06. Memori Akhir Tahun

814 134 13
                                    

Hari berganti minggu.

Minggu berganti bulan.

Bulan berganti tahun.

Sampai tiba tanggal 31 Desember. Secepat itukah akhir tahun datang?

Atau mungkin manusianya yang terlalu menikmati hidup?

Malam penutup sekaligus pembuka tahun atau lebih kerennya disebut sebagai malam tahun baru. Biasanya akan lebih bermakna jika dilewati bersama orang-orang yang terkasih.

...

Malam itu pukul 22.00 WIB bertepatan dengan Hari Sabtu.

Bermodalkan hoodie hitam, celana training, dan sendal swallow pemberian mama, Chello berangkat ke sekolah seorang diri. Sebenarnya ia sangat malas. Bahkan dalam ekspektasinya, ia berencana untuk rebahan di kasur kesayangannya, merecoki adik satu-satunya, atau mungkin malah pergi ke Beijing untuk mengunjungi kakak sepupunya tercinta, Cici Irene.

Tapi, mengingat betapa antusiasnya Jevan saat mengajak dirinya untuk ikut serta acara tahunan sekolah, Chello jadi tak tega untuk menolak.

Se-senang itukah Jevan saat ia ikut?

Chello berangkat dengan menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya. Dingin memang, tapi menyegarkan.

Chello tiba di sekolah dan memarkirkan motor matic kesayangan mamanya. Ia segera mencari Jevan yang sudah bisa dipastikan berada di dapur sekolah.

Mengingat pesan Jevan tadi sore, katanya ia mendapat jatah memanggang. Otomatis berhubungan dengan yang di dapur, kan?

"Chello bukan? Ikut juga? Tak kirain kamu nggak ikut." Tanya seseorang yang tengah duduk disamping pintu dapur, mungkin memiliki jatah yang sama dengan Jevan.

Chello langsung menoleh ke samping, Mas Elang. Salah satu sosok yang Chello sangat amat hindari. "Eh? Iya ikut, Mas Elang sendirian?"

"Nggak, berdua kok." Kata Elang menatap Chello dengan tersenyum jahil.

"Berdua? Yang satu?"

"Itu yang berdiri disamping kamu." Elang menunjuk samping Chello dengan dagunya.

Tanpa pikir panjang, Chello langsung menoleh ke sampingnya. Ia bergidik karena membayangkan yang tidak-tidak. "Mas Elang sendiri? Ikut acara apa jagain Mbak Senja?"

"Ikut acara iya, jagain Senja iya." Elang bangkit dari posisinya untuk melakukan peregangan.

"Oh. Jevan dimana mas?" Chello celingak-celinguk melihat sekitar.

"Keluar tadi sama Bang Basir, nyari panggangan tambahan kayaknya." Kata Elang yang membuka ponselnya karena ada notifikasi masuk, "Aku keluar dulu, Chell." Pamit Elang segera berlalu dari sana.

"Yoi."

Chello langsung bergegas ke dapur. Sampai di dapur ia dibuat terkejut dengan keberadaan beberapa kakak kelas yang bisa dibilang jarang berada pada satu frame yang sama.

"Lah? Mas Deska sama Bang Rayhan ngapain disini?" Chello terheran-heran saat melihat salah satu kakak kelasnya itu tengah menyeduh kopi.

Merasa namanya disebut, Deska menoleh dan tersenyum manis. "Eh, Chello ikut juga?"

"Diajak sih. Kalian cuma berdua bang?" Chello beralih menatap Rayhan yang sedari tadi diam memakan gorengan.

Baru membuka mulut ingin menjawab, Rayhan didahului Deska.

"Kerjaan Jevan pasti. Ngajak anak orang terus ditinggal." Deska berhenti sejenak untuk menyeruput kopi buatannya.

"Kita tadi berangkat sama Basir, Elang, juga Rayhan. Lumayanlah, bisa ngumpul sebelum fokus ujian, sekalian cuci mata." Lanjutnya enteng.

Best Friend  | ChenJi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang