★ - eight

2K 276 7
                                    

GRRRHHH

Win tergagap, ia tidak bisa bergerak. Didalam hatinya, merapalkan doa. Tuhan jangan, aku tidak mau meninggal dengan cara seperti ini.

Tubuhnya gemetar hebat, ia berusaha menutupi badannya menggunakan tas ranselnya saat melihat serigala itu seperti ingin berancang-ancang menyerang dirinya.

"p-plis no , don't eat me. Daging aku gaenak. Plis hiks, plis biarin aku hidup hiks."

Auman serigala bersahutan kembali, melolong seperti menyuarakan kematian Metawin.

Serigala itu mengayunkan cakarnya, Win kaget, tas nya ia gunakan sebagai pelindung. Tangisannya makin kencang, mulutnya sibuk bergumam merapal doa.

BRAKKKK

GRRRRR

AAUUUUU

Seekor serigala putih muncul, menerjang serigala hitam yang siap memangsanya. Taringnya terlihat menakutkan saat ia membuka mulutnya, mengeluarkan auman dan lolongan. Serigala putih memojokkan lawannya, namun sepertinya si hitam tidak takut. Dengan keras ia menabrakan diri ke arah si putih yang berhasil dihindari sehingga si hitam terhantam pohon dengan keras.

Win hanya terdiam melihat itu, bingung, panik. Kenapa serigala itu saling beradu? Apakah memperebutkan dagingnya? Atau si putih menolongnya?

Eum, mungkin. Untuk opsi terakhir itu terlalu mustahil. Werewolf hanya ada didalam novel fiksi bukan?

Ia melihat betapa kejinya si putih menghajar si hitam, seolah lawannya itu mempunyai dosa terbesar. Namun, kegigihan hitam dalam beradu sangat kuat, walaupun tubuhnya penuh dengan darah, ia masih berusaha melawan.

Metawin yang tidak menyia-nyiakan waktu menjalankan kakinya menghindari kedua serigala itu. Tetapi pergerakannya dilihat oleh si hitam. Saat si putih lengah, serigala hitam itu menyeruduk Win dengan sangat kencang, ia kehilangan keseimbangan, kepalanya terbentur sangat keras.

Hal terakhir yang Win lihat sebelum pingsan adalah,

serigala putih yang mengamuk kesetanan, mengeluarkan segala tenaga untuk membunuh serigala hitam.

Setelah itu, gelap. Win tidak sadar.



.
.
.


"Aduh capek banget gueee" Keluh Win saat ia sedang beristirahat dibalik pohon. Sungguh, kakinya nyeri, kepalanya pusing, badannya lengket, lapar, haus. Keadaan seperti ini tidak pernah sekalipun terbayang oleh seorang Metawin yang merupakan anak rumahan.

"Anak curut lagi ngapain ya? Panik banget pasti mereka gue ngilang. Huhuuu, lagian kenapa gue goblok banget pake sok ngide masuk hutan sendiriann" Raungan kesalnya diikuti tangannya memukul kepala menandakan penyesalan.

Matanya tidak sengaja kembali melihat seekor serigala yang sama tengah mengintip. Entah mengapa, ia tidak merasa takut sama sekali dengan serigala putih itu, justru ia merasa aman. Tangannya melambai ke arah si putih itu, konyol memang, tapi ia merasa kalau serigala itu memiliki insting sama seperti manusia.

Ia melihat si putih itu hanya diam, lalu kepalanya menunduk seperti sedang menaruh sesuatu. Melihat kepala itu menunduk, Win terkejut ketika ia dengan mata kepalanya menatap sang serigala yang membawa buah apel segar seperti baru dipetik. Ketika si putih selesai menaruh, ia pergi begitu saja. Meninggalkan Metawin dengan BUANYAK SEKALI pertanyaan dikepalanya.

Pria manis itu bergerak mengambil buah apel, menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Haruskah dia makan? Kenapa seolah serigala itu mengerti akan dirinya? Apakah apel ini berbahaya?

Lagi dan lagi otaknya seperti sedang memecahkan misteri yang sangat susah. Dengan rasa percaya ia menggigit kecil apel itu dengan mata terpejam, takut bila yang diberikan itu makanan beracun.

Namun, sudah lama ia memejamkan mata tapi tidak ada hal aneh yang terjadi. Apel itu terasa segar, dan sedikit mengenyangkan perut karet Metawin itu. Setelah puas memakan, ia menyisakan apel untuk menjadi kenang-kenangan.

Dirasa sudah cukup istirahatnya, Metawin kembali melanjutkan perjalanan mencari arah keluar dari hutan. Sebelum gelap, ia harus mencapai bagian luar dari pekat nya hutan redwood ini.

Sudah berkilo-kilo Win menelusuri hutan itu, tetapi seakan ia tidak menemukan 'exit door'. Hari sudah mulai gelap, dan ia takut kejadian kemaren akan terulang lagi.

AH PONSELNYA.

Win baru sadar kalau ponsel miliknya hilang, tidak ada dimana-mana. Ia terakhir mengingat ponsel itu dimasukan kedalam kantong celana, tetapi sekarang semua kantong itu kosong. Apa mungkin jatuh waktu ia pingsan.

Ugh, rasanya Metawin begitu merindukan sahabat gila dan orangtuanya yang bawel itu. Ternyata bila tidka ada mereka, hidup Win seakan kacau. Ia berjanji ketika berhasil selamat, akan menuruti apapun ucapan orangtua untuk dirinya. Dan mentraktir geng jojoba itu makanan enak.

Saat diperjalanan ia menemukan sebuah gua kosong yang sangat nyaman untuk dihuni semalam, berlindung dari bahayanya malam. Daritadi ia menemukan berbagai hewan herbivora yang sangat lucu, tidak jarang juga ia melihat ular tengah melintas.

Win sedikit banyak mengurangi stressnya, ia tau kalau hanya panik dan takut akan membuat dirinya tersuggest akan hal buruk.


.
.
.


"Habis darimana kamu? Kenapa memisahkan diri tidak ikut rombongan pulang kesini?" Suara orang yang duduk di tahta menghentikan langkah seorang lelaki muda yang tampan.

"Maaf dad, saya ada urusan kemaren"

"Kamu tidak melakukan hal bodoh, kan?"

Lelaki itu tersenyum miring, "Tidak." Lalu ia kembali melanjutkan jalannya, memasuki kamar dan menguncinya.

Pikirannya kembali teringat akan ramalan seorang witches terkenal.

"Suatu saat, anak manusia akan datang. Bersatu dengan putra mahkota tahta kerajaan, mengubah pemerintahan yang tidak adil"

Ia seakan memiliki koneksi kepada seseorang itu dari pertama matanya bersibobrok, ia paham bahwa dialah orang yang diramalkan. Dan wajah manis itu, terpahat apik didalam benak sang putra mahkota terngiang-ngiang seakan narkoba yang sangat memabukkan.

.
.
.


Enjoy•|

Agape • BW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang