Hiruk pikuk keramaian kota Jakarta yang menyebalkan bagi sebagian orang, dan mendebarkan kadang kala. Demikian dengan harga yang harus mereka bayar. Begitulah Lingga selama ini menjalani hari-harinya sebagai pelajar rantau yang memilih ibu kota sebagai tempatnya menimbah ilmu. Pun tempat pelarian terbaik dari busuknya keluarga yang selama ini ia anggap rumah. Sampai suatu hari, gadis berseragam SMA di depan cafe itu berkata, "Kak kepalanya berdarah." Sejak saat itu dunia Lingga berubah 190 derajat.