08. Beautiful Time

581 112 5
                                    

Pasti semua orang akan mengeluarkan kalimat yang berbeda untuk suatu momen yang berharga.

...

Dinginnya udara pagi ini begitu menusuk tulang. Padahal sang mentari telah menampakkan diri, meski terlihat masih malu-malu.

Meskipun begitu, udara yang dingin bukanlah apa-apa dibandingkan dengan semangat membara Jevan. Ditemani Chello sahabatnya, ia ditugaskan dari pihak sekolah untuk mengantarkan beberapa buku dan mainan yang di packing dalam satu kardus besar.

Kenapa tak mengirim lewat paket?

Sebenarnya Pak Eko yang menyuruh untuk langsung mengantar ke tempat tanpa perantara sangat berbanding terbalik dengan perintah sekolah.

Alasannya simple, agar silahturahmi tetap terjaga.

"Alamatnya dimana sih? Jauh emang?" Tanya Chello sembari memakan peyek kacang buatan bunda.

Ia telah berada dirumah Jevan sejak pukul setengah enam. Rasanya tangan Chello hampir beku saat dalam perjalanan kemari.

"Nggak jauh kok. Cuma di sekitaran daerahnya Bang Andhika." Jawab Jevan dengan senyuman.

Ia langsung menyambar jaket bomber yang tergeletak di sofa. Tempat dimana Chello tengah menikmati peyek kacang bunda.

"Jauh itu namanya!" Kesal Chello menghadiahi Jevan tatapan sinis.

Dua minggu lalu ia pernah menemani Jevan mengembalikan buku kerumah Bang Andhika. Lumayan lelah Chello saat itu, karena memakan waktu 1 jam 45 menit.

"Nggak jauh. Lagian, nanti kamu bakal ketemu sama anak-anak yang nge-gemesin."

"Yakin?" tanya Chello dengan wajah jahilnya.

"Yakinlah! Kenapa coba nggak yakin?!" Jawab Jevan mantap.

"Beneran?" Goda Chello.

"Iya lo! Iya!" Kesal Jevan.

Chello hanya terkekeh kecil saat mendapat reaksi kesal Jevan. Ternyata membuat Jevan kesal telah menjadi hobi baru yang menyenangkan baginya.

"Kalian yakin kesana cuma berdua?" Tanya bunda memastikan.

"Iya bunda ku sayang. Lagian yang lain mana mau disuruh kalau nggak dikasih pesangon?" Jawab Jevan yang tengah memakai helm hitam pemberian Kak Joy saat dirinya resmi masuk SMA.

"Berangkat dulu bunda. Assalamualaikum." Pamit Jevan. Mencium tangan bunda yang diikuti Chello.

"Wa'alaikumussalaam. Hati-hati dijalan, jangan kebut-kebutan."

"Iya." Kata Jevan mengiyakan.

"Bunda jangan rindu ya sama aku." Canda Chello yang tengah memakai helm nya.

"Ck. Mana mau bunda rindu sama kamu!" Kata Jevan sewot.

Bunda yang melihat interaksi mereka berdua hanya menanggapi dengan senyuman. Ia mengantarkan mereka berdua sampai didepan rumah.

Chello dan Jevan berangkat. Dengan posisi Jevan yang menyetir, sementara Chello yang membawa kardus diboncengan.

...

Panti Asuhan La Tahzan.

Rindu?

Ya. Jevan sangat merindukan bangunan minimalis yang berdiri kokoh di depannya. Masih sama seperti dulu.

Mungkin hanya cat yang berbeda. Dulu ia sering datang kemari bersama Mbah Uti. Tapi semenjak Mbah Uti tiada, ia jarang kemari. Mungkin terakhir berkunjung saat usianya 11 tahun, sebelum pindah ke Palembang.

Best Friend  | ChenJi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang