Kurcaci-kurcaci itu sibuk menggali. Bob melihat sejumlah sosok tubuh yang kecil-kecil mengayunkan pangkur mereka, jauh di ujung lorong bawah tanah yang berbatu-batu itu.
Ia maju terus, sambil merangkak-rangkak. Dalam hati ia menyesal, apa sebabnya Pete dan Jupiter tidak ada bersamanya saat itu. Ia sebetulnya tidak ingin masuk lebih jauh ke dalam terowongan itu, karena sekelilingnya sudah gelap sekali. Tapi karena sudah begitu dekat, ia merasa tak boleh sampai menjatuhkan nama Trio Detektif.
Dengan hati berdebar keras, ia bergerak semakin mendekat. Akhirnya ia sudah merunduk di sebelah luar sebuah rongga yang mirip gua, di sana para kurcaci itu sibuk bekerja. Tiba-tiba ia bersin, karena banyak sekali debu beterbangan.
Saat itu juga semua kurcaci berhenti bekerja, ada yang dengan pangkur terangkat ke atas. Dengan pelan- pelan sekali mereka berpaling ke arahnya.
Bob sudah bersiap-siap hendak lari. Tapi begitu sekian pasang mata kurcaci tertatap ke arahnya. ia tidak bisa bergerak lagi. Seolah-olah terpaku di tempatnya. Ia merasa seperti disihir. Sedikit pun tidak keluar bunyi dari mulutnya.
Kurcaci-kurcaci itu memandangnya, tanpa bergerak Kemudian didengarnya bunyi langkah di belakangnya. Sesuatu yang sangat asing dan menakutkan datang menyelinap mendekatinya. Bob mencoba berpaling untuk melihat – tapi sedikit pun ia tidak mampu bergerak.
Sebuah tangan besar seperti cakar mencengkeram, lalu menggoncang- goncang dirinya.
"Bob!" Terdengar suara menggaung, bergema dalam ruang gua itu. "Bob! Bangun!"
Suara itu melenyapkan pesona yang menguasai dirinya. Bob menggeliat- geliat.
"Lepaskan aku!" teriaknya. "Lepaskan!"
Kemudian ia mengejapkan mata. Ia berbaring di tempat tidurnya sendiri, sedang Ibunya berdiri di sisi sambil memandang dirinya.
"Kau mimpi, Bob?" tanya ibunya. "Kulihat kau menggeliat-geliat sambil mengoceh dalam tidurmu. Karena itu kubangunkan."
"Astaga – betul, rupanya aku mimpi," kata Bob dengan perasaan lega. "Jupiter tadi menelepon atau tidak?"
"Menelepon? Untuk apa ia menelepon malam-malam begini? Baru saja beberapa menit kau terlelap. Sekarang tidur sajalah lagi. Dan jangan mimpi yang aneh-aneh!"
"Ya deh, Bu!"
Bob memejamkan matanya lagi. Terpikir sebentar olehnya, bagaimana keadaan Jupiter dan Pete saat itu.
Saat itu keduanya sedang berada dalam truk yang disupiri oleh Hans, menuju ke rumah Miss Agawam. Jupiter menunjukkan segala peralatan yang dikumpulkannya untuk menangkap kurcaci.
"Yang paling penting, kamera ini," katanya pada Pete. Alat itu merupakan kebanggaan Jupiter, yang bisa dalam waktu sepuluh detik menghasilkan foto yang sudah selesai. Harga aslinya agak mahal. Tapi Jupiter memperolehnya dalam keadaan rusak dari seorang teman di sekolah, ditukar dengan sebuah sepeda yang dibetulkan olehnya.
"Ini gunanya untuk membuat foto kurcaci atau apa saja yang kita jumpai nanti," kata Jupiter menjelaskan. "Dan ini lampunya."
Kamera foto itu diletakkannya kembali ke tempat semula. Kini diambilnya dua pasang sarung tangan kerja dengan telapak terbuat dari kulit.
"Khusus untuk menghadapi kurcaci," katanya. "Kata orang, gigi kurcaci tajam-tajam. Begitu pula kuku mereka. Dengan ini tangan kita terlindung."
"Astaga!" kata Pete. "Kau ini seperti benar-benar memperkirakan nanti akan menangkap kurcaci."
"Kan lebih baik sedia payung sebelum hujan," kata Jupiter. "Sekarang, tali. Dari bahan nilon yang ringan, tapi kuat sekali. Tidak mungkin bisa putus. Panjangnya kurasa cukup untuk mengikat kurcaci yang mungkin kita tangkap nanti."
Setelah itu dikeluarkannya sepasang walkie-talkie buatan mereka sendiri. Walau jangkauannya tidak jauh, namun dengan peralatan itu mereka bisa saling berhubungan apabila sedang menangani salah satu kasus. Mereka sangat membanggakan keistimewaan itu, yang membuat mereka merasa seperti detektif yang sebenarnya.
"Senter," kata Jupiter, sambil mengeluarkan dua buah senter yang terang sekali sinarnya. "dan yang terakhir, tape recorder. Untuk merekam bunyi galian," kalanya. Diamat-amatinya kotak peralatan itu. Kemudian ia mengangguk-angguk.
"Rasanya semua sudah lengkap," katanya. "Kau kan tidak lupa membawa kapur khususmu, Pete?"
Pete mengeluarkan sebatang kapur biru dari kantongnya, sementara Jupiter memperlihatkan kapur putih. Bob memiliki kapur berwarna hijau. Dengan membuat tanda tanya di mana saja dengan kapur mereka, ketiga remaja itu bisa saling memberitahukan bahwa mereka pernah ada di tempat itu, atau menemukan sesuatu di situ yang mungkin perlu diselidiki. Orang lain takkan menaruh perhatian pada tanda tanya yang dibuat. dengan kapur, karena mengira itu perbuatan anak iseng belaka.
Itu salah satu ide Jupiter yang paling bagus.
"Kurasa kita benar-benar sudah siap sekarang," kata Jupiter. "Kau membawa sikat gigimu?"
Pete mengacungkan sebuah tas kecil. "Sikat gigi dan piyama," kalanya.
"Kurasa kalau piyama tidak perlu," kata Jupiter
"Kita nanti tetap seperti sekarang ini siap untuk menyergap kurcaci."
Hans menoleh sesaat ke arah kedua remaja yang sedang asyik berunding itu.
"Kalian masih juga sibuk mengejar kurcaci, Jupe?" tanya Hans "Aku dan Konrad berpendapat bahwa kalian sebaiknya jangan berurusan dengan makhluk-makhluk itu. Banyak sekali cerita-cerita seram mengenal mereka di Hutan Hitam, di Jerman. Konrad selalu mengatakan, kurcaci perlu dijauhi. Pendapatku juga begitu. Kami berdua berpendapat begitu. Kalau kalian masih nekat juga ada kemungkinannya nanti disihir menjadi batu!"
Hans kedengarannya begitu bersungguh-sungguh, sehingga Pete merasa agak kurang enak. Tentu saja kurcaci sebenarnya tidak ada! Tapi di pihak lain, Hans dan Konrad yakin makhluk-makhluk itu ada. Miss Agawam juga percaya. Dan siapa tahu, mungkin saja -
Pikiran Pete terputus, karena saat itu Jupiter mengatakan sesuatu.
"Kami sudah berjanji akan membantu Miss Agawam yang sedang dalam kesulitan" kata Jupiter. "Aku tidak tahu apakah ia betul-betul diganggu kurcaci atau tidak. Tapi pokoknya, kita harus menjunjung tinggi semboyan Trio Detektif."
"Kami menyelidiki Apa Saja," gumam Pete. Dalam hati ia agak menyesali pilihan kedua kata terakhir itu. Apa saja! Rasanya itu agal terlalu luas baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(06) TRIO DETEKTIF : MISTERI KURCACI GAIB
Science Fictionterdengar seseorang berseru dengan lantang. Suaranya bahkan mengalahkan kebisingan dering alarm. Kemudian alarm dengan tiba-tiba berhenti berbunyi, seakan-akan ada yang memutar tombol darurat yang mengatur arus listriknya yang khusus. "Anda saya ta...