★ - six

2K 266 5
                                    

Khao, JJ dan Pluem sekarang berada di rumah kepala desa, mereka menceritakan detail kejadian dan menyiapkan diri untuk memulai pencarian di hutan Redwood itu.

Daritadi tak hentinya Khao memohon untuk melakukan pencarian saat itu juga, tetapi semua orang menolak. Hutan itu sangat berbahaya, jika mereka nekat melakukan bisa saja bukan Win yang hilang, tetapi orang lain juga.

"Kita cari besok subuh, saya sudah konfirmasi dengan warga sekitar dan mereka sangat bersedia untuk membantu" Ucapan sang kepala desa memberikan secercah harapan untuk ketiga sahabat itu. Mereka disuruh untuk istirahat, menyiapkan tenaga untuk esok hari.

Seorang asisten desa memberikan ketiga orang itu makanan. Entah ketidaksengajaan macam apa, JJ mendapatkan ayam bakar madu yang semakin mengingatkannya pada Metawin. Nafsu makannya yang semula sekecil biji semakin hilang, mulut dan perutnya ogah diberi makan.

"Je, makan. Khao udah berhenti sedih, lo jangan malah gini juga. Kasian perut lo belom dikasih makan dari tadi," Pluem berkata sambil membuka botol minuman untuk JJ yang hanya menatapi makanannya.

"Atau, lo mau gue suapin?" Ucapan Pluem tersebut membuat gelak tawa JJ dan khao. "Najis amat, mending gue disuapin pak kades daripada lo" Pluem tersenyum, setidaknya sahabatnya itu tidak sedih lagi.

Ketiganya sama sekali tidak bisa terlelap barang sekejap. Mendengar ucapan kepala desa dan istrinya yang mengatakan kalau hutan tersebut sering dijadikan tempat untuk mencari kekuatan hitam, banyak hewan liar pemangsa daging, dan hanya 30% hutan itu yang tereksplor oleh manusia, mereka tidak tahu ada apa saja didalam hutan tersebut.

"Coba gue dengerin omongan Win waktu itu, tentang firasat dia, mungkin semua ini gabakal terjadi" Ketiganya terdiam mendengar ucapan Khao, yang lagi-lagi menyalahkan dirinya. Ruangan homestay mereka sangat sunyi senyap, berbeda dengan malam sebelumnya, kamar tersebut diisi gelak tawa keempat pria muda yang bersenang-senang.

"Stop it Khao, lebih baik lo istirahat daripada ngelantur gajelas gini" JJ berbicara memecahkan keheningan sambil membenarkan selimut nya. Dinginnya desa Ganvie saat itu membuat siapa saja ingin bergelung di selimut tebal.

Mau tidak mau mereka harus tidur agar besok bisa melakukan pencarian dengan maksimal.


.
.
.

"Pluem, jangan lupa bawa P3K yang udah dikasih pak kades. Tas gue udah ga muat ini" Ucap khao yang sedang menata backpack penuhnya itu.

Jam menunjukkan pukul 4 subuh. JJ, Khao, dan Pluem tengah menyiapkan diri dan bawaannya yang telah diberikan oleh kepala desa kemaren. Mereka terlalu semangat ingin mencari sahabatnya yang memiliki muka sama persis dengan karakter snowball dan tubuh bongsor.

Saat keluar dari homestay, mereka dicegat penjaga resepsionisnya. "Ini, ada titipan tadi. Kalian disuruh makan dulu sebelum berangkat," Ibu tua itu memberi 3 kotak yang berisi makanan yang diterima dengan ogah-ogahan. "Panik boleh, tapi jangan lupa sama kondisi diri. Kalau kalian semua drop, siapa yang mau bantu cari temanmu itu?" Ketiganya tersenyum sedih, setelah mengucapkan kata terimakasih mereka duduk untuk menghabiskan makanannya.

"Kok orang disini pada baik-baik ya? Kabar tentang Win ilang gue rasa satu desa tau deh" Khao menatap kedua sahabatnya itu dengan tatapan bingung.

"Iya juga, ini makanan dari kemaren dikasih mulu ga disuruh bayar"

"Udah gais gaboleh negatif thinking, udah syukur banget kita ga keluar duit. Cepetan habisin biar nanti bisa cari Win lebih lama"

"Pluem jadi lebih bijak, ajaib banget" Sebotol mineral melayang mengenai kepala JJ. "Anjing lo, dipikir gue bego banget apa". Jeje mengusap kepalanya yang sakit "IYA LAH, ga nyadar diri banget lo." Khao hanya tertawa melihat kedua sahabatnya yang mencairkan suasana tegang itu.

Setelah selesai makan, mereka segera berjalan menuju rumah pak kades yang berada dibawah homestay nya. Sampai disana, sudah banyak warga dengan peralatan pencarian.

"Pak, kita udah siap semua" Ucap JJ ke pak Kades yang sedang berbicara dengan salah seorang warga. Pak Kades itu menoleh, lalu tersenyum. Semua yang melakukan pencarian berkumpul diruang tengah.

"Karena hutan itu luas banget, kita harus mencar dua tim. Tim A dikepalai saya, dan tim B dikepalai pak Abram. Kalian bertiga, apa mau berpencar atau satu tim?" Tanya pak Kades kepada Khao, JJ, dan Pluem.

Mereka saling pandang, "Gue mencar sendiri aja, Khao, lo sama JJ" Khao menatap Pluem khawatir. "Lo yakin? maksud gue, kita gatau nanti bakal gimana kan dan juga mereka orang asing..."

"Kalau kita semua bareng gimana nanti warga tau tentang Win, kan yang kenal kita. Percaya aja, pasti selamat semua" Pluem mengangguk menyetujui ucapan JJ.

.
.
.

Perjalan panjang dilalui dua tim itu, mereka berpencar saat setelah memasuki hutan. Membagi tim kearah timur dan barat, dengan dibekali walkie talkie setiap orang. Mereka meneriakkan nama Metawin, mencari bila ada barang Win yang terjatuh, mengecek pepohonan bila ada tanda yang diberikan.

Namun semua itu hasilnya nihil. Pencarian sudah dilakukan selama kurang lebih 5 jam, tetapi tidak ada yang ditemukan didalam hutan.

"GUYS, GUE NEMUIN BUNGKUS ROTI COKELAT YANG WAKTU ITU KITA BELI"

Suara dari walkie talkie mengejutkan tim barat, dengan tergopoh JJ meraih dan berbicara di alat komunikasi itu.

"PLUEM? ADA APALAGI? LO NEMUIN APA LAGI?!"

Hening. Tidak ada yang menjawab. Semua tim barat memandang khawatir ke arah JJ.

"PLUEM ADA APALAGI ANJING!"

"darah, ada darah disini, banyak"

Suara getir Pluem membuat semua yang ada disana terdiam.

Walkie talkie itu terjatuh dari tangan JJ, Khao mendelik tidak percaya.  Diambilnya Walkie talkie itu.

"LO JANGAN BOHONG, GA MUNGKIN"

Tidak ada balasan lagi dari tim timur, Khao berlari ke arah tempat tim timur diikuti rombongan nya. Meninggalkan JJ yang masih terpaku, matanya kosong. JJ mencengkeram ranselnya, tidak mungkin, sahabatnya pasti selamat. Ia merapal nama Win dimulutnya, ia menyesal tidak pernah terbuka tentang perasaan nya.

"Nak, ayo" Tepukan pak kades menyadarkan JJ.



.
.
.


enjoy•|

Agape • BW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang