[°12]

12K 1.7K 961
                                    

Renjun pulang. Tapi tidak pulang ke rumah, melainkan ia lebih memilih untuk menyendiri di pinggir trotoar. Tidak. Renjun tidak kabur. Bagaimana bisa ia kabur meninggalkan daddy Doyoungnya? Sedangkan cintanya jauh lebih besar daripada keinginan nya untuk pergi.

Renjun tidak peduli dengan tatapan orang sekitar yang berjalan melewatinya. Terserah mereka berfikir kalau Renjun bolos atau sejenisnya. Renjun tidak peduli. Ia kesal dengan Doyoung. Sangat!

Bagaimana tidak kesal?! Renjun duduk di pinggir trotoar dengan sinar matahari yang terik bagaikan tengah duduk berhadapan dengan matahari sedangkan Doyoung? Melihatnya dari dalam mobil bersama ponselnya bersantai! Tidak berniat untuk membujuknya sama sekali! Beruntung Renjun sayang dan cinta! Kalau tidak sudah Renjun patahkan kaki nya sejak dulu. Itupun kalau berani.

Oh cinta memang membuatmu gila dan lupa akan segala kejadian buruk yang menimpa dimasa lalu.

Aish kenapa susah sekali untuk marah kepada Doyoung?! Padahal saat di sekolah tadi Renjun sangat marah bahkan terlihat membenci, tetapi belum ada satu jam Renjun sudah rindu pada lelaki bergigi kelinci yang tengah bersandar memperhatikannya dari dalam mobil. Kesal. Pakai ilmu apa sebenarnya lelaki itu?!

"Hey," sapa seorang lelaki yang berhenti tepat di hadapan Renjun. Ia mendongak untuk melihat siapa lelaki di hadapannya yang menutupinya dari sinar matahari.

"Kau masih pelajar bukan? Kenapa berada di sini? Tidak di sekolah?" tanyanya. Renjun mendengus lalu berdiri, sekilas ia melihat mobil Doyoung dari tempatnya berdiri. Tidak ada pergerakan, Doyoung masih di dalam mobil.

Renjun mendengus kembali menatap laki-laki tinggi di hadapannya.

"Memangnya kenapa? Apa ada undang—undang jika aku duduk disini?" tanya Renjun berkacak pinggang.

Lelaki tadi terkekeh. "Tidak. Hanya saja tidak wajar jika seorang pelajar duduk di pinggir trotoar dengan keadaan yang... Cukup kacau." ucapnya sedikit memelan.

Renjun menghela nafas kasar.

"Yayayaya! Aku juga tidak akan berada disini jika seseorang tidak membuat ku kesal!" Renjun menggembungkan pipinya dan mengerucutkan bibirnya kesal.

Ah menyebalkan! Apa Doyoung tidak melihatnya?! Tidak ada niatan untuk menghampiri dan memukul laki-laki ini seperti di film-film? Memang tidak bisa diandalkan! Suami tidak peka!

"Kau menggemaskan sekali, kenapa tidak mencari pacar saja?" laki-laki itu terkekeh melihat tingkah gemas Renjun.

Yang lebih muda tidak menggubris pertanyaannya, melainkan memutar bola matanya malas. Seharusnya ia tidak meladeni, hanya membuang waktu.

"Saya suaminya."

DEG !

Jantung Renjun seakan berhenti berdetak dan hatinya—susah untuk dijelaskan dengan kata-kata. Badan mungilnya sedikit mengesamping kebelakang untuk mengetahui siapa pelaku dari suara tersebut. Disana ada Doyoung sedang berdiri menatap sinis laki-laki asing di hadapan istrinya.

Langkah kaki Doyoung berjalan terseret mendekati Renjun. Merangkul bahu sempit sang istri lalu tersenyum manis, mungkin kalau Renjun tidak memukul lengan Doyoung Renjun akan kehilangan keseimbangan saking kencangnya.

"Saya suaminya dan dia milikku, benar begitu kan sayang?" Doyoung bertanya sembari menatap Renjun yang hanya diam mengerjapkan matanya.

Laki-laki itu tertawa mendengar ucapan Doyoung. "Maaf tuan, ini masih pagi dan tolong jangan berhalusinasi."

Doyoung mendecih. "Kami sudah menikah, dan ini bukti kami sudah menikah," kata Doyoung menunjukkan cincin pernikahan mereka kepada laki-laki itu tapi tidak dengan Renjun karena tidak ada cincin di jari manisnya membuat Doyoung mengernyitkan dahi.

MAFIA [DoyRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang