[Cerita ini minim konflik dan aku tujukan agar kalian terhibur dengan romansa desa yang sederhana] Areksa Mahendra, Mas-Mas Jawa yang berprofesi sebagai petani di desa itu harus mengalami kejadian naas di umurnya yang sedang semangat dalam menggarap bisnis dan sawahnya. Satu tahun lalu ia harus menjadi korban tabrakan dari seorang pengemudi mabuk. Kaki kirinya patah dan harus menjalani serangkaian operasi. Bahkan setelah semua operasi ia jalani, ia masih tetap belum bisa menggunakan kaki kirinya seperti sedia kala dan harus menggunakan kursi roda. Anindya Nasywa Ayudisha, perempuan yang baru saja mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Tidak seperti orang lain yang memilih melanjutkan hidupnya di tengah gemerlap kota besar seperti Jakarta, Nindya memilih pulang ke desa. Nindya merasa Jakarta bukanlah tempatnya untuk hidup. Ia tidak menemukan dirinya sendiri di Jakarta. Sebulan di rumah, ia benar-benar menikmati hidupnya, meski menjadi pengangguran tentunya. Nindya mengganti semua waktu yang ia jalani di Jakarta dengan bermain dan hidup sesuka hatinya di desa. Nindya menjadi lebih bersosial daripada ketika di kota. Semua umur, baik laki maupun perempuan bisa Nindya dekati. Terutama, Ibu Ningrum, wanita yang selalu melabeli dirinya sebagai calon mantu bagi anak laki-lakinya yang tak lain adalah Areksa Mahendra.