Chapter 16 : Gadis di ruang kelas

0 0 0
                                    

Jiro menanti Anna dengan sabar di ruangan putih. Ia berbaring di atas ranjangnya yang empuk dengan mengangkat sebuah kenop pintu yang ia dan Anna temukan di salah satu sudut ranjangnya. Kenop pintu itu berwarna perak sama seperti bagian ujung kayu yang ada di setiap sudut ranjangnya, namun hanya yang ini saja yang memiliki lubang kunci di tengahnya; sama seperti yang tergambar di dalam petunjuk mereka.

Jiro menatapnya seolah-olah barang itu adalah barang yang tidak memiliki arti. Kebosanannya membuat segala yang disekitarnya tampak abu-abu dan membosankan. Ia ingin memasang kenop pintu itu ketika Anna kembali dan memasuki ruangan yang memiliki pintu berwarna merah pekat itu. Bukan maksudnya untuk menunjukkan ketakutannya apabila ia memasukinya sendirian, tetapi ia ingin memasukinya bersama Anna.

Ia menjatuhkan tangannya ke samping kiri yang dengan tepat mengarah ke arah pintu itu. Keraguan mendatanginya. Apa ia akan membukanya sekarang, atau menunggu Anna untuk membukanya? Jika Jiro menemukan sesuatu yang berharga di ruangan itu, Anna akan senang dengannya.

Apa ia memasukinya sekarang saja dan tidak menunggu Anna?

Tapi bagaimana jika Anna yang ditunggu tidak kunjung datang?

Jiro segera bangun dari tempatnya berbaring dan menampar kedua pipinya bersamaan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan kemungkinan terburuk itu keluar dari pikirannya. "Anna bilang, ruangan ini tentangku. Jika aku berpikir bahwa Anna tidak akan kembali, dia benar-benar tidak akan kembali. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah..." Jiro menatap ke arah pintu berwarna merah pekat itu. Memasuki ruangan itu...

Jiro mengambil kenop pintu itu dan berjalan mendekat ke arah pintu tanpa kenop. Ia mengamati lubang kenop di pintu itu untuk mengetahui cara kerja pemasangannya. Namun tidak sampai waktu berjalan lama, Jiro telah berhasil memasukkan kenop tersebut ke tempatnya dan mulai untuk memantapkan hatinya.

Jiro menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya. "Semua yang ada di balik ini; tidak peduli betapa pun mengerikan dan menyeramkannya, akan sangat berguna. Aku akan mengambil semua informasi yang ada di ruangan ini dan akan aku sampaikan kepada Anna." Jiro menelan ludahnya dan meletakkan tangannya di kenop pintu perak itu. Jiro memutarnya dan mendorong pintu itu untuk terbuka.

Tiba-tiba, cahaya terang membutakan kedua matanya sesaat. Jiro nyaris menutupi matanya dengan lengannya jika saja matanya lambat beradaptasi dengan cahaya. Namun pada akhirnya, Jiro dapat melihat apa yang ada di dalamnya.

Itu adalah sebuah ruangan kelas!

Bangku-bangku, kursi-kursi, dan papan tulis beserta meja guru di depan kelas. Semuanya berada di tempatnya masing-masing. Lantai kelas itu adalah ubin berwarna putih, sedangkan dindingnya berwarna putih tulang. Jiro menemukan warna lain yang tidak ia temukan di ruangan mana pun di ruangan putih. Mulai dari pencahayaan kekuningan yang masuk dari jajaran jendela di sisi kelas, warna gelapnya papan tulis hitam, dan disana ada mading kelas dengan pin jarum berwarna-warni yang menahan kertas di papannya.

Jiro melangkahkan kakinya perlahan ke dalam kelas. Gorden jendela melambai-lambai seolah-olah diterpa angin meski Jiro sendiri tidak merasakan sejuknya. Namun ada sosok yang berdiri dan tertutupi oleh gorden itu. Sosok itu adalah seorang gadis. Seorang gadis dengan pakaian seragamnya yang lengkap; dengan rok pi skirt bermotif kotak-kotak berwarna hijau douglas fir tepat di atas lutut, jas almamater berwarna biru-kehitaman yang membalut kemeja putih, dan sebuah pita manis berwarna merah muda d tengah-tengah kerah kemejanya.

Jiro ragu. Ia berhenti di tempatnya berdiri dan menatap punggung sosok itu dengan terpaku. Rambut gadis itu sepunggung berwarna hitam yang ikut berterbangan sama seperti gorden jendela berwarna putih transparan yang ada tepat di sebelah gadis itu.

The White RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang