Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semesta pun tidak mungkin menjabarkan kehidupan seseorang akan bahagia. Mau kau tergolonv manusia kaya, sederhana, atau miskin sekalipun semesta tidak bisa berbuat apa-apa. Semua kehendak Tuhan.
Begitupun dengan kehidupan yang di alami lelaki mungil yang tengah diam semenjak keluar dari kamar.
Entahlah, setelah mendengar Doyoung mengatakan kalau ia mencintainya juga, seakan tidak ada artinya, seperti kata-kata manis lah yang keluar. Bukan ketulusan.
Renjun terlonjak saat Ten ikut duduk bersama dengannya di belakang rumah.
"Bagaimana keadaan suamimu? Sudah membaik?" tanya ten kemudian Renjun mengangguk pelan.
Ten menyadari, sejak awal Renjun datang ke rumah besar bak neraka baginya. Tidak pernah absen hntuk sehari saja hubungan Renjun dan Doyoung membaik. Renjun selalu berusaha menjalin hubungan dengan baik tetapi Doyoung? Dia bahkan selalu saja merusak suasana. Membuat semua orang geram dengan tingkah lakunya.
"Renjun" yang dipanggil melirik ke samping.
Tertarik senyuman manis di wajah lelaki berkelahiran darah Thailand itu. "Kalau kau ingin menyerah, maka menyerahlah. Tidak ada yang tau pada siapa kita akan berjodoh," ucapnya lembut. "Kau tahu? Hidup itu seperti angin. Terasa namun tidak bisa kita gapai," Ten menghembuskan nafasnya pelan.
"Lepaskanlah, maka esok atau lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, dua bukan cinta sejatimu."
"Hidup itu layaknya sebuah game, ketika kita merasa sakit atau jatuh, hati kita akan berkurang, semakin sakit semakin banyak hati kita berkurang, dan perlahan menghilang, game over," sambung nya menatap Renjun lirih.
"Kau lelah karena Doyoung selalu mengharapkan Taeyong bukan? Kau lelah jika terus mendengar nama Taeyong yang disebut oleh Doyoung. Taeyong masa lalu, tetapi kau? Aku yakin kau masa depan Doyoung sampai dunia berakhir bahkan sampai di akhirat nanti."
Renjun diam mencoba memahami ucapan Ten. Mungkin kah yang dikatakan Ten benar? Atau hanya sekedar membuat Renjun merasa senang atau tenang? Sama seperti yang dilakukan oleh Doyoung. Hanya ingin membuat Renjun jauh lebih berharap setelah itu membiarkan Renjun terjatuh ke jurang pahit.
"Kak Ten," panggil Renjun menghadap Ten.
"Ya?"
"Bisa mengantar Injun ke pemakaman kak Taeyong?" tanya Renjun menjerumus ke sebuah permintaan.
Tak ada jawaban melainkan Ten mengernyit. "Untuk apa?"
"Sesekali ingin bertemu dengan sosok berharga dalam hidup daddy Doyoung. Injun ingin mengucapkan terima kasih karena beliau sudah hadir dalam kehidupan dan memberikan warna untuk daddy Doyoung walau hanya sementara." tutur Renjun diakhir dengan senyuman.
Senyuman manis namun menyimpan kesedihan.
Entah terbuat dari apa hati Renjun. Beribu bahkan berjuta kali Doyoung menyakiti namun Renjun membalas dengan perasaan begitu tulus.
Ten mengangguk, "Bersiaplah, aku tunggu di depan bersama Johnny."
Dengan cepat Renjun mengangguk bersemangat tak lupa mengucap kata terima kasih kemudian beranjak masuk ke dalam rumah untuk bersiap. Tidak sabar sekali rasanya ingin bertemu dengan Taeyong, sosok yang telah memberikan kebahagiaan untuk lelaki yang dicintainya.
Meski hanya berbicara dan melihat melalui batu nisan.
Doyoung, buka lah matamu..
.. Renjun membutuhkanmu, bukan aku..
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA [DoyRen] ✓
Randomperubahan hidup seorang siswa karena ketidaksengajaan nya menyaksikan aksi pembunuhan sadis. ⚠︎ b×b, gay, yaoi, bl, mpreg ⚠︎ jangan salpak , zeexras