★ - nine

2K 276 6
                                    

Hujan turun begitu deras, entah hutan sekarang terasa sunyi dan sepi. Beruntung Metawin berlindung didalam gua kosong yang bisa melindunginya dari air yang jatuh dengan kuat. Tetapi keheningan itu bagai momok bagi Win, hutan yang lebat ini tampak mencekam saat hujan.

Makanannya habis, minuman yang tersisa didalam ransel hanyalah sekaleng minuman isotonik yang ia hemat untuk keesokan hari. Perutnya keroncongan, ia benar-benar lapar. Tapi tidak ada yang bisa ia cari untuk makan.

Tangan Win bergerak mengambil apel yang ia sisakan tadi, buahnya sudah berubah menjadi busuk. Memandangi apel itu, memikirkan serigala putih yang aneh. Win berharap si putih kembali menghampirinya dan menyelamatkan nyawanya. Entah rasa takut nya seolah menguap.

Dingin menusuk kulitnya yang hanya terlindungi baju seadanya. Meringkuk mencari kehangatan, menunggu hari esok tiba, menyiapkan tenaga untuk kejutan di esok hari.




.
.
.




Sudah dua hari pencarian dilakukan tapi hanya berhasil menemukan bungkus makanan, tidak ada yang lain. Semuanya lelah, lelah hati, lelah fisik. Mereka takut akan reaksi yang ditimbulkan keluarga Win saat mereka mengetahui anaknya hilang, kemaren ibunda Metawin mengirim pesan ke Khao---menanyakan kabarnya karena ponsel anaknya itu tidak aktif. Tetapi dibalas dengan kebohongan bahwa mereka menambah hari liburannya itu, menutupi kenyataan bahwa keadaan yang sebenarnya adalah Metawin hilang ditengah hutan..

Bantuan dari polisi daerah setempat sudah mulai dikerahkan, berharap mendapatkan hasil memuaskan. Ketiga orang itu selalu ikut dalam evakuasi pencarian Win, tak absen barang seharipun walau badannya lelah semua.

Kebaikan warga sekitar juga membuat beban mereka sedikit ringan, makanan yang selalu diberi secara percuma, doa-doa agar salah satu sahabatnya itu cepat ketemu, dan lain-lain. Mereka yakin pasti Win bisa ditemukan secepatnya

"Je, lo ga makan lagi?" Pluem mengangkat tempat makan jatah JJ yang masih penuh tidak tercuil sedikit pun. Dari kemaren raut putus asa terpampang diwajah sahabatnya itu, makan ogah yang dilakukan hanya menunggu hari esok melakukan pencarian.

"Je please, makan sedikit please. Lo bakal nyakitin badan lo Je, kalau lo sakit siapa yang bakal nyari Win? Lo mau cuma terbaring lemah nanti? Hah?!" Khao sedikit terpancing emosinya.

Dia memang orang pertama yang sangat hancur, tapi sekarang ia berusaha untuk tegar. Tetapi sahabatnya ini bertingkah seperti bocah disaat keadaan genting. Pluem yang ada diantara mereka hanya terdiam, menenangkan Khao agar tidak memunculkan masalah lain.

"Stop it, ga kasian sama Win kalau dia tahu kalian berantem gara-gara hal tolol kayak gini? Capek boleh guys, tapi otaknya juga dipake" Ucapan kasar Pluem itu sedikit menggerakkan hati keduanya. JJ meraih kotak makan dan memakannya dengan lahap, Khao mengusap wajahnya pergi kearah balkon---mencari angin segar.

"Je, control yourself. I know you are strong" Pundak JJ ditepuk, diberi senyum menguatkan. Mengangguk sekilas sebagai jawaban.

Semua tengah sibuk berkemas, pencarian akan dimulai hari ini. Kaki JJ sedikit terpincang, saat itu ia tidak berhati-hati sehingga ranting tajam tertancap dikakinya yang menimbulkan perih dan darah mengalir. Tetapi untungnya pak kades segera memberi pertolongan pertama dengan P3K nya.

Pintu kamar itu digedor, Khao yang berada didekatnya membukakan. "Kalian udah siap?" Seorang polisi berdiri didepan pintu, menjemput ketiga sahabat itu.

Agape • BW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang