• P R O L O G •

7.1K 506 85
                                    

HAPPY READING!!::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!!
:
:

Rahel berlari semakin kencang, jantungnya seakan hampir meninggalkan tempatnya mengingat sesuatu yang mungkin akan menjadi mimpi buruknya. Bagaimana itu bisa terjadi? Siapa dia sebenarnya? Semua pertanyaan itu memenuhi kepalanya. Tapi, tidak. Jangan sekarang! Lelaki gila itu mungkin tengah mengejarnya karena tau apa yang sudah dia lakukan tadi.

Gelapnya jalanan malam ini, ditambah gerimis berhasil membuat suasana jadi begitu mencekam apalagi dengan dinginnya angin malam yang masuk menusuk sampai ke tulang-tulang.

Tidak terlihat adanya seorang-pun selain Rahel di situ, mengingat waktu yang sudah menunjukkan pukul 01.56 dini hari dan sebentar lagi akan berubah ke angka dua, maka tidak diherankan lagi kenapa jalanan itu nampak sunyi hanya dengan kehadirannya.

Langkah kaki tergesa-gesa terdengar memenuhi kesunyian malam itu di mana sang pemilik seakan segan untuk menghentikan langkahnya itu.

Rahel terus berlari, tubuhnya semakin gemetaran, takut tidak bisa kembali lagi untuk bertemu keluarganya.

Laki-laki yang dia temukan tadi adalah seorang psikopat. Dan dia baru saja memergoki lelaki itu membunuh seorang perempuan. Bisa dipastikan dia akan menjadi target selanjutnya karena mata sialannya ini.

Saat masih dalam keadaan berlari, tatapan Rahel tertuju pada sebuah toko yang telah tutup. Entah apa yang dia pikirkan, kakinya justru membawanya mendekati toko tersebut, dan ya...

Memanfaatkan tubuh ramping kecinya itu, Rahel bersembunyi dibalik tempat sampah. Duduk seraya memeluk kedua lututnya sembari terus merapalkan berbagai macam doa pada Tuhan yang dipercaya dalam hatinya.

Lama dia terdiam, suara siulan yang sedari tadi menjadi temannya saat berlari sudah tidak terdengar lagi membuat Rahel yang masih dengan ketakutannya mencoba mengintip perlahan dari balik tempat sampah.

"Has he left already?" bisik Rahel pada dirinya sendiri.

Jalanan gelap itu dengan remang-remang lampu dari berbagai rumah disekitar situ tidak menunjukan adanya insan lain, membuat gadis cantik dengan rambut sebahu itu menghembuskan nafas lega.

Perlahan ia bangkit, berjalan seperti pencuri--mengendap-endap, seraya masih terus memperhatikan sekelilingnya.

Namun, terhitung hanya sepersekian kecil langkah yang Rahel ambil, tiba-tiba terasa sebuah lengan melingkar di pinggangnya dari arah belakang. Mengejutkan, sampai terasa detakan jantung Rahel yang menjadi lebih cepat dari beberapa detik sebelumnya. Tubuhnya menegang, membeku tanpa bisa melakukan apapun sekarang.

Hembusan nafas hangat bisa dia rasakan di tengkuk lehernya, mengundang rasa geli yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Namun, tidak berhenti sampai di situ saja, karena sedetik setelahnya, dapat Rahel rasakan wajah pria di belakang sana yang sepertinya mendekati wajahnya.

Dan, semua itu menjadi bukti nyata bagi Rahel ketika sebuah kecupan mendarat di rahangnya.

Selain membeku, Rahel juga menjadi bisu. Dia seperti sebuah manekin di tempat itu. Manekin yang tengah dipermainkan.

Penyesalan memang selalu muncul saat diakhir.

Dan Rahel mengakui penyesalan terbesarnya yang tidak mendengarkan ucapan kedua orang tuanya. Apakah sekarang sudah terlambat untuk penyesalan itu?

Bisakah dia berharap akan ada orang yang menyelamatkannya sekarang?

Apakah doa yang dilafalkan sedari tadi dalam hati bisa membantunya?

Bunda, tolong Rahel.

"You need something, baby?" Suara bariton bernada dingin terdengar pada akhirnya setelah beberapa menit hanya dikelilingi keheningan. Pria itu mendekatkan wajahnya, menempelkan pipinya pada pipi Rahel sehingga gadis cantik itu dapat merasakan seringainya dari jarak sebegitu dekat.

Namun, karena ketakutannya, kepala Rahel terasa berat. Semua pandangan di depannya seakan berputar tak jelas, sampai tiba-tiba menjadi buram, dan...

Kegelapan menelannya. Rahel jatuh pingsan didekapan pria itu, yang kini mendekapnya dengan erat begitupun juga dengan ribuan doa-doanya.

Kekehan kecil nan berat terdengar darinya. Kepalanya tertunduk, menatap wajah cantik yang nampak pucat karena tingkahnya.

Gadisnya ketakutan karena pertemuan awal mereka?

Baik yang disangkakan buruk itu memang selalu menyenangkan.

"Calm down, dear. Your Demon's here," bisik laki-laki itu.

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
•••••

Hello, gimana sama Prolog nya?

Ku harap kalian suka.

Vote and comment jika kalian ingin aku melanjutkan cerita nya.

Thanks guys🐝

BEHIND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang