Sumilir 6

2.4K 241 7
                                    

"Resolusi tahun baru? Yah, balik kerja:("

-Anindya Nasywa Ayudisha-

🌺

Hobi baru Areksa baru-baru ini adalah membuat orang rumah kelabakan dengan mendapati kursi roda miliknya teronggok begitu saja di sembarang tempat sementara dirinya sudah mulai kelayapan menggunakan kakinya sendiri. Seperti saat ini, Aneska baru saja selesai mandi pagi dan hanya mendapati kursi roda kakaknya berada di dekat kursi rotan ruang tengah tanpa adanya tanda-tanda sosok Areksa.

"Mas?" Aneska menjulurkan kepalanya ke dalam kamar Areksa dan mendapati kruk milik kakaknya masih bersandar rapi di dekat ranjang.

"Lah? Wong gendheng, MAS!" Teriakannya lantas menggema.

"Di depan," sahut Areksa dengan santai.

Aneska menyusul ke depan, ia benar-benar mendapati kakaknya sedang duduk di kursi depan rumah dengan keringat yang membasahi kaos birunya.

"Ambilin kursi Mas, Dek," pinta Areksa. Aneska menurut tanpa diperintah dua kali. Ia membawa kursi roda kakaknya ke depan rumah.

"Pagi-pagi udah latihan jalan?"

Areksa mengangguk, tangannya sejak tadi memijit paha dan betis kirinya dengan hati-hati.

"Mumpung belum mandi."

"Jangan terus maksain diri lho, Mas, mentang-mentang udah dikasih lampu ijo sama dokter buat jalan lebih banyak. Selak ngapa ta, Mas?" [...Keburu mau ngapain sih, Mas?] Aneska berjalan melewati Areksa dan duduk di kursi lain.

"Kalau nggak terus latihan, aku mau sampai kapan di kursi, Dek?"

Aneska pun mengulum bibirnya, tak lagi ingin kelanjutkan topik itu. Hening cukup lama, keduanya hanya memandang jauh ke hamparan sawah seberang rumah mereka. Tampak satu dua punggung petani yang sudah timbul tenggelam mengurus pekerjaan mereka masing-masing.

"Kunci toko kamu yang bawa?" tanya Areksa kemudian.

Aneska menggeleng, "ada di Sidiq."

"Nanti Mas nyusul ke toko."

"Yes, bayaran!" Akhir bulan Areksa pasti akan menyempatkan untuk datang ke toko dengan membawa tas berisi banyak amplop hasil hitungannya yang sudah lengkap dengan nama para pegawai.

Areksa masih mempertahankan sistem tunai di era digital seperti sekarang untuk membersamai karyawan yang tidak memiliki rekening untuk menampung gaji apalagi orang tua yang bekerja dengannya untuk menggarap sawah miliknya. Lagi pula, kebanyakan uangnya juga berbentuk tunai, tidak banyak yang ada di rekening. Selama masih ada lemari kayu jati di kamarnya, Areksa tidak perlu menyimpan semua uangnya di rekening.

"Nanti malem bakar apa, Dek?"

"Kemarin Kang Sabar ngasih jagung setengah sliri. Nggak tau tuh, dapet dari mana." [...setengah karung.]

"Setengah sliri ki sek gelem ngrokoti sinten?" [Setengah karung itu yang mau gigitin siapa?]

"Kita bareng-barenglah, tahun lalu juga banyak yang mampir. Ibu bilang juga mau bagi ke Pak Bambang lima."

"Terus masih berapa?"

"Ya setengah karung itu."

"Ealah..." Areksa menggeleng-geleng. "Kenapa ngasihnya cuma lima?" tanya Areksa kemudian.

"Nggak tau tuh, lagian biasanya temen-temen Mas pada kesini ta? Tinggal diinfo juga ludes nanti. Oh, aku mau beli sosis juga deh,"

"Ambil uangnya di kamar nanti."

SumilirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang