Chapter 10 : Eric, si orang baru

3 0 0
                                    

Pukulan besar, kematian ibu, dan rasa lelah...

Anna meletakkan dua bungkus mi instan kuah di sebelah stoples selai cokelat dan sebungkus roti tawar. Ia meletakkan semua barang yang ia bawa ke atas meja konter dan menunggu sang karyawan di depannya untuk menghitung semua harga barang belanjaannya. Anna mengambil dompet yang ada di tas kulitnya dengan perlahan tanpa terburu-buru dan mengeluarkan sejumlah uang yang sekiranya pas untuk membayar barang-barang yang dibelinya.

Sekarang adalah malam hari. Ia pergi ke minimarket terdekat untuk membeli bahan-bahan untuk sarapannya esok hari. Petra tengah sibuk dengan tugas kuliahnya sampai-sampai menginap di rumah temannya. Sebelumnya, Petra sering kali menginap di rumahnya sejak ia menjalankan proyek yang dibuat oleh Takatoshi untuk anaknya. Namun kalau Petra tidak tidur di rumahnya, ia tidak merasa sendiri.

Selama 26 tahun hidupnya, ia tidak asing dengan yang namanya 'hidup sendiri'.

"Ini kembaliannya. Terima kasih telah berbelanja disini." Ucap sang karyawan dengan menyatukan kedua tangannya.

Anna mengambil kantong kertas yang berisi barang belanjaannya. "Iya, terima kasih kembali." Anna memutar tubuhnya dan berjalan keluar dari minimarket tersebut. Ia berjalan menelusuri jalan menuju rumahnya dengan mengintip ke dalam kantong belanjaannya.

Melihat selai cokelat dan roti di dalamnya membuat Anna ingin cepat-cepat pulang dan melahapnya. Ia melewatkan jam makan malamnya karena harus membaca dokumen yang diberikan Ferdinand kepadanya. Ia pun terpaksa telat makan malam ini.

Mengejutkannya, dokumen yang Ferdinand berikan kepadanya sangatlah detail. Ferdinand pastinya telah mengontak beberapa temannya yang hebat untuk menelisik tentang masa lalu Jiro dan segala yang berhubungan dengannya. Ia pun masih ingat dengan apa yang ia bicarakan dengan Ferdinand tepat setelah masa pemulihannya dari koma hari itu.

"Ada hal yang aku lewatkan tentang Jiro." Ucapnya.

Ferdinand yang tengah mengaduk bubur untuk menyuapi Anna, mengangkat pandangannya dari mangkok. Anna dalam masa pemulihan dan sebagai salah satu dari Dokter yang menangani Anna sekaligus orang yang memiliki hubungan dengan Anna, ia harus membantunya. "Tentang Jiro bagian mana maksudmu?"

"Kenapa Jiro yang ada di ruangan putih memiliki wujud seperti anak kecil dan mengapa ia tidak mengingatku sama sekali?" Anna benar-benar tidak habis pikir dengan hal itu. "Di salah satu ruangannya adalah kamar bunda Theressa. Apakah dugaanku benar jika hal ini berhubungan dengan kamar itu?"

"Yah, kematian ibunya terjadi ketika ia berumur 10 tahun, kan? Itu adalah masa-masa dimana ia tengah menghadapi masa pertumbuhannya. Mempelajari apa yang ada di sekitar dan bermain dengan sesuatu yang menyenangkan. Kematian ibu yang sangat ia sayangi pastilah merupakan pukulan besar bagi anak kecil yang seharusnya menikmati kesenangan masa kanak-kanaknya." Ferdinand sontak teringat sesuatu. "Oh, maafkan aku. Aku tidak menyindirmu sama sekali."

"Itu dia." Kata Anna. "Dirinya yang sekarang pastilah dipengaruhi oleh peristiwa itu. Peristiwa paling menyedihkan sekaligus peristiwa yang paling ia ingat seumur hidupnya. Itulah yang membuat kesadaran dalam alam bawah sadarnya berbentuk anak kecil ialah untuk mengenang kembali masa-masanya bersama sang ibu. Kalau bentuk kesadarannya seperti itu, pastilah ingatannya mengikuti bentuk kesadarannya. Tapi seharusnya ia mengingatku... apa yang terjadi dengannya...?"

Ferdinand ikut berpikir untuk Anna. "Kau dan dirinya adalah teman sejak masa kecil. Kau juga bersamanya menemani Jiro ke pemakaman nyonya Theressa. Ataukah mungkin kehadiranmu cukup tidak berarti baginya?"

"Jaga mulutmu, Kak Ferdy. Aku tengah serius disini."

Ferdinand mengangkat kedua bahunya. "Kau pikir aku tidak serius? Ini adalah salah satu dari kemungkinan yang ada. Kehadiranmu mungkin tidak terlalu melekat pada Jiro. Lebih kasarnya, tidak ada nilainya dirimu bagi Jiro. Itu adalah dugaan pertamaku, sih."

The White RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang