Chapter 15 : Perlawanan Anna

0 0 0
                                    

"Senang bertemu denganmu juga, Anna." Dibalik topeng itu, sang Dokter tengah tersenyum miring ke arah Anna yang tergeletak di atas lantai.

Anna menahan rasa pusing di kepalanya dan mencoba untuk melayang seperti yang ia lakukan biasanya. Namun ketika ia terbangun dengan terhuyung, kedua kakinya tidak merasakan sensasi yang sama ketika ia berada di ruangan putih bersama Jiro. Tidak ada sebuah udara yang menahan tubuhnya untuk berada di udara. Anna terkejut. Apa yang terjadi?

"Kau naif dengan berpikiran bahwa semua yang ada di sini berada dalam kekuasaan Jiro. Tapi untuk koridor ini, kau berada dalam kuasaku."

"Apa?" Anna tidak percaya.

Sebelumnya Anna bisa melayang di ruangan putih karena Jiro berpikir tentang dirinya sebagai peri penari. Namun di koridor yang dikuasai oleh Dokter wabah ini, apa yang Dokter itu pikirkan tentang dirinya?

Anna mencoba untuk menegakkan tubuhnya walau sedikit sempoyongan. "Apa yang sedang kau rencanakan? Bagaimana bisa kau... ugh!" Anna mencoba untuk menguasai rasa pening di kepalanya yang semakin menjadi-jadi. "Bagaimana bisa kau menjadi domain disini? Ini bukanlah tempatmu sepantasnya berada."

"Hahaha.. pertanyaan konyol. Coba tebak, siapa yang berada lebih lama disini di antara kita berdua?" Dokter itu merentangkan kedua tangannya di udara seakan-akan sudah gila.

Anna pun mulai menyadarinya. Ia teringat akan cerita Jiro bahwa Dokter wabah ini sesekali mendatanginya entah untuk mengecek sesuatu yang ada di ruangan putih dan pergi setelahnya. "Jadi, kau yang mengurung Jiro selama ini?! Cepat jawab aku!"

"Hah! Kau pikir aku yang melakukan ini semua? Tidakkah kau sadar bahwa dia sendiri yang tak ingin tersadar dari komanya?"

Anna menahan emosinya dengan menggigit bibir bagian bawahnya. Kedua tangannya terkepal dengan erat.

"Sekarang, tinggal kita berdua disini. Mari kita selesaikan masalah yang belum kita selesaikan. Aku tidak suka dengan orang yang datang tidak diundang." Tangan kanannya yang terulur ke samping memunculkan sebuah kapak andalannya dari udara dan memegangnya dengan erat.

Anna pun tidak mau kalah dari Dokter itu. "Beruntung sekali diriku. Jika kau tidak memisahkan Jiro dariku, aku pasti kalah dari pertarungan ini karena harus menjaga sikapku di depannya." Anna menyeringai dan mencoba untuk mengombinasi tubuh kecilnya dengan gerakan yang telah ia pelajari ketika berada dalam masa pelatihan. Tangan kanan dan kirinya memunculkan masing-masing sebuah brass knuckles dengan besi tajam diujungnya.

"Oh, imut sekali. Aku suka cakar kucing."

"Meow meow..." Anna menyeringai sebelum ia berlari mendekati Dokter itu. Mengarahkan tinju kanannya ke arah Dokter wabah ketika jarak mereka cukup dekat.

Si Dokter pun sama. Ia mengayunkan kapaknya ke arah Anna dan kapak itu bertubrukan dengan brass knuckle milik Anna. Anna pun memutar pergelangan tangannya dan membuat besi tajam pada senjatanya mengalihkan haluan kapak tersebut dan jatuh menyerang lantai. Anna pun menyiapkan tinju kirinya ke arah Dokter itu yang sedang mengangkat kembali kapaknya dari bawah. Namun kelengahan Dokter itu tidak sepenuhnya lengah. Tinju Anna yang akan menyerang tulang rusuk bagian kanan Dokter itu sedikit meleset ke kanan dan Dokter itu mengapit tangan Anna dengan badannya dan lengannya.

Setelah menahan Anna untuk mengambil kembali tangannya, Dokter itu memegang pinggul Anna yang kecil dan membantingnya ke belakang tubuhnya dengan melengkungkan tubuhnya ke belakang. Punggung dan tulang ekor Anna membentur lantai dengan keras dan membuat rasa sakit yang sebelumnya belum hilang dari punggungnya; rasa sakit akibat serangan kapak Dokter wabah tempo hari; kembali ke permukaan yang ia rasakan kembali sakitnya. Dia menguasai teknik gulat, pikir Anna di tengah-tengah rasa sakitnya.

The White RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang