07. Qurban

619 113 10
                                    

Hari Qurban, ya?

Boleh kok kurban sapi, kambing, sama kerbau.

Asalkan jangan korban perasaan aja.

...

SMA N 07 DIPONEGORO.

Tempat Chello dan Jevan menimba ilmu dimasa putih abu-abu. Pagi ini sekolah mereka mengadakan kurban dengan partisipasi dari para siswa serta staf guru.

Sekitar pukul 07.00 WIB, Chello telah berada di sekolah, lebih tepatnya di kantin.

Tadi pagi, setelah sholat subuh ia memaksakan diri untuk tidak tidur lagi, meskipun matanya terasa berat.

Semalam Chello tidur pukul 2 dini hari karena baru sampai di rumah setelah melakukan perjalanan dari Surabaya.

Jika bukan karena menuruti Tante Umma yang sedang ngidam, ia tidak akan mau datang ke Surabaya diluar hari libur panjang, seperti libur tahun baru misalnya.

Tapi, karena Om Lais sendiri yang datang menjemput, mau tak mau dirinya harus ikut. Sudah datang jauh-jauh dari Surabaya, tapi ingin ditolak kan jadi kasihan.

"Mau cosplay jadi panda Chell? Itu kantung mata warnanya mirip pantat panci." Celetuk Deska yang tak sengaja melihat adik kelas kesayangannya saat ingin melahap siomay.

"Ngantuk parah mas. Kayaknya butuh kafein." Kata Chello lemas disertai dengan jalannya yang sedikit sempoyongan.

"Sok-sok an butuh kafein, cuci muka sana! Atau malah mau cuci muka pake air cucian piring bu kantin?" Deska memperhatikan Chello yang terkapar di meja seberang, tepatnya di sebelah Basir.

Tenang, ia tidak sendirian berada diantara kakak kelasnya. Chello ikut bergabung bersama karena yang berada disana salah satunya adalah sohibnya, Jevan.

Dan untungnya kantin lumayan sepi karena tidak semua siswa datang pagi ini. Mungkin karena khusus panitia yang berisi anak-anak OSIS.

"Weh! Chello, Jevan sama Bang Basir ngapain masih disini? Kalian dicariin Pak Ketua di lapangan." Kata Senja menunjuk orang-orang yang ia sebut namanya tadi dengan menggunakan pisau.

"Woo! Santai mbak, ini bahaya lho kalau kena kulit." Jevan menurunkan secara perlahan pisau yang diacungkan Senja.

"Buruan sana! Kasian Bang Rayhan." Suruh Senja sebelum berbalik meninggalkan kantin.

Tanpa disuruh dua kali, mereka bertiga langsung pergi ke tempat Rayhan berada.

Satu kata yang terlintas dibenak mereka saat sampai di lapangan, gila. Disana ada 5 ekor sapi jantan yang memiliki body tidak main-main besarnya.

Tenang, sekolahnya tak sepelit itu untuk berbagi. Rencananya nanti sebagian dari dagingnya akan dibagikan dengan warga sekitar dan beberapa panti asuhan yang telah dipilih.

"Kalian jalan apa ngesot sih?! Lama banget! Jarak kantin sama lapangan itu nggak ada 1 km!" Semprot Rayhan saat melihat 3 anak manusia datang dengan napas terengah-engah.

Sekitar 5 menit mereka diam menormalkan napasnya, kecuali Rayhan.

"Jadi ada tugas apa Pak Ketua?" Tanya Basir menampilkan senyum yang dibuat-buat.

"Pak Ketua dengkulmu!" Sinis Rayhan, "Disuruh Pak Eko giring sapi ke taman belakang sekolah." Lanjutnya sembari melepaskan ikatan tali pada patok kayu yang dipasang kuat.

"Sendiri-sendiri bang?" Tanya Chello tak yakin. Tapi bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan tatapan datar Rayhan.

"O—oke bang." Melihat tatapan datar Rayhan, Chello langsung melepaskan ikatan sapi pada patok tanpa diperintah lagi.

Best Friend  | ChenJi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang