BAB 7 DALAM GEDUNG TEATER

87 16 0
                                    

­Seorang laki-laki bertubuh gempal dengan alis lebat dan air muka galak menyentakkan Pete dan Bob ke atas sehingga keduanya berdiri lagi.

"Jangan coba-coba lari!" sergah orang itu. "Mr. Jordan! Ini - masih ada satu lagi! Tangkap dia'"

"Lari, Jupe!" seru Pete. "Panggil Hans!"

Tapi Jupiter tidak beranjak dari tempatnya.

"Anda salah duga!" katanya dengan gaya orang dewasa. "Karena mendengar suara-suara dalam bangunan kosong yang akan digusur, kami tadi lantas mendapat kesan bahwa di dalam ada orang-orang yang tak

berkepentingan. Kami masuk karena ingin mengetahui itikad mereka dulu, sebelum menghubungi pihak berwajib."

"Hah?" laki-laki bertubuh gempal itu menatapnya sambil melongo. "Apa katamu?"

Jupiter kadang-kadang mengambil siasat berbicara dengan kalimat yang sulit-sulit dalam keadaan terjepit. Gayanya itu hampir selalu mengagetkan orang-orang dewasa yang berhadapan dengannya.

­Saat itu seorang laki-laki lagi muncul di belakang yang pertama Orang yang baru datang itu nampak lebih muda, sedikit lebih kurus dan berambut pirang.

"Tenang. Rawley," katanya sambil tersenyum geli. "Anak ini hanya mengatakan bahwa ia mendengar kita berdua berbicara, lalu menyangka bahwa kita masuk tanpa izin. Mereka hendak meyakinkan dugaan itu dulu, sebelum memanggil polisi."

"Kalau itu maksudnya tadi, kenapa tidak bilang begitu?" tukas Rawly. Rupanya ia orang yang cepat marah. "Aku benci pada anak sok pintar yang kalau bicara seperti kamus."

"Aku Frank Jordan. pemilik bioskop ini," kata laki-laki yang lebih muda pada ketiga remaja itu. "Tepatnya, aku membeli bangunan tua ini dengan maksud menggusurnya. lalu membangun gedung perkantoran di sini. Aku tadi sedang mengecek keadaan dengan Rawley. Dia ini pegawaiku, penjaga malam di sini Apa sebabnya kalian mendapat kesan bahwa adanya kami di sini mencurigakan?"

"Sepanjang pengetahuan kami tak ada orang yang diperbolehkan masuk kemari," kata Jupiter. Tapi Pete yang merasa kesal karena tadi diringkus dengan kasar cepat-cepat memotong.

"Kami mendengar kalian tadi berbicara tentang Pending Emas! Itulah sebabnya kami menjadi curiga. Apalagi setelah mendengar kalian menyebut-nyebut museum pula!"

­Tampang Raw­ley mulai masam kembali.

"Mr. Jordan," katanya. "Anak-anak ini sinting! Pengacau! Panggil polisi, kataku!"

"Aku yang berwenang mengambil tindakan di sini, Rawley," kata Nr. Jordan. Tapi ia kelihatannya heran mendengar ucapan Pete. "Pending Emas?" katanya. "Seingatku, aku sama sekali tidak menyebutkan kata- kata itu."

Tapi saat berikutnya ia tersenyum

"Ah! Sekarang aku mengerti!" katanya dengan nada lega. "Seperti sudah kukatakan tadi aku bermaksud hendak menggusur bangunan tua ini. Aku tadi mengatakan pada Rawley, bagian dalam bangunan ini begitu mewah warna-warnanya penuh dengan emas - sehingga kelihatannya seperti museum, lalu kukatakan pula, sebetulnya aku merasa sayang untuk menggusurnya. Nah-rupanya kalian hanya menangkap kata-kata penuh dengan emas. Maksudku, penuh dengan warna-warna keemasan. Kalian tidak menangkap kata-kataku itu dengan jelas. 'Penuh dengan emas' kalian kira Pending Emas!' Rupanya kalian bertiga ini terlalu banyak membaca berita sensasi mengenai perampokan di museum itu."

"Mr. Jordan tertawa geli. Tapi Rawley masih tetap masam. "Mereka terlalu banyak berkhayal," gerutunya.

"Untung kau sendiri sama sekali tidak bisa berkhayal " kata majikannya. "Kau sama sekali tidak merasa terganggu oleh bunyi-bunyi aneh, yang menyebabkan dua penjaga malam sebelumnya minta berhenti."

(06) TRIO DETEKTIF : MISTERI KURCACI GAIBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang