05. Dari Chello Untuk Mama

802 155 14
                                    

Perang.

Mungkin kata yang terdengar berlebihan.

Tapi, hanya kosakata itu yang terlintas di kepalanya saat melihat atribut yang dipakai Chello.

Jaket, sarung tangan, dan tutup panci yang dipegang layaknya perisai. Sebenarnya kurang helm, agar lebih lengkap.

Bagi Jevan, apa yang ia lihat saat ini benar-benar pemandangan langka.

Kenapa langka?

Karena Jevan jarang melihat penampilan absurd seorang Chello.

"Liatnya biasa aja dong mas." Chello menatap sinis Jevan.

Jevan langsung mengalihkan atensi nya ke arah lain. Susah payah ia menahan tawanya agar tidak meledak.

Bahkan sampai membelakangi Chello pun rasa ingin tertawanya makin besar. Chello sebenarnya tau jika Jevan susah payah menahan tawanya. Tapi ia enggan peduli, lebih memilih menghadapi minyak goreng ketimbang tawa tak berguna Jevan.

Chello meletakkan tangannya di atas minyak untuk memeriksa panas minyak goreng.

Sepertinya minyak di wajan penggorengan telah panas, tinggal memasukkan ayamnya. Ia berharap semoga dirinya baik-baik saja.

Terdengar berlebihan memang, tapi ia kurang suka jika harus menggoreng ayam.

Chello memasukkan ayamnya dengan penuh kehati-hatian. Sejauh ini masih cukup aman.

Tapi.

"OMG!" Teriak Chello ketika minyaknya mulai terciprat kemana-mana.

Sementara dibelakang, tawa Jevan langsung meledak. Dirinya lumayan terhibur melihat kelakuan sohibnya.

"Mau aku gantiin?" Tawarnya saat melihat Chello yang kelimpungan karena minyaknya mulai terciprat ke badan si koki.

"Nggak. Makasih." Jawab Chello yang masih terfokus pada ayamnya.

Jevan sendiri merasa gemas saat Chello menggoreng. Atributnya seperti orang yang tidak biasa menggoreng, bisa dibilang jarang malahan, minyak terciprat kemana-mana bahkan sampai ke lantai.

"Aww!" Teriak Chello saat pipi kanannya terciprat hingga berefek memerah pada kulitnya

Beruntungnya Jevan berada pada jarak aman dari jangkauan penggorengan.

"Gak tau diri!"

"Dasar minyak!"

"Bersyukur dong udah dibeli!"

"Jadi minyak jangan ngeselin dong!"

"Nurut kenapa sih!"

"Katanya kualitas paling bagus!"

Jevan yang menunggu Chello dibelakang hanya bisa menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan tingkah sohibnya.

Selama 15 menit ia mendengar omelan Chello yang ditunjukan untuk minyak.

Masih waraskah?

Saat Jevan sedang sibuk dengan pemikirannya, ia dikejutkan oleh teriakan Chello,"Finish!"

Chello mengangkat kedua tangannya di udara layaknya pelari marathon yang berhasil finish pertama kali.

"Finish apaan? Masih belum itu."

"Pokoknya ayam rampung digoreng wis tak anggep finish!" Kata Chello menggunakan bahasa yang agak kurang sreg dikuping Jevan, bukan apa-apa, tapi pencampuran bahasanya itu yang sedikit menggangu baginya.

Best Friend  | ChenJi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang