Bagian 16

629 106 2
                                    

|| Semangat Hidup||

Selamat membaca.

Ost. My Everything by NCT U

Jian memeluk erat tubuh istrinya.

"Berat ya cobaan kita?" Tanya Jian.

"Sangat hahaha tapi tidak apa-apa selagi kita bisa menjalani ini demi putra kita, aku akan berusaha untuk tidak mengeluh." Jian mengangguk dan mencium pipi Istri tercintanya.

"Aku sangat mencintaimu, kau adalah wanita yang pertama dan terakhir berada di hatiku, wanita kuat yang selalu ada, kau segalanya." Diana mengangguk dan kembali mendusal di dada suaminya.

"Terima kasih sudah kuat selama ini Jian."

Ceklek.

"Ayah! Bunda!" Panggil Amanda.

Mereka berdua berbalik dan melihat Amanda kesusahan membawa bungkusan.

"Ehhh kenapa bawa sebanyak ini? Kau terluka Amanda." Kata Diana sambil mengambil bungkusan di tangan Amanda.

"Tidak apa-apa Bunda, oh iya di sana ada makanan, bunda sama ayah belum makan sejak sore tadi, Kelvin akan segera datang dia lagi ngeluarin barang-barang Alvin di mobil." Ujar Amanda. Amanda berjalan ke arah sofa untuk duduk karena demi Tuhan perutnya terasa ngilu.

Diana memberi bungkusan tadi pada suaminya dan membantu Amanda untuk duduk, setelah gadis itu terduduk Diana mengelus pipi anak itu.

Sementara itu di ruangan Tina, Alvin bermain dengan Rambut Tina, dia tertawa saat Tina mengganggunya.

"Kakak Manda sekolah apa?" Tanya Alvin.

"Kakak dulu pas SMA ambil jurusan IPA, Apin jurusan apa?" Tanya Tina.

"Hmmm IPA." Jawabnya. Tina memeluk erat tubuh yang sudah seperti ranting itu.

"Aduuuh lucunyaa, Apin sama kak Manda beda 20 tahun umurnya loh. " Kata Tina.

"Hmmm 36 ya?" Tanya Alvin.

"Iyaaa Ih pintar banget adiknya Kakak Manda. Nah sekarang Apin tidur ya sayang, besok pagi kita cerita-cerita, kalau habis cerita nanti Kakak kasih permen lagi ya." Alvin mengangguk dan menutup matanya.

Beberapa jam telah berlalu, ini sudah menunjukkan jam 2 dini hari, Tina masih setia menatap Alvin yang sudah tertidur.

"Sungguh kejadian buruk apa yang sudah menimpa mu Alvin, ntah kenapa hatiku tentram saat melihat mu tersenyum namun gelisah saat melihatmu ketakutan." Tina mengelus pipi yang tadinya gembul itu sekarang menjadi tirus.

"Tuhan cobaan mu terlalu berat, kalau aku adalah Alvin aku pasti sudah tak ada lagi di dunia mu ini." Kata Tina sambil mencium kening pasiennya.

Tok tok tok.

ruangan tersebut dibuka.

"Dokter Tina ada pasien mu di ruangan 5 yang sedang membutuhkan mu." Kata seorang perawat sambil berbisik, karena ia takut Alvin terganggu dengan suaranya.

"Pasien ruangan 5? Aaa anak gadis kecil itu? Baiklah aku akan kesana." Kata Tina. Ia menidurkan Alvin dan menyelimuti anak itu.

"Tolong kau ke ruangan Alvin, ruangan nomor 6 dan kau panggil siapa saja yang masih bangun untuk menemani Alvin di sini." Kata Tina.

"Baik dokter." Tina menutup lembut pintu itu tapi ia merasa kalau pintu tersebut mengganjal.

"Kakak Manda ikuut." Tina terkejut melihat wajah mengantuk Alvin dari balik pintu.

Hujan dan Dunia √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang