first lovenya vani

5 0 0
                                    

Vani pov

Aku menegang seketika saat melihat banyak darah keluar dari perut wanita itu,apa aku salah dalam menyadarkannya aku langsung panik dan mengambil pisau itu dari tangannya

"terimaksih" itu ucapannya terakhirnya sebelum dia ambruk dengan darah dari perutnya dan ada banyak darah dari selangkangannya,aku menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku aku tak kuat berdiri dan terduduk ditanah melihat wanita itu yang dibawa oleh dokter dan polisi,ada seseorang yang mendekat pada ku,aku bisa merasakannya tapi aku tak melihat wajahnya

"apa aku pembunuh??" pertanyaan itu muncul dari mulutku,biarpun bukan aku yang menacapkan pisau itu ke perutnya tapi aku yang menggenggam pisau sialan itu

"tidak kau bukan pembunuh vani, dia yang melakukannya bukan kau ayok berdirilah!!" aku tak tau siapa orang ini karna fokusku pada wanita yang terbaring lemah itu

"apa aku yang membunuhnya??" aku masih tak percaya kejadian barusan memang belum pasti jika dia sudah mati tapi bayi yang tak berdosa itu,seketika aku terisak mengingatnya tak memiliki salah apapun tapi dia yang menjadi korban,orang yang tadi menenanggkan aku sekarang sudah memelukku erat sangat erat,aku menangis di dekapan yang aku tak tau siapa

"sudah sudah vani sudah tak ada pembunu disni,sekarang kita pulang ya" aku tak menjawabnya aku menutup mataku dan akhirnya tertidur di pelukan pria yang tak dikenal dan itu adalah perdana

Mitra pov

Aku langsung mendekap vani dengan sangat erat,aku melihat semuanya dengan mata kepalaku karna memang aku juga sedang mengikutinya,aku melihat dia begitu pemberani dan dia begitu lemah jika berhubungan dengan pembunuhan,ketika aku ajak dia pulang ternyata dia sudag tertidur dengan keadaan yang kacau dan air mata yang mulai mongering

"vani aku sakit melihat kau seperti ini" aku menggendongnya dan untuk sementara aku membawanya pulang ke rumahku,aku mendudukannya di kursi depan di sampingku menyelimutinya dengan selimut yang sengaja ku bawa di mobil

"tenanglah aku ada disiini untukmu" aku mengelus kepalanya lembut dan mulai mengemudi,rumahku tak terlalu jauh dari menara Eiffel dan memilki bentuk yang cukup besar jika untuk sendiri

Dengan hati hati aku menggakat vani dan membawanya ke kamar ku dan membaringkannya pelan

"vani setelah kau bangun mungkin kau akan membunuhku jadi ijinkan aku memandangi wajahmu saat kau tertidur" aku menyentuh hidungnya yang mungil kulitnya yang berwarna sawo matang,aku membaringkan tubuhku disampingnya dengan posisi miring dan terus memandanginya,sekarang aku focus ke satu titik bukan bibir tapi pipi tembemnya yang menggiurkan untuk di gigit,aku mendekatkan wajahku ke wajahnya,seketika matanya terbuka dan menusuk ke mataku kami seolah saling bercerita melalui tatapan

"apa kau yang mendekapku tadi??" sepertinya aku akan mendapat tandangan maut khas vani

"emm iingga,,," aku terkejut setengah mati bukan sebuah tendangan yang ku dapat melainkan sebuah senyuman hangat,dia kembali menutup matanya dan tertidur again,dengan senyuman yang mengembang aku juga menutup mataku dan terlelap bersama seseorang yang aku sukai

08.45

"huamm" aku membuka mataku,aku melihat horden kamar sudah dibuka biasanya mah kesentu aja tidak apalagi terbuka,aku yakin vani yang melakukannya aku berharap sudah ada sarapan enak dibawah,dan dia habis mandi dengan handuk terlilit di tubuhhnya sungguh halu yang yang sangat menyenangkan

"drat drat"

"ya halo ada apa pak??" aku bertanya pada direktur perusahaan tempat vani bekerja,dia memintaku untuk menyelidiki kasus korupsi yang terjadi di kantornya,tapi aku tak mau vani harus memintaku maka aku akan menyelidikinya dengan senang hati

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dongan Gabe RokkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang