Chapter 2 : Tidak Sadarkan Diri

8 5 0
                                    

Dokter wabah, 2 Minggu, dan P3K...

Jiro merapikan kembali lubang ventilasi yang ada di kamar mandinya dengan peralatan seadanya, seperti selotip hitam yang kemungkinan cukup kuat untuk menahan ventilasi yang terbuat dari aluminium tersebut. Kamar mandinya tidaklah luas. Hanya seukuran 2,5 x 3 meter yang dibatasi oleh tirai berwarna abu-abu terang yang berada di pojok ruangan antara dinding timur dan selatan. Ia membersihkan hasil bongkar pasangnya dan peralatan-peralatannya ke tempatnya semula.

Anna masih belum kembali sampai sekarang.

Ia mulai goyah dan merasa kesepian. Ia pikir dengan adanya Anna, ia bisa segera keluar dari tempat itu. Gadis itu seperti oasis di tengah-tengah padang pasir, atau sebuah restoran kecil di tengah-tengah pulau terpencil. Intinya, gadis itu seolah-olah memiliki arti berharga bagi dirinya.

Namun sampai sekarang gadis itu belum juga kembali meski ia melewatkan beberapa kali tertidur. Mungkin 27 kali lebih jika ia menghitungnya sejak menghilangnya Anna.

Ia mulai khawatir. Jangan-jangan, bukan karena Anna tidak ingin kembali kesini, namun karena tidak bisa kembali kesini. Anna telah mengarungi ketertidakbatasan langit-langit ruangan putih. Tidak heran jika Anna masih belum kembali sampai sekarang. Mungkin temannya yang satu itu tengah tersangkut pada sesuatu yang tidak ada batasannya disana. Jauh disana. Jiro tidak bisa membantu dan hanya bisa memikirkan tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Anna sekarang.

Tepat ketika ia meletakkan selotip kembali ke atas lemari pakaiannya yang berada di sebelah lemari cangkir dan piring antik, suara pintu yang terbuka terdengar. Ia pun berbalik dan menghadap ke arah sumber suara tersebut dengan harapan kehadiran Anna. Namun bukan. Yang datang bukanlah Anna, melainkan seorang pria bertopeng dengan tinggi sekitar 180 keatas. Menurut Jiro, orang itu bukanlah orang normal. Topeng burung itu, jubah putih seperti petugas medis, dan topi hitam bermodel aneh itu sangatlah menonjol.

Plague doctor. Orang itu seharusnya tidak lagi mendatanginya.

Jiro mengambil salah satu piring yang cukup tebal sebagai senjata seadanya, tanpa melepas tatapan was-wasnya dari Dokter aneh itu. Jiro memasang kuda-kuda siap menyerang ketika Dokter itu menutup pintu tak berjendela yang ada di dinding utara bagian kanan; tempat Dokter itu datang. Itu adalah satu-satunya pintu yang dikunci dari luar yang tidak akan pernah bisa ia buka kecuali ia berlari ke sana ketika Dokter wabah itu memeriksa ruangannya.

Namun ia tidak pernah mencobanya.

Ia terlalu takut untuk melawan. Bahkan sekarang pun begitu. Ia menggenggam erat piring di tangannya semata-mata untuk menenangkan dirinya apabila Dokter wabah itu datang menyerang dirinya. Saat ini pun, Dokter itu tengah berjalan melintas di depan dinding barat dengan pandangan ke sekeliling ruangan; tidak benar-benar memberi atensi kepada Jiro yang berdiri di depan lemari piring yang ada di dinding selatan. Jika Dokter itu melakukan hal yang biasa ia lakukan, pria itu akan hanya berjalan mengelilingi ruangannya dan kembali melalui pintu asalnya berada tanpa melakukan percakapan atau melempar pandangan kepada Jiro.

Namun tidak. Tidak untuk kali ini. Dokter itu berhenti tepat di tengah-tengah dinding bagian selatan yang tinggal beberapa langkah lagi ke tempat Jiro berada. Pandangan dan paruh topeng burung Dokter itu terarah pada sofa yang ada di tengah-tengah ruangan. Tidak, Jiro rasa, pandangan Dokter itu terarah pada pot tanaman berukuran tanggung di atas meja utama. Tanaman itulah yang muncul tepat setelah ia bertemu dengan Anna. Sekarang, apa yang Dokter itu akan lakukan?

Langkah kakinya berganti arah memotong di tengah-tengah ruangan menuju pot tanaman tersebut. Jiro hampir melupakan ketakutannya dengan akan berjalan kesana, namun Jiro ragu. Tanaman itu berharga baginya. Tanaman itulah yang mengingatnya akan hijau warna mata Anna. Ia pikir, tanaman itu berasal dari Dokter itu yang menyelinap ke dalam ruangannya di tengah-tengah tidurnya.

The White RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang