18. Mari kita selesaikan

137 22 12
                                    


Minhyun membalikkan tubuhnya sempurna berhadapan dengan orang tersebut. Ia menarik nafas pelan setelah itu.

"Bagaimana bisa kau tahu aku disini?" tanya Minhyun.

Doyoung menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyum kecil.

"Kau pernah menceritakan padaku tentang panti asuhan ini. Dan aku tahu kau tidak memiliki keluarga selain ini" jawab Doyoung.

Doyoung tertawa kecil. "Kau memang tidak pandai berbohong Minhyun"

Minhyun menatap Doyoung lurus. Sedangkan Doyoung perlahan mendekat ke arah Minhyun.

"Dan aku tahu kalau kau yang menyuruh sekretaris Lee menyebarkan berita itu" tambah Doyoung lagi yang sekarang berdiri tepat di depan Minhyun.

Minhyun masih mematung di tempatnya. Hanya matanya yang berbicara saat ini.

"Aku tidak tahu motif dasarmu menyebarkan berita ini. Tapi apa kau pernah berpikir dampaknya akan seperti apa?"

Minhyun mengernyit dalam mendengar pertanyaan Doyoung.

"Apa maksudmu?" tanya Minhyun.

"Apa kau sengaja melakukan ini pada Ryujin?"

Minhyun bungkam. Ia menarik nafas begitu dalam.

"Aku memang sengaja. Apa kau puas sekarang?" tantang Minhyun.

"Kau mau balas dendam?"

"Aku hanya ingin Ryujin tahu kalau aku tidak ingin diam saja ketika dia mencampakkanku"

Minhyun memejamkan matanya kuat. "kau mungkin selama ini menganggapku sebagai orang jahat. Tapi apa kau pernah berpikir jika berada di posisiku sekali saja?"

"Sungguh, aku sendiri tidak ingin menjalani hidup seperti ini" kesal Minhyun menunjuk dirinya sendiri.

"Lalu apa keputusan akhir dari perbuatanmu ini? Kau akan terus berpura-pura tidak tahu dengan semua kekacauan yang terjadi?" desak Doyoung.

Minhyun bungkam. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

"Jaehyun dan Ryujin mungkin akan bercerai dalam waktu dekat ini. Jadi aku mohon, pertanggung jawabkan perbuatanmu itu atau aku akan benar-benar membencimu, Minhyun" akhir Doyoung.

*****

Jaehyun mengintip dari bilik pintu kamar bayi yang telah mereka siapkan. Disana sudah ada Ryujin yang sedang duduk sambil meratap ke luar jendela.

Ryujin mengusap perutnya yang kian hari kian membesar. Ia menatap perut itu sambil sesekali terisak sedih.

"Maafkan ibu, sayang" tangisnya.

Ryujin sesenggukan. "Ibu sudah membawamu dalam kesulitan ini. Kau.. seharusnya tidak terlibat dengan kekacauan ini jika ibu tidak melakukannya dari awal"

Ryujin menyandarkan kepalanya di sandaran kursi yang didudukinya. Ia mengadahkan kepalanya yang benar-benar terasa pusing sekarang.

Ryujin akhirnya memutuskan untuk berdiri. Melihat itu, Jaehyun buru-buru bersembunyi dari kamar dan melihat Ryujin yang sudah menutup pintu kamar tersebut.

Ryujin melangkah menuju kamarnya, setelah Ryujin masuk Jaehyun juga ikut masuk ke dalam kamar.

"Ryujin.." panggil Jaehyun lembut.

Ryujin memegang kepalanya tanpa menoleh ke arah Jaehyun. Hingga akhirnya Ryujin memutar badannya ke arah Jaehyun secara sempurna.

Come, Stay, or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang