"Tolong!" seru Pete. "Aku diserang kurcaci!"
"Aku juga!" dengus Jupiter, yang saat itu sibuk berusaha mengelakkan diri dari serangan makhluk-makhluk kecil yang seakan-akan bermunculan dari segala penjuru. "Kita terjebak!"
Jupiter mengayunkan lengannya. Tali masih terikat ke pergelangan tangannya. Sedang ujungnya yang satu lagi masih dipegang oleh Pete. Ayunan itu menyebabkan tali menyambar tengkuk salah satu makhluk kecil itu yang langsung terpental sambil menjerit dengan suara melengking tinggi.
Jupiter sudah bebas kembali. Tapi kurcaci-kurcaci itu pasti akan menyerang lagi. Jupiter mendengar suara Pete mendengus-dengus sambil meronta-ronta di dekatnya. Jupiter meraihkan tangannya. Ia berhasil mencengkeram selembar baju kulit dan langsung menyentakkannya. Makhluk kecil itu diputar-putarnya di udara lalu dilepaskannya dengan tiba-tiba.
Kurcaci itu terbanting dengan keras di lantai. Ia menjerit.
Dengan bantuan Jupiter. Pete berhasil membebaskan diri dari penyerangnya yang satu lagi. Kedua remaja itu saling merapatkan diri dalam gelap. Napas mereka tersengal-sengal. Jupiter melepaskan tali yang terikat ke pergelangan tangannya, lalu mengantonginya.
"Apa yang kita lakukan sekarang. Jupe?" tanya Pete tersengal-sengal.
"Kita harus mencari pintu yang tadi, lalu berusaha keluar," kata Jupiter. "Letaknya di belakang kita - lewat sini, kalau tidak salah."
Keduanya berjalan mundur, sampai punggung mereka membentur dinding. Jupiter meraba-raba sepanjang dinding. Akhirnya ia menyentuh pegangan pintu besi itu. Ia menggoncang-goncangnya. Tapi pintu itu sedikit pun tidak bergerak. Mereka terkurung di dalam!
"Kita ternyata benar-benar terjebak," kata Jupiter dengan lesu. "Kenapa kau tadi buru-buru masuk Pete? Mestinya kau kan harus menyadari bahwa memang itulah yang mereka kehendaki"
"Kusangka aku sudah berhasil menyergap mereka," kata Pete berterus terang. "Dan karena tali itu kau Ikut terseret. ya?"
"Betul," Jawab Jupiter. "Dan memang itu yang mereka kehendaki. Mereka sengaja memancing kita agar masuk kemari Dan sekarang - itu dengar!"
Dalam gelap terdengar siulan-siulan melengking dari arah kiri dan kanan mereka.
"Mereka bersiap-siap untuk menyerang lagi!" kata Pete dengan gelisah.
"Kita harus keluar dari sini!" kata Jupiter. "Mungkin kita bisa mendobrak keluar lewat bagian depan teater."
"Bagaimana bisa menemukannya dalam keadaan segelap begini?"
"Dengan senter dong! Tadi kita lupa, karena terlalu sibuk itu memang salah satu efek rasa takut - jalan pikiran menjadi kabur,"
Pete menepuk pahanya. Senternya memang masih tergantung di pinggangnya. Dengan segera ia menyalakannya. Seketika itu juga nampak jalur sinar terang merobek kegelapan. Sedetik kemudian senter Jupiter juga sudah dinyalakan.
Sosok-sosok tubuh kecil berpencar lari ketika cahaya terang menyoroti, mereka. Terdengar suara-suara halus berceloteh dalam bahasa yang tak dikenal. Rupanya kurcaci-kurcaci itu kini lebih berhati-hati. Mereka menyadari bahwa Pete dan Jupiter bukan lawan yang dapat dianggap enteng.
Kedua remaja itu berada di bagian belakang panggung dari gedung bioskop itu. Di tempat itu terdapat dekor-dekor yang terbuat dari kanvas yang besar-besar dan berukuran empat persegi. Dekor-dekor disusun berjejer-jejer. peninggalan masa lalu ketika di teater itu masih suka diadakan show dan juga sandiwara sekali-sekali. Sebuah sofa yang tempat duduknya sudah melengkung ke bawah, sebuah jentera pemintal yang sudah usang serta sebuah jenjang juga nampak di situ Kelihatannya ditinggal begitu saja ketika gedung itu ditutup bertahun-tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(06) TRIO DETEKTIF : MISTERI KURCACI GAIB
Science Fictionterdengar seseorang berseru dengan lantang. Suaranya bahkan mengalahkan kebisingan dering alarm. Kemudian alarm dengan tiba-tiba berhenti berbunyi, seakan-akan ada yang memutar tombol darurat yang mengatur arus listriknya yang khusus. "Anda saya ta...