★ - seven

2K 276 2
                                    

Berlarian, panik, kalut. Itu yang dirasakan ketiga sahabat ketika satu personilnya hilang, ditemukan barangnya namun dengan darah yang berceceran disekitarnya.

Kenapa harus seperti ini, mereka ingin membuat memori indah, bukan tragis. Kenapa takdir selalu bermain seenak kehendaknya sendiri.

JJ, Khao, dan Pluem hanya bisa terdiam menatapi darah yang sedikit kehitaman. Air mata mengalir di masing-masing pipi, membuatnya jelas akan kesedihan tak terbendung yang dirasakan. Semua warga melihat dengan tatapan sendu, seolah ikut berbela sungkawa. Namun, ini dirasa aneh oleh pak kades.

"Biasanya, darah manusia tidak berwarna biru" Pak Kades berbicara sambil mencolek darah itu, semuanya kaget, "ini warna biru, bukan hitam" sambil melihat jelas darah dijarinya.

Ia melihat ada jejak darah, seperti pemilik tubuh itu terseret. Pak Kades yang pertama mengikuti jejak itu, arahnya semakin lama semakin masuk kedalam hutan. Ujung ceceran darah, ada seekor serigala yang tergeletak dengan kepala terpisah dari badan.

Semuanya yang melihat mayat hewan itu terkejut, memalingkan pandangannya dari keadaan naas serigala itu. Mereka bingung, siapa yang membuat hewan liar ini mati mengenaskan? Apakah win yang sanggup membunuh serigala itu?

Berbagai pertanyaan berkecamuk dipikiran mereka. Apa yang sebenarnya terjadi? Kemana sahabatnya? Bungkus roti itu ditemukan persis sekali didekat genangan darah, apa ini tanda kalau Win masih hidup?

Namun, waktu terus berputar. Mentari menunjukkan kelelahannya, ia meminta untuk berganti dengan bulan, sang malam. Mereka terpaksa kembali ke homestay dan melakukan pencarian di esok hari. Berharap takdir bisa memihak kepada mereka.

.
.
.

"Je"

"Jeje"

"WOI JE! BUSET BUDEG LO?"

JJ yang terhanyut dalam lamunannya tersentak. Ia merengut sebal. "Apasih anjiing, ganggu aja" Khao menatap berang, "Lo yang apa, ngapain bengong begitu? Dipanggilin ga nyaut, awas kerasukan lo"

Ia menghela napas, "Gue sayang Win".

Pluem yang sedang menyeduh kopinya menoleh, "Kita semua sayang Win"

"No, i mean, as a guy"

Hening.

"LO NAKSIR WIN?" Pluem berteriak kaget, pandangan mata tidak percaya mengarah ke JJ.

"Iya, pinter kan gue. Bisa nutupin perasaan sampe lo semua ga nyadar"

"Anjir serius? Sejak kapan?" Khao menatap heran, bisa-bisanya mereka yang selalu kemana-mana berempat tidak mengetahui bahwa sahabat satunya ini memendam perasaan.

"Gatau, tapi gue mulai sadar waktu kita kuliah. Dimata gue dia perfect banget"

Hening.

"Pantesan gue kemaren denger ada yang nangis sesenggukan sambil manggil Win" JJ hanya tersenyum kecil. Tepukan di punggungnya membuat ia berkaca-kaca, "Its okay Je, kita pasti temuin Win. Gue yakin dia pasti selamat, lo tau sendiri kan dia itu kuat walaupun penakut" Perlahan tetesan air mata mengalir.

Ketiga sahabat itu saling peluk, saling menguatkan, saling berbagi kesedihan.

Grup jojoba, tidak akan pernah sama, bila tidak ada salah satu dari anggotanya.



.
.
.




Buram, lemas. Itu yang dirasa Metawin ketika matanya terbuka. Pandangannya yang kabur ketika melihat cahaya matahari mengenai matanya tepat. Dirinya kehausan, entah sejak kapan ia pingsan, tapi yang pasti hutan itu semakin pekat.

Win melihat tas ranselnya masih utuh, namun ada sedikit sayatan.... atau mungkin bekas cakaran. Berusaha mengingat apa yang terjadi, tapi otaknya tidak menimbulkan sedikit memori akan penyebab ia pingsan.

Tangannya dengan grusuh merogoh tas nya, Win kelaparan, kehausan, dan badannya terasa lengket semua. Beruntung ia menemukan minuman ion yang tersisa, beserta sebungkus pie susu.  Win memakan dengan pandangan awas ke sekeliling. Feeling nya mengatakan, kalau ia telah tersesat lebih dalam.

Pusing di kepalanya sedikit mengganggu, dengan susah payah ia berdiri. Berusaha mencari jalan pulang. Win memotret semua alam yang ada disekitarnya, untuk menjadi penunjuk.

Cekreekk

Win menggosok matanya, ia melihat dibalik kamera ada seekor serigala sedang mengintipnya dibalik pohon. Namun saat melihat langsung, serigala itu telah hilang.

Win melihat hasil potretnya, dan benar, ada serigala mengintip dibalik pohon. Kulitnya putih bersih, dengan mata abu-abu. Tetapi ada yang aneh, serigala itu seperti telah melakukan pertengkaran hebat. Badannya penuh luka dan darah kering.

"Serigala tadi, kenapa cuma lihat? Kenapa seakan dia lagi ngawasin gue?"

Metawin kebingungan. Ia takut. Memori malam itu muncul, seolah serigala itu menjadi acuan triggered alasan mengapa ia pingsan.

Serigala itu, yang menolong Win ketika ia hampir dimangsa serigala lain.


.
.
.



enjoy•|

metawin being good boy indeed, he makes me scream and crying so bad, LMAO (+_+)

btw, thankyouu udah mau baca this abal-abal book. your vote and comment makes me happy-!




Agape • BW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang