Chapter 12.2 {Can We Keep A Secret?}

623 57 0
                                    

"Bagaimana keadaannya?"

"Sungguh tidak dapat dipercaya. Ia menceritakan banyak hal padaku, dan ia menjadi sedikit lebih terbuka dibandingkan saat terakhir kali ia datang kesini sendirian. Keadaannya juga terlihat lebih segar dibandingkan sebelumnya. Melihat adanya kemajuan besar pada suasana hatinya, aku rasa proses penyembuhannya tak akan memakan waktu lama. Paling lama sekiranya 1 bulan,"

"Syukurlah, aku senang mendengarnya,"

"Umm.. Apakah ada tambahan terapi atau pengobatan lainnya?"

"Aku rasa tidak perlu. Yang sebenarnya ia butuhkan adalah dukungan dari orang-orang terdekat. Semakin dirinya menerima banyak dukungan, aku yakin ia juga akan semakin terbuka pada kalian, maka dari itu tekadnya untuk sembuh juga akan semakin besar,"

Seungcheol menghembuskan napas lega dikala mengingat percakapan antara dirinya dengan seorang psikiater yang beberapa jam lalu ia datangi bersama Joshua.

Ya. Seungcheol dan Joshua sengaja datang malam ke klinik, dan bahkan menjadi pasien terakhir disana. Tentunya agar tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan mereka. Bahkan seharusnya klinik tersebut sudah tutup sekitar 20 menit lebih awal, namun sepertinya sang psikiater terlalu asyik berbincang-bincang dengan Joshua.

Hasil check up yang dikatakan sang psikiater menimbulkan pemikiran positif yang terus bermunculan di kepala Seungcheol. Dengan adanya perkembangan pada kondisi Joshua membuat Seungcheol semakin yakin bahwa member asal Los Angeles tersebut akan segera pulih tanpa memakan waktu yang lama.

[•••••••••••••]

Suhu udara yang amat dingin di malam hari tak menjadi alasan bagi Seungcheol untuk menutup jendela, karena sesungguhnya sang leader kini tengah menunggu kedatangan Seokmin dan Jeonghan yang tak kunjung kembali dari rumah sakit.

Hanya dirinya yang masih terjaga hingga detik ini. Para member sudah berangkat ke 'pulau kapuk' terlebih dahulu, bahkan semuanya sudah mulai beristirahat sejak 5 jam yang lalu ketika mereka baru saja sampai di dorm sehabis shooting, termasuk Joshua yang sekitar 3 jam lalu ia antar ke klinik, sedangkan kedua member asal China harus tetap melakukan penerbangan ke negara asal mereka untuk menjalankan program yang sebentar lagi akan segera berakhir dalam beberapa hari ke depan. Dan sekarang, hanya kesunyian lah yang menjadi teman setia sang leader.

Laki-laki itu tengah bersantai di sebuah sofa. Pandangannya yang mengarah ke langit-langit ruangan perlahan terpejam dikala hembusan angin malam yang datang melalui jendela dorm menerpa wajah tampannya. Semakin sering hembusan angin menerpa wajahnya, semakin berat pula matanya akibat rasa kantuk.

Jadwal shooting yang berlangsung dari pagi hingga sore membuat dirinya lelah. Seungcheol ingin sekali beristirahat sekarang juga, memeluk guling kesayangannya disertai selimut bercorak hitam putih yang akan memberikan kehangatan pada dirinya. Namun ia segera mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk menunggu kedua member yang tak kunjung datang tersebut.

Leader SEVENTEEN tersebut kembali menatap jam untuk yang ke sekian kalinya. Saat ini waktu tengah menunjukkan pukul 23.45, 15 menit menuju tengah malam dan pergantian hari. Seharusnya kedua member tersebut sudah kembali ke dorm sekarang juga.

"Memang antrean pasiennya seramai apa, sih?! Mengapa mereka tak kunjung kembali?" rengek Seungcheol layaknya anak kecil yang tengah menunggu kepulangan kedua orang tuanya.

Seungcheol tak marah, namun sesungguhnya ia amat sangat panik dan juga khawatir. Terlebih apabila salah seorang pihak agensi mengetahui keberadaan kedua member tersebut.

[✔] Ode to You ; 세븐틴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang