apa, ia sudah terbiasa. Sudah rutinitas Anin setiap hari berada antara rumah, jalanan setapak ini dan juga sawah.

Sejak sebulan yang lalu ia memutuskan untuk putus sekolah hanya untuk membantu Ayah dan Ibu-nya yang sudah tua, waktu Anin memang sepenuhnya hanya untuk pekerjaannya. Walau berat, tapi Anin tak pernah mengeluh.

"Huh..," Anin mendesah kecewa saat mendapati sendal jepitnya tiba-tiba putus.

Bukan apa-apa, sendal jepit itu baru ia beli seminggu yang lalu. Itupun setelah bersusah payah ia menyisihkan sedikit uang jajannya yang selalu diberikan Ayah. Dan sekarang, sendal itu putus hanya karna ia hampir tergelincir di jalan yang licin.

Anin menunduk, bermaksud untuk mengambil sendalnya untuk ia tenteng pulang. Sayang jika sendal itu ia buang, mungkin saja nanti sesampainya di rumah masih bisa di lem oleh Ayah.

Tapi sebelum itu, Anin mengingatkan pada dirinya sendiri, mulai besok setiap kali ia melalui jalanan becek saat hujan, Anin akan melepas sendal agar tidak putus lagi.

Akhirnya dengan kaki nyeker, Anin pun bermaksud untuk kembali melangkahkan kakinya. Hari sudah sore, sebentar lagi malam akan menyapa. Jadi ia harus cepat-cepat jika tak ingin terlambat sampai di rumah.

Tapi tiba-tiba saja seseorang menabrak tubuhnya dari belakang. Orang itu memeluknya dan menarik payungnya sedikit, membuat Anin luar biasa terkejut dan secara refleks berteriak kuat.

"Tolong... Tolong... Ada orang jahat... Tolong... Ada pemerkosa... Tolong...."

Bukan salah Anin yang langsung berasumsi seperti itu. Lihatlah suasananya, hujan ditengah jalanan yang sepi, hari sore menjelang malam, dan seorang laki-laki yang tak Anin kenal tiba-tiba saja datang dan memeluknya erat. Gadis mana yang tidak akan ketakutan?

"Sttt.. Diam! Saya bukan pemerkosa! Saya cuma mau numpang neduh di payung kamu!" ucap orang tersebut dengan nada kesal sambil melepas pelukannya pada Anin.

Tapi Anin tidak percaya, ia segera membalikkan badan untuk menatap laki-laki itu. Namun ketika netra Anin bertatapan dengan netra sebening kristal milik laki-laki di hadapannya, seketika saat itu juga Anin terdiam dan terkesima.

Laki-laki itu ternyata sangat tampan. Memiliki alis tebal dan bulu mata lentik. Hidung mancung, serta tulang pipi dengan rahang kokoh. Rambut hitammya tertata rapih, namum karna terkena hujan rambut itu basah dan tetesan-tetesan air membasahi wajah tampannya.

Jodoh DadakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang