Chapter 12 : Warna mata

1 0 0
                                    

"Anna Edensley? Apakah itu kau, Anna?" Seorang wanita dengan blus putih dan rok kuning selutut bertanya kepada Anna.

Sontak Anna melemparkan pandangannya dan mengenali orang tersebut. "Donita Jauron?"

Donita, wanita berambut pendek setelinga itu adalah teman satu kampus juga satu fakultas serta satu program studi dengan Anna. Hubungan diantara keduanya bukanlah pertemanan yang akrab, melainkan teman yang pernah sekelompok bersama. Mereka bahkan melaksanakan ujian PKL bersama dibawah bimbingan dosen yang sama.

"Kau mengingatku rupanya." Donita memeluk Anna dan Anna kebingungan harus membalas pelukannya atau tidak. "Aku sangat rindu kepadamu. Apa kau tahu? Aku mencoba untuk menghubungimu akhir-akhir ini, tapi tidak bisa. Apakah kau mengganti nomor ponselmu?"

"Daripada mengganti nomor ponsel, aku mengganti serta ponselku. Beberapa bulan yang lalu, ponselku hancur terinjak seseorang ketika aku tidak sengaja menjatuhkannya. Apa ada sesuatu?"

"Anak-anak fakultas ingin mengadakan reuni. Sekarang sudah empat tahun sejak kelulusan, jadi anak-anak ingin mengadakan kumpul-kumpul makan untuk mengingat satu sama lain. Katanya, ada yang bakal memesan satu restoran untuk kumpul-kumpul ini. Kau datang, ya?"

"Yah, aku tidak yakin, sih. Terkadang aku sibuk tidak terjadwal. Kapan reuninya diadakan?"

"Awal bulan depan. Masih ada banyak waktu, jadi luangkan jadwalmu, ya. Omong-omong, kau datang kesini dengan siapa? Temanmu?" Donita menatap ke arah Petra yang telah menata ulang suasana hatinya.

"Namaku Petra, temannya Anna. Aku tinggal bersama di rumahnya. Senang bertemu denganmu." Petra mengulurkan tangannya.

"Aku belum pernah mendengarmu sama sekali dari Anna. Namaku Donita, teman satu kampus Anna dulu." Donita segera mengalihkan pandangannya ke arah Anna setelah menjabat tangan Petra. "Berapa nomor ponselmu? Aku ingin menyimpannya jika apa-apa terjadi."

"Oke, sebentar." Anna menyerahkan sebuah catatan yang tertulis nomor ponselnya disana.

"Oke, trims. Bagaimana dengan kabarmu, Anna? Bagaimana dengan Jiro? Apakah dia sudah siuman?"

Anna terdiam sejenak. Ini adalah salah satu alasan mengapa ia tidak begitu senang bertemu dengan teman kuliahnya. Karena mereka akan menanyakan kondisi Jiro juga. Dimana ada Jiro, disitu ada Anna. Itulah sebutan mereka di kampus karena mereka telah berteman dan dekat sejak kecil. "Aku baik. Jiro masih berada di rumah sakit. Tidak ada kabar baik darinya."

"Ooh..." Donita tampak murung. "Maafkan aku.."

"Tidak apa-apa. Normal saja kau menanyakannya."

Donita mengangguk dan tiba-tiba suasana hatinya berubah kembali. "Apa kau sudah menikah?"

Anna yang tengah menyeruput moccachinonya tersedak. Anna terbatuk-batuk. "Masih belum menemukan yang pas."

"Apa kau sedang dekat dengan pria lain?"

Pria? Anna tiba-tiba terpikirkan oleh Ferdinand. Hanya dekat, tapi tidak akan pernah bisa menjurus ke percintaan. "Ada, sih. Tapi tidak seperti yang kau pikirkan. Bagaimana denganmu?"

Donita mengangkat jari manis kanannya. "Aku bertunangan."

"Dengan siapa?"

"Pria kaya yang akan memesan restoran tempat kita kumpul-kumpul nanti." Jawab Donita dengan bahagianya.

Anna mengerutkan alisnya. Ia tidak tahu tentang siapa orang yang Donita maksud. "Siapa itu?"

"Datang saja ke acara reuni. Kau bisa membawa serta temanmu ke sana. Lalu aku akan memperkenalkanmu dengan calon suamiku. Aku pergi dulu, ya? Tunanganku tidak bisa menunggu lama untuk bertemu. Sampai jumpa lagi, Anna." Donita melambaikan tangannya dan berjalan cepat melewati Anna dan Petra.

The White RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang