02 De'ja vu (semi prolong)

278 54 109
                                    


Catatan:

Cerita ini diikut sertakan dalam event 40dayswith5p

Dengan target tamat dalam 40 hari

Mohon maaf jika hasilnya kurang memuaskan;-;

Silahkan razia Typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar

••★••

Gadis itu bertahan di atas kakinya yang kurus dengan ketar-ketir, tangannya erat di pagar pendek pembatas rooftop apartemen. Tengah malam begini, aku hampir berpikir, apa dia sudah mati? Kenapa gentayangan tak tahu waktu? Mana masih gadis pula. Pamali kata ibuku keluyuran tengah malam seperti ini.

Lalu kusadari dia masih hidup. Bayangannya ikut bergerak ketika tubuhnya berbalik menghadapku. Helaian rambut panjangnya berkibar-kibar seirama dengan dres putihnya. Harap tenang dan jangan cemas! Dresnya pendek dengan bunga-bunga di sekitar pinggangnya. Giginya gemeletuk barangkali dia menggigil kedinginan. Air matanya mengalir sampai ke bibir merah darahnya. Hemm ... sepertinya dia sudah siap dikuburkan pagi ini.

Aku menghampirinya perlahan, tetapi dengan langkah yang dihentak-hentakkan supaya kesadarannya bangkit. "Hey, apa butuh tukang rekam? Aku dengan sukarela akan merekam pertunjukanmu itu!" ujar diriku dengan senyum lima jari.

"Aku tidak membutuhkan itu, siapa kau?" ujarnya, astaga dia pemarah sekali.

"Mungkin aku wakil malaikat mautmu? Hihihihi. Aku jadi teringat sesuatu, kau tahu dulu ada bocah yang baru lulus SMA tepat di posisimu itu, persis sekali dengan pose seperti itu," ujarku.

"Mau apa dia? Apa kau kenal, Kak?" tanyanya, aku rasa dia akan tertarik dengan hal ini.

"Tentu aku kenal. Dia mau loncat dari atap ini. Gila sekali dia! Bocah bau kencur seperti dia hancur gara-gara cinta monyet yang sangat konyol." Sungguh aku juga tak yakin mengapa aku sampai memikirkan itu semua, konyol sekali. Untung aku masih cinta dunia, ogah mati muda, dan takut aku akan ditagih rentenir tanah pekuburan itu. Aku masih ingin hidup lebih lama menikmati semua aset berharga milik orang tuaku, sekaligus menebus dosa-dosa yang telah kuperbuat; Aku sadar, sih! Makin lama aku hidup makin banyak dosa yang kuperbuat, benar-benar beban orang tua dunia akhirat.

Oh, Tuhan, mengapa Kau ciptakan aku sangat unik macam ini, aku ingin membahagiakan orang tuaku, tapi aku selalu menyusahkan mereka.

"Apa dia sudah mangkat?"

"Belum. Waktu itu niatnya batal, karena rasa lapar dan kedinginan mungkin."

Jari-jari gadis itu mencengkram pagar dengan kuat, seperti balita yang mainanya direbut paksa. Aku heran kenapa berpegangan sebegitu kencangnya, padahal dia sudah berdandan cantik seperti sudah siap dimasukan ke liang lahat.

Aku menghela napas. Udara makin dingin, terbukti kini tanganku gatal-gatal karena alergi dinginku kambuh. Kutengok jam biru yang setia menggenggam erat tanganku, sudah jam 12 ternyata. Terdengar suara-suara seperti biasa ada yang menangis kemudian tertawa.

"Jadi nggak?"

Si gadis itu termenung, matanya kini sudah seperti mata kuntilanak di pohon depan. Sudah cantik dengan make up ala-ala jenazah itu ternyata dia jorok juga, dia menghapus ingusnya menggunakan dres yang basah akan keringat dingin, air mata plus ingusnya.

"Aku baru lulus SMP," ucap gadis itu tiba-tiba, sambil memandangi jalan raya di bawahnya, "Aku putus dengan pacarku, kami sudah pacaran selama 3 tahun. Aku sangat mencintainya, dia sangat baik. Aku ingin menyusulnya ke surga. Selepas kami putus dia mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya-kami putus karena ibunya tak menyukaiku hiks hiks, kenapa dia yang pergi duluan?"

Memori Pena [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang