BAB 1 MENCURI PERMATA PELANGI

190 21 2
                                    

­"Aku ingin tahu apakah kita mampu mencuri Permata Pelangi," kata Jupiter Jones. Kalimatnya itu mengagetkan kedua kawannya yang sedang sibuk bekerja. Pete Crenshaw nyaris menjatuhkan baut solder. Sedang Bob Andrews bahkan benar-benar menjatuhkan rangkaian huruf-huruf yang sudah diaturnya untuk dipasang pada mesin cetak mereka yang kuno.

"Apa katamu?" tanya Bob. Dengan sebal diperhatikannya huruf-huruf yang berserakan.

"Kataku tadi, aku ingin tahu apakah kita mampu mencuri Permata Pelangi," kata Jupiter mengulangi. "Tentu saja kalau kita ini pencuri."

"Tapi kita bukan pencuri," kata Pete dengan tegas. "Mencuri permata bukannya tidak berbahaya. Risikonya ditembak dan dikejar-kejar.

Lagipula aku berpegang pada kata pepatah. 'Jujur itu pangkal selamat'!"

"Setuju!" kata Jupiter. Tapi pandangannya masih selalu tertatap ke surat kabar yang sedang dibaca.

­Ketiga remaja yang menamakan diri mereka Trio Detektif itu sedang berada di bengkel Jupiter, yang tempatnya agak terpisah di "The Jones Salvage Yard". Bengkel itu terbuka, hanya dinaungi atap yang panjangnya sekitar dua meter dan menempel ke pagar tinggi yang mengelilingi tempat penimbunan barang-barang bekas. Di bengkel itu mereka membetulkan barang-barang tua yang masih bisa dipakai untuk dijual kembali. Bagian dari keuntungan yang diterima dari Paman Titus merupakan uang saku mereka dan dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kemewahan. Misalnya saja untuk membayar rekening telepon yang ada di Markas Besar mereka yang tersembunyi tempatnya.

Sudah beberapa hari keadaan tenang-tenang saja di sekitar situ. Tidak ada kejadian yang bisa diselidiki oleh Trio Detektif. Bahkan soal sepele seperti binatang piara­n yang hilang pun tidak. Karenanya tidak ada yang mereka pikirkan saat itu, kecuali niat membetulkan sebuah radio kecil model kuno yang ditemukan oleh Pete di antara tumpukan barang bekas yang paling baru datang. Tepatnya, Pete dan Bob yang saat itu sedang tidak punya pikiran lain. Kalau Jupiter, ia lebih suka bekerja dengan otak daripada sibuk dengan tangan. Kalau sedang tidak ada problem yang perlu dipikirkan, selalu ada saja yang ditemukan sendiri olehnya.

Dan wujudnya bisa macam-macam!

­Bob mengalihkan perhatiannya dari kotak huruf dan berpindah pada Jupiter.

"Yang kaumaksudkan pasti permata yang di Museum Peterson, " katanya. karena teringat pada berita dalam surat kabar yang menjadi bahan pembicaraan di rumah malam sebelumnya.

"Museum Peterson ?" tanya Pete dengan alis terangkat. "Di mana itu?"

"Di Hollywood - di atas sebuah bukit," kata Bob menjelaskan. "Sebuah gedung tua yang dulunya milik Mr. Hiram Peterson. Raja Minyak! Ia mewariskan gedung itu untuk dijadikan museum yang terbuka untuk umum."

"Dan saat ini di sana sedang ada pameran khusus," sambung Jupiter. "Pameran permata-permata yang luar biasa. disponsori sebuah perusahaan permata dari Jepang, Nagasami Jewellery Company. Mereka menyelenggarakan pameran keliling Amerika Serikat dengan tujuan untuk memperkenalkan barang-barang produk mereka. yaitu mutiara hasil pembudidayaan. Tapi yang paling menarik bukan produk mutiara itu sendiri, melainkan dua perhiasan lain. Atraksi utama ialah Permata Pelangi, yang terdiri beberapa jenis batu mulia - Intan, jamrud, batu delima dan macam-macam lagi. Batu-batu ini dirangkum sedemikian rupa, sehingga kemilaunya mirip pelangi. Ukurannya ada yang besar sekali.

Satu di antaranya bahkan bernilai ribuan dolar. Kesemuanya berharga jutaan!"

­"Lalu ada lagi sebuah pending yang terbuat dari kepingan emas yang besar-besar dan bertatahkan batu jamrud yang bentuknya persegi empat" sambung Bob. "Menurut pemberitaan dalam koran, pending itu beratnya sekitar tujuh setengah kilo. Dulu - jaman kuno, pemiliknya kaisar Jepang."

(06) TRIO DETEKTIF : MISTERI KURCACI GAIBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang