14 Teka-Teki

48 14 13
                                    

Catatan:

Cerita ini diikut sertakan dalam event 40dayswith5p

Dengan target tamat dalam 40 hari.

Mohon maaf jika hasilnya kurang memuaskan;-;

silahkan razia typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar.

••★••

Faiq mengusap puncak kepala Vika yang tertidur setelah ditangani oleh anggota PMR, luka di keningnya cukup parah bersyukurlah pelaku kekerasan itu wanita jika pria mungkin Vika sudah gagar otak sekarang, sudut bibirnya sedikit sobek karena tamparan yang Nesya berikan, mungkin luka itu karena tergores cicin yang Nesya pakai. Luka Faiq sendiri juga cukup parah, larutan HCL yang mengenai punggung sebelah kirinya meninggalkan luka bakar yang cukup serius oleh karena itu setelah Ibu Sekar menjemputnya mereka akan langsung kerumah sakit.

Sebetulnya pihak sekolah sendiri yang akan mengantar Faiq ke rumah sakit, namun bukan Faiq namanya jika tidak susah dibujuk. Bocah badung itu nekat tetap belajar di kelas tanpa menggunakan seragam pramukanya, dia hanya mengenakan seragam OSIS cadangan di lokernya, itu pun hanya dikancing beberapa karena luka bakar di punggungnya. Kini jadilah ia kembali ke UKS menemani Vika karena amukan Bu Pertiwi, dia duduk sambil memandangi wajah gadis yang terlelap itu.

Jujur saja, Faiq merasa sangat bersalah atas luka-luka yang Vika derita. Luka di lututnya yang belum sembuh betul harus terbuka lagi karena ulah Nesya, bahkan dia membuat Vika babak belur seperti ini. Faiq berjanji dia akan membalas perbuatan Nesya terhadap Vika. Tak lama suara yang amat Faiq kenal mengganggu aktivitasnya memandangi Vika, tenang Vika bukanlah selera Faiq, dia hanya merasa kasihan iya hanya itu saja. "Ya Allah Faiq, apa yang sebenarnya terjadi? Kok bisa Vika terluka kayak gini?"

"Pelan-pelan, Bu, Vika masih tidur." ujar Faiq.

"Kata Bu Pertiwi kamu kena cairan HCL, mananya yang kena?"

"Ini Bu, punggung Faiq yang kena." Faiq sedikit menurunkan seragamnya agar luka itu dapat dilihat oleh ibunya, Bu Sekar hanya menutup mulutnya ketika melihat luka yang tertutup kain kasa itu cukup lebar.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya! Ibu takut iritasinya makin parah. Vika, bangun nak." Ujar Bu Sekar sambil menoel-noel pipi Vika.

Vika membuka matanya, berulang kali ia mengerjap guna memfokuskan pandangannya yang sedikit kabur. Keningnya berkerut ketika mendapati Bu Sekar yang berdiri di sebelahnya. "Tante? Eyang tau?"

"Belum, sengaja Tante belum kasih tau Eyang kamu, takutnya nanti Eyang panik di resto." Vika mengangguk pelan, matanya kini tertuju pada Faiq, "Kak Faiq punggungnya gimana?"

"Gue enggak kenapa-kenapa."

"Sekarang kita kerumah sakit dulu baru pulang, tante khawatir luka kalian infeksi."

Vika berusaha untuk duduk, namun seketika kepalanya berdenyut nyeri. Kemudian ia memejamkan matanya sebentar. "Masi pusing?" tanya Bu Sekar, Vika hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Tak lama kemudian Alam masuk kedalam UKS, keringat bercucuran dari keningnya napasnya pun putus-putus. "Loh, Alam? Katanya tadi enggak mau ikut."

"Enggak jadi Tan, nanti kalo Eyang tau pasti Alam dimarahin. Ya udah ayo ke rumah sakit, bisa jalan sendirikan lo?" Vika hanya mengangguk, dia takut kepada Alam. Vika berjalan terpincang-pincang sambil menjinjing tasnya. Alam yang melihat itu langsung melepas jaket yang ia kenakan memberikannya kepada Vika. tanpa basa-basi dia menggendongnya.

Semua siswa yang sedang istirahat memandang ke arah mereka, banyak dari kakak kelas perempuan berbisik. Vika bahkan tau apa yang mereka bisikkan karena suaranya amat keras. Ternyata mereka mengenal Alam, bahkan Alam kakak kelas mereka dulu. "Kak Alam bisa turunin aku?"

Memori Pena [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang