"WOY KEBO BANGUN ANJING UDAH JAM 7, KITA KAN MAU FLIGHT JAM 8"JJ, Khao, dan Pluem sekarang ada di kamar Win. Padahal flight mereka satu jam lagi, tapi Win masih enak enak tidur.
"masi ngantuk bun"
"ban bun ban bun palalo ngebun. Bangun setan gue gamau ketinggalan flight" Khao menarik kaki Win membuat pemuda itu bangkit
"HAH ANJING JAM 7?! KALIAN KOK GA BANGUNIN GUE DARI TADI SI" Win segera menyambar handuk dan masuk kedalam kamar mandi.
"gue bangunin dari jam setengah tujuh ya dakjal. Lo yang malah makin nyenyak tidurnya!"
"heh nying ambilin baju gue di gantungan lemari. Udah gue siapin"
Pluem beranjak mengambil baju Win, "nyusahin banget ya lo" Dia memberikan pakaiannya pada Win yang sedang melongok keluar dari kamar mandi
"bacot ah mana cepet" Win masuk lagi kekamar mandi untuk berganti pakaian.
Untung kemaren dia udah nyiapin baju, jadi ga harus buang waktu lagi
Setelah berbagai kerusuhan, mereka sampai di bandara. Beruntung jarak dari rumah Win ke bandara tidak terlalu jauh.
"Syukur ya lo pesawat nya masih delay, coba kalau ga"
"ih ya maap atuh Khao, namanya manusia tempatnya salah" Khao hanya memutar bola matanya malas
Mereka berempat lagi menunggu delay pesawat yang harusnya hanya satu jam. Win masih gelisah dengan perasaannya. Kok ga ilang ilang gitu lo, kan dia jadi takut...
"eh gays, nganu"
"nganu kenapa?" JJ bertanya sambil bermain hp
"gimana ya, firasat gue dari kemaren gaenak. Kita beneran berangkat nih?"
"yaelah lo takut gara-gara hutan redwood nyeremin kan?"
"enggak njing ga gitu"
"ngaku aja deh Win, kita semua paham kalau lo itu penakut. Masuk rumah hantu aja mau pingsan" Win mendelik mendengar ejekan Pluem.
"udahlah Win, ga ada apa-apa kok. Paling cuman angin lalu doang"
Win hanya mengangguk mengiyakan perkataan Khao. Semoga saja firasat nya itu tidak benar.
.
.
."Ya Tuhan akhirnya nyampe, pantat gue panas duduk terus" JJ meregangkan badannya yang kaku setelah 6 jam duduk di pesawat.
"Jadi kita kemana lagi nih Khao? kan lo yang ngatur semuanya"
"nyari kereta dulu buat ke desanya. Ntar kalau udah kita jalan buat ke homestay nya. Udah reservasi jadi tinggal ambil kunci doang"
"okey"
Win menatap sekeliling dengan takjub, keren sekali kota ini. Seperti film film yang sering diliat Win. Orangnya juga ramah ramah banget.
"Win lo jangan jauh-jauh ntar ilang repot!"
Khao menarik telinga Win yang jauh dibelakang temannya. Terlalu asik menatap sekeliling.
"aduh sakit Khao!"
"ya lo sih, ini kan kota orang. Jangan semborono disini ya Win"
"iya iya bawel banget lo kayak bunda gue"
Khao yang dikatai bawel mendelik kearah Win, membuat pemuda bergigi kelinci tersebut menciut.
"kalian semua tunggu sini gue mau beli tiketnya dulu. Pluem JJ jagain Win, jangan sampe tuh bocah ngilang"
Win hanya merengut sebal, dikira dia anak tk lagi study tour apa pake di jaga segala.
Tak butuh waktu lama, Khao kembali dengan empat tiket kereta dengan nama masing-masing orang.
Win menatap tiketnya dengan berbinar, nama desa yang akan mereka tuju sangat bagus. Ganvie
"wah bagus banget nama desanya"
"iya anjir, pas gue liat di gugel juga desanya indah banget. Jadi gasabar kesana"
Win mengangguk, setuju dengan pluem. Dia tidak sabar datang ke desa Ganvie itu. Melupakan firasat tidak enaknya itu.
Lima belas menit menunggu akhirnya kereta menuju desa Ganvie datang. Win dalam hati bersorak kegirangan. Sambil memotret stasiun dan kereta yang agak sedikit jadul.
Setelah itu mereka masuk, duduk di kursi berhadapan. Win dengan JJ, Pluem dengan Khao.
"wah pemandangan nya indah banget" Pluem berkata sambil memfoto pemandangan dari jendela kereta api.
"iya bagus banget, gasalah kita kesini" Khao tersenyum. Bangga dengan ide cemerlangnya.
"gue ngantuk, ntar kalau dah nyampe bangunin gue ya" JJ segera bersandar pada bahu Win. Membuat pemilik bahu risih
"heh enak banget lo ya main nemplok nemplok ke gue"
"ngantuk Win, lagian kan lo juga enak duduk deket jendela" Win hanya bergumam malas.
Win mengalihkan pandangannya keluar jendela. Sungguh, sangat indah. Membuat dirinya melupakan semua perasaan tidak enak yang sebelumnya ada.
Setelah kurang lebih setengah jam mereka sampai desa Ganvie. Semuanya bergumam takjub melihat desa yang sangat natural. Belum tersentuh perkembangan jaman di era modern ini
"yuk, kita harus naik buat ke homestay nya"
"pegel gue" Win merengek
"gosah manja ya lo, dipikir kita kita mau gendong badan lo yang segede gaban itu" Win mengerucutkan bibirnya sebal dengan Khao.
Khao dan JJ berjalan duluan, disusul pluem dan Win dibelakangnya mengikuti. Melihat sekeliling yang sangat indah.
Penduduk disini sangat ramah dan sopan. Setiap kali mereka berpapasan selalu tersenyum dan menyapa walaupun mereka tidak saling kenal.
Membuat Win berandai bagaimana rasanya tinggal di desa indah seperti ini.
.
.
.enjoy•|
KAMU SEDANG MEMBACA
Agape • BW
Fanfikce"hiks kalian dimana, win takut hiks" "hey" ᥕᥲrᥒ ! thι᥉ b᥊b ᥴ᥆ᥒtᥱᥒt , ιf ᥙ d᥆ᥒ't ᥣιkᥱ ιt g᥆ ᥲᥕᥲᥡ fr᥆꧑ hᥱrᥱ. slow update!