Catatan:
Cerita ini diikut sertakan dalam event 40dayswith5p
Dengan target tamat dalam 40 hari.
Mohon maaf jika hasilnya kurang memuaskan;-;
Silahkan razia Typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar.
••★••
"Assalamualaikum, Eyang! Vika pulang." seru Vika saat membuka pintu rumah Eyang Sinta. Vika berjalan menuju ruang tengah, pasti Eyangnya sedang duduk disana dengan buku-buku resep.
"Waalaikumsalam, kamu habis kemana aja? Kok pulangnya terlambat?" Eyang Sinta, menutup buku ketika Vika sudah duduk dihadapannya.
"Tadi Vika ke perpustakaan kota, Eyang, aku keasyikan baca buku jadi lupa belum kasih kabar ke Eyang, maafin Vika udah buat Eyang cemas."
"Iya. Eyang maafin. Faiq-nya mana? Kamu pulang dianter Faiq kan?" ujar Eyang Sinta sambil mengusap puncak kepala Vika. "Iya, Eyang tau dari mana? Kan tadi Eyang sibuk baca buku."
"Eyang yang suruh Faiq cari kamu, abisnya kamu nggak pulang-pulang kan Eyang khawatir."
Ooo, jadi Kak Faiq nyari aku, untung aja ketemu kalo engga mungkin aku udah nginep di halte. Vika membatin, "Iya, maaf Eyang. Vika janji nggak bikin eyang khawatir lagi."
"Yaudah yuk makan dulu! Kamu pasti leper kan?" Tangan Eyang menarik lengan Vika. "Eyang tau aja kalo Vika laper." Mereka berjalan beriringan menuju meja makan, yang ternyata sudah dipenuhi oleh masakan Bu Jumi. Lidah Vika sedikit bergerak ketika hidungnya membaui aroma lezat itu.
***
"CIEEEEEE, YANG SEMALEM NGEDRAKOR BARENG VIKA!"
Baru saja Faiq melangkah ke dalam kelasnya. Rasanya dia ingin kembali ke kamar dengan seperangkat alat tidurnya ketika mendengar teriakan Aries yang sudah mirip suara terompet tahun baru . Kenapa mesti berteriak jika sudah melihat Faiq di hadapannya, memangnya Faiq punya gangguan pendengaran apa? Dan lihatlah Aries yang masih bisa memasang wajah baby face yang amit-amit ketika Faiq menatapnya tajam. Percuma saja, mau sampai bola mata Faiq menggelinding ke gawang Persija, Aries akan tetap berlagak bodoh. Faiq hanya bisa menghembuskan nafas panjang dan kembali melangkahkan kakinya menuju bangku di sudut tergelap ruangan ini. Tidak seperti murid pintar lainnya yang mungkin akan duduk paling depan, lurus dengan papan tulis. Faiq lebih memilih duduk paling belakang, paling mepet tembok. "Nonton drakor pala lo peang!" sinis Faiq sambil mendaratkan bokonnya ke posisi ternyaman, yang tidak lain bersandar di tembok. Dari sudut ini dia bisa melihat semua penghuni kelas memperhatikan mereka berdua.
"Bukan nonton, tapi memerankan, asyik. Berlatar belakang sore hari tepat saat hujan mengguyur bumi ini, duduklah seorang wanita di halte busway, kemudian datanglah pangeran dari negeri antah berantah menunggangi kereta besinya. Lalu pangeran tersebut turun untuk mengajak sang wanita pulang bersamanya. Wadauww."
"Tikus lo!"
"Kagak nape-nape jadi tikus, asalkan bukan tikus berdasi yang doyannya makan duit rakyat. Kapan yak, gue bisa kayak gitu? Perasaan tampang gue nggak jelek-jelak amat, kenapa cewe yang lain larinya kalo bukan ke lo ya ke Jaki. Kalo ada yang mule ngelirik gue paling seminggu dua minggu minggat, malangnya nasib gue! Kapan gelar jodi gue dicabut?" Faiq yang jengah dengan sikap gila sahabat satunya itu lebih memilih menenggelamkan kepalanya kedalam dekapan tangannya sendiri. "Punya sahabat kok gini amat yah?! Gue lagi curhat malah ditinggal ngorok!" ujar Aries, kemudian melangkahkan kakinya ke kantin.
"Punya sahabat kok gini-gini semua ya?! Kalo mereka curhat gue paling setia 3 M, mendengarkan, memahami, menyemangati. Lah, kalo giliran gue mereka cuek bebek." Semua orang yang dilalui Aries menatapnya aneh. Inilah salah satu dari sekian ribu keanehan yang dimiliki Aries. Disepanjang jalan dia asyik bermonolog sendiri, bahkan sudah mirip orang gila yang suka mondar-mandir di kompleks perumahan Faiq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Pena [TAMAT]
Teen FictionSebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika. Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kemba...