*Kamu bisa baca full ceritanya di Playstore atau Karya karsa. Harganya udah sama kok. Dan gak jauh beda, tapi kalo di Playstore masih promo ya! 😁💃🏻
Link ebook ada di profile.
Untuk pemesanan cetak hubungi author di kontak profile ya😊
Jika biasan...
Selamat membaca☺️ Mengandung mature content 🔞!! Harap bijak!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2. Kenapa Kita Menikah?
Sebulan penjajakan, barulah Gilar mengenalkan Mona pada keluarga. Dengan bangga dia memamerkan calon istri bule-nya itu pada kedua orang tuanya. Calon istri yang dipilihnya jauh di atas rata-rata gadis yang dipilihkan orang tuanya. Dan keluarga Gilar pun menyetujui. Karena memang tipe sang anak adalah gadis bule bukan gadis lokal, asli Indonesia. Gilar tak peduli cemoohan dan ejekan dari sepupu-sepupunya yang mengatakan dia tidak cinta produk Indonesia. Toh mereka yang mencibirnya juga sama, malah cenderung lebih bangga mengenakan brand-brand dari negara Eropa ketimbang brand asli Indonesia.
🌼🌼🌼
Meskipun sempat terjadi penolakan dari pihak ayahnya Mona, Mr. Daniel Cebulscka, namun pada akhirnya Gilar mendapat restu juga. Mona meyakinkan sang ayah jika dirinya sudah siap melepas lajang. Dirinya mengaku bahwa sangat mencintai cowok asli Indonesia itu. Dan Mona meyakinkan bahwa jika keputusannya ini bukan semata-mata sebagai alasan agar tidak ikut sang ayah dan menjadi warga negara Belarusia. Walau kenyataannya alasan itu memanglah benar. Tapi, mati-matian Mona menutupi demi mendapatkan kebebasan dalam menentukan hidupnya. Demi mencapai cita-citanya menjadi seorang model. Demi tetap tinggal di negara asal mendiang ibunya ini.
"Mona, kamu beneran yakin udah siap nikah? Kamu masih muda, baru lulus sekolah lho. Uwa tahu kamu pengen tetep disini. Tapi, Uwa pasti bakal bantu, biar kamu bisa jadi WNI. Uwa bakal cari jalan lain," ujar Kakak dari mendiang Ibunya. Uwa Siti. Satu-satunya keluarga yang terdekat dari pihak ibunya Mona. Karena nenek dan kakeknya Mona sudah lama tiada.
Dan selama di Bogor ini, Mona tinggal di rumah warisan kakek-neneknya bersama sang uwa.
"Gakpapa, Uwa. Mona emang udah mantep nikah sama Mas Gilar. Dia orangnya baik, dewasa dan mapan. Jadi bisa bimbing Mona, jagain Mona," tutur Mona meyakinkan uwa-nya.
"Tapi pastinya Mona masih seneng kan main, kumpul sama temen-temen? Apa Mona siap kalo udah nikah, harus ikut suami? Harus izin suami kalo pergi atau hal apapun. Nanti Mona bakalan jarang dan bahkan susah buat ketemu temen-temen. Belum lagi kalo udah punya anak, Mona siap jadi ibu muda? Mona masih 17 tahun lho. Mona gak pengen kuliah?" Panjang lebar uwa-nya menasehati. Agar Mona tidak menyesal nantinya.
Mona pun meraih kedua tangan uwa-nya dan menatap hangat dengan senyuman.
"Mona siap dengan segala resikonya Uwa. Ya walau Mona gak nampik alasan nikah biar bisa tetep di sini dan jadi WNI. Lagian Mas Gilar mau sekolahin Mona juga kok. Di sekolah modelling pilihan Mona," aku Mona menjawab semua kerisauan Uwa-nya.