Epilog

924 95 5
                                    

»●○●«

Cklek.

Suara kunci yang diputar akhirnya kembali terdengar setelah sekian tahun ditinggalkan mantan pemiliknya.

Chello, laki-laki berusia 24 tahun itu akhirnya dapat kembali kemari, kediaman yang dulunya milik keluarga Harsa.

Sayang seribu sayang, kini rumah tersebut telah menjadi milik orang lain. Yang tak lain adalah Cici nya sendiri, Irene.

Seminggu setelah dirinya pergi ke Shanghai, mama memberi kabar bahwa rumah yang berada di Jogja akan dijual.

Cukup kecewa memang karena rumah yang menyimpan banyak kenangan ia dan adiknya harus dijual, tapi setelah mengingat rumah tersebut adalah saksi bisu dari perpisahan kedua orangtuanya, dengan berat hati Chello harus merelakan.

Tapi, beruntungnya Chello diperbolehkan melihat isi rumah yang terakhir kalinya sebelum dirombak oleh pemilik baru.

Sebenarnya tujuannya kemari hanya untuk menjelajah kamarnya sendiri, enggan menjelajah ke ruangan yang lain.

Kriet!

Masih sama.

Bola basket kesayangannya masih berada ditempat terakhir kali ia menaruh, bawah meja belajar.

Chello duduk di kursi meja belajarnya yang masih tampak kokoh walaupun telah lama ditinggal.

Ting!

Baru 5 menit Chello mendudukan diri dan memperhatikan kamarnya, ia mendapat pesan dari cece kesayangannya.

Cici Irene
|Kamu dimana?
|Cece ada dibawah nih.

Enggan membuat orang lain menunggu, Chello segera bangkit dan keluar dari ruangan tersebut.

Sebelum menutup pintu, ia menatap bola basket yang tergeletak dibawah meja belajar, tanpa berpikir lagi, Chello mengambilnya dan menutup pintu.

Chello turun ke lantai 1 dengan membawa bola basket kesayangannya, hadiah dari papa saat ia berusia 16 tahun.

"Kamu dari mana aja sih, Chell? Si Tara nyariin kamu terus lho." Kata Irene yang susah payah menenangkan anaknya yang menangis karena mencari Chello.

Chello langsung memberikan cengiran andalannya. "Dari atas ce, kangen kasur kesayangan hehehe."

Ia meletakkan bola basket disamping tas hitam miliknya, sebelum mengambil alih Tara, anak laki-laki Cici Irene dan tutor basket favoritnya saat berada di Jogja, Bang Suho.

"Kenapa nangis, hm? Kangen koko, ya?" Chello mengelus bagian belakang kepala balita yang disembunyikan tepat di ceruk lehernya.

Tara Andrea Adyatma, balita berusia 4 tahun yang sangat lengket dengan Chello. Irene menyuruh Tara memanggil Chello dengan sebutan Om, tapi Chello tak mau, katanya ia masih muda untuk di sebut om. Dan berakhir dengan panggilan koko.

"Setelah dari Surabaya, kamu mau tinggal di rumah Renata atau ikut pulang ke rumah cece?"

"Kayaknya aku nanti bakal dirumah Renata. Tapi, buat sekarang aku dirumah cece dulu, kangen Tara." Chello menciumi rambut Tara yang memiliki wangi khas bayi, wangi yang menjadi favoritnya akhir-akhir ini.

Irene mengangguk paham, "Oke. Kalo gitu sekarang kita pulang ke rumah cece dulu, besok baru ke rumah Renata. Tas sama bola kamu biar cece yang bawa."

Chello menatap jahil Irene yang tengah mengambil tas dan bola basketnya, "Baik banget deh si cece."

"Jarang-jarang lho cece mau baik sama kamu." Irene menatap sinis Chello.

Bukannya takut, Chello malah terkekeh saat melihat tatapan sinis Irene, "Iya ce, iya. Makasih deh."

Best Friend  | ChenJi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang