13. Good Day

416 82 5
                                    

Dalam hidup pasti selalu ada banyak kejutan yang tak terduga, kan?

...

Weekend pagi, biasanya Jevan hanya goleran di kamar dengan berbagai macam jenis buku.

Ia sangat malas jika harus pergi keluar rumah, katanya weekend itu harus digunakan untuk mengistirahatkan badan dan mengasah otak.

Terserah Jevan sajalah.

Tapi, weekend pagi ini Jevan harus menghilangkan sejenak kebiasaannya. Sebab, semalam bunda menyuruhnya ke rumah Om Dimas untuk mengantarkan anak kucing. Sebenarnya Jevan sedikit malas, tapi karena diancam pemotongan uang saku, mau tak mau ia harus keluar dari zona nyaman nya dan mengantarkan anak kucing.

Kira-kira sejak 10 menit yang lalu, Jevan telah berada di halaman rumahnya memanasi motor matic kesayangan bunda, ditemani oleh 3 anak kucing yang berada dalam kandang, mungkin baru berumur 2 minggu.

Sebenarnya Jevan merasa kasihan jika harus memisahkan dengan induknya. Lagipula mempunyai 6 kucing termasuk induknya itu bukan hal mudah untuk dirawat, dan karena merasa terlalu banyak, bundanya memilih menawarkan 3 ekor anak kucing lainnya ke kakaknya, Om Dimas. Untungnya Om Dimas mau mengadopsi karena anaknya termasuk jajaran budak kucing.

Jevan menoleh sekilas ke belakang, guna melihat anak kucing yang sedang bergelung dengan selimut didalam kandang. "Lucu banget sih, lebih lucu dari Jisa malah." Gumam Jevan dengan tersenyum.

Tanpa sepengetahuan Jevan, Joy telah berada disampingnya dan berbisik tepat disamping telinga kanannya. "Ngapain ngomong sendiri?"

Jevan yang tak tahu menahu keberadaan Joy langsung terjengkit kaget. "Kak Joy dateng darimana sih?! Ngagetin tau!"

Joy yang melihat reaksi Jevan hanya menahan tawa, "Lagian ngomong sendiri. Terus ngapain pagi-pagi udah rapi? Mau ngapel?"

"Ngapel? Sama siapa?"

"Pasangan homo mu tu, si Chello. Kalian kan kemana-mana berdua." Joy berjalan melewati Jevan yang masih cengo.

Jevan bergidik ngeri saat paham maksud kakaknya. Sebenarnya, bagi Jevan bukan hal yang aneh jika pergi kemana-mana dirinya bersama Chello.

Lagipula, sohibnya saat ini sedang berada dalam masa-masa bucin ke salah satu cewek di sekolah sebelah.

Jadi apa salahnya jika ia pergi kemana-mana dengan sohib bontotnya?

Joy yang tadinya berniat masuk ke rumah, langsung berhenti sejenak dan berbalik menghampiri adik bongsornya. "Kamu mau kemana?"

Sebelum menjawab pertanyaan Joy, Jevan mematikan terlebih dahulu motor bunda, agar lebih jelas.

Ia mendudukkan diri diatas motor dan membiarkan Joy berdiri disampingnya. "Kerumah Om Dimas, emang kenapa? Mau nitip?"

"Ternyata anaknya Ayah Agra sama Bunda Lia peka banget ya, utututu jadi tambah sayang." Joy mengelus sayang puncak kepala Jevan.

"Nitip apa?" Jevan menyingkirkan tangan kakaknya dengan malas.

"Nitip ambilin jahitan kakak ditempatnya Mbak Tari dong, deket kok sama rumahnya Om Dimas."

Jevan meyugar poni panjangnya kebelakang. "Iya, tapi nggak gratis."

"Sepatu futsal baru?" Tawar Joy. Dengan malas ia menyodorkan tangannya.

Jevan langsung berdiri dan menjabat tangan Joy dengan senyuman lebar. "Deal!"

Tanpa basa-basi Jevan langsung pergi mengambil helm dan jaket bomber ke dalam rumah, dan disusul Joy yang menggerutu di belakangnya.

Best Friend  | ChenJi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang