Keadaannya gelap dan sepi sekali di daerah lingkungan tempat tinggal Miss Agawam. Bank yang sudah tutup dan gedung bioskop yang sebentar lagi akan digusur, nampak gelap gulita. Hanya satu lampu saja yang menyala di rumah sebelah bank. Dari situ mereka tahu bahwa Miss Agawam menunggu kedatangan mereka.
Hans memandang Pete dan Jupiter dengan sikap prihatin, ketika kedua remaja itu turun dan truk.
"Aku masih tetap berpendapat, lebih baik kalian jangan mencoba-coba menangkap kurcaci, Jupe," kata pemuda Jerman itu. "Di tempat asalku Hutan Hitam, banyak sekali batu dan tunggul pohon berbentuk aneh, yang dulunya manusia seperti kita. Mereka tersihir, hanya karena bertatapan muka dengan kurcaci. Lebih baik kali berhati-hati!"
Pete merasa tidak enak mendengarnya. Hans berbicara dengan nada begitu yakin. Perasaan Pete mula gelisah kembali. Ia mendapat firasat seakan-akan nanti akan terjadi berbagai hal yang tidak disangka-sangka.
Jupe buru-buru mengucapkan selamat berpisah pada Hans, sambil berjanji akan menelepon besok pagi untuk minta dijemput. Setelah itu truk berangkat lagi.
Sambil bergerak menyelinap di tempat gelap menyusur pagar semak, kedua remaja itu menuju ke pintu pekarangan rumah Miss Agawam. Sejauh pengetahuan mereka tidak ada orang yang mengamat-amati.
Jupiter menekan bel di pintu tiga kali. Pendek-pendek. Dengan segera terdengar bunyi mendesum, dan pintu langsung terbuka. Kedua remaja itu cepat-cepat masuk ke dalam. Jupiter berhenti sebentar sambil memasang telinga. Pete heran melihatnya. Melihat gerak-gerik Jupe, orang pasti akan menduga anak itu sedang menjalankan tugas rahasia
yang menyangkut nasib pasukan-pasukan yang besar sekali. Tapi Jupiter memang begitu sifatnya. Ia tidak pernah ceroboh kalau kerja.
Dan Jupiter juga senang menambah-nambah ketegangan.
Pekarangan di balik pagar gelap sekali. Kedua remaja itu berjalan merunduk-runduk naik ke beranda. Pintu rumah dibuka dari dalam, dan mereka menyelinap masuk.
Miss Agawam menyambut mereka di balik pintu. Wajah wanita tua itu agak pucat.
"Untung kalian sudah ada di sini sekarang," katanya. "Terus terang saja, baru sekali ini seumur hidupku aku merasa gelisah sekali. Kurasa jika nanti terjadi lagi sesuatu aku pasti akan lari pontang-panting dan takkan mau kembali lagi! Akan kujual rumah ini pada Mr. Jordan, yang ingin sekali membelinya."
"Tapi kami sekarang sudah ada di sini, Miss Agawam," kata Jupiter. "Urusannya kami ambil alih sekarang."
Miss Agawam mencoba tersenyum.
"Sekarang masih belum begitu malam," katanya. "Aku tidak pernah mendengar bunyi galian atau kejadian-kejadian lainnya sebelum saat tengah malam. Kalian mau nonton televisi dulu?"
"Kami ingin tidur sebentar, sampai pukul setengah dua belas," kata Jupiter. "Dengan begitu kami akan merasa segar dalam melakukan penjagaan sepanjang malam. Anda punya jam weker, Miss Agawam?"
Wanita tua itu mengangguk. Diantarkannya Pete dan Jupiter ke tingkat atas, ke kamar sempit yang terdapat di seberang ujung atas tangga. Di
situ terdapat dua buah tempat tidur yang sudah dibenahi. Pete dan Jupiter membuka sepatu masing-masing. Sesudah memeriksa apakah semua peralatan sudah berada dalam keadaan siap pakai, mereka lantas merebahkan diri ke pembaringan masing-masing.
Walau merasa gelisah, tapi dengan cepat Pete sudah tertidur. Ia memang tidak pernah mengalami. kesulitan dalam hal tidur. Rasanya ia baru sekejap terlelap, ketika sudah terbangun lagi karena bunyi dering lonceng.
KAMU SEDANG MEMBACA
(06) TRIO DETEKTIF : MISTERI KURCACI GAIB
Science Fictionterdengar seseorang berseru dengan lantang. Suaranya bahkan mengalahkan kebisingan dering alarm. Kemudian alarm dengan tiba-tiba berhenti berbunyi, seakan-akan ada yang memutar tombol darurat yang mengatur arus listriknya yang khusus. "Anda saya ta...