16 Ada Yang Beda

47 14 2
                                    

Catatan:

Cerita ini diikut sertakan dalam event 40dayswith5p

Dengan target tamat dalam 40 hari.

Mohon maaf jika hasilnya kurang memuaskan;-;

silahkan razia typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar.

••★••

"WOY, GULING GUE JANGAN LO ILERIN BEGO!"

Saat ini, Faiq sedang di basecamp dekat jalanan biasa mereka mengadakan balapan liar bersama anak motor lainnya. Tidak ada hal penting yang dibahas, tapi sudah biasa mereka berkumpul seperti ini, apalagi Faiq sudah seminggu tidak turun ke sirkuit karena tangannya belum pulih benar. Mengobrol, saling mencaci, mabar game online bahkan berebut guling sama seperti yang tengah Wage dan Aries lakukan. Ketika semua orang tertawa karena candaan receh yang Wage lontarkan, Aries justru sibuk menghibahkan air terjunnya ke guling kesayangan Wage, akhirnya adegan berebut guling pun terjadi.

Dulu, rumah yang sekarang menjadi basecamp mereka adalah rumah kontrakan kecil yang tidak laku-laku hingga dibiarkan rusak dimakan waktu. Akhirnya Faiq dan yang lainnya memutuskan untuk membeli rumah itu dengan harga murah tentunya karena banyak kerusakan di sana sini. Wage yang merupkan anak rantau diberi amanat untuk menjaga rumah itu sekaligus menjadi tempat tinggalnya. Rumah itu disulap oleh Wage menjadi basecamp yang keren penuh grafiti di dinding depan, rumah itu juga direnovasi dengan uang hasil balapan mereka. Selain merenovasi rumah, mereka juga membeli kursi plastik, dispenser, beberapa kasur busa minimalis, sampai guling yang sekarang penuh mahakarya dari Aries.

Ketika sedang asyik memperhatikan permainan uno teman-temannya, Faiq harus terusik karena nada dering ponselnya. Dengan cepat pria itu mengangkat telepon dari ibunya. "Assalamualaikum, Bu? Bentar lagi Faiq pulang kok, lagi kumpul di basecamp."

"Wa'alaikumsalam, ini aku Vika, Kak!"

Faiq segera menatap lekat-lekat ID caller yang terpampang jelas nama ibunya, tidak salah lagi, ini benar benar nomor ibunya. Kemudian, Faiq kembali menempelkan benda itu ke salah satu telinganya. "Kok lo yang telepon gue? Ibu gue mana?" firasat Faiq sudah tidak enak ketika sadar yang meneleponnya bukan ibunya.

"Kak. Itu anu ... "

"Anu anu, Ibu gue dimana, Vika?" Faiq geram, ia tidak sabar menunggu jawaban dari Vika. Bagaimana bisa sabar jika gadis yang meneleponnya tak kunjung bicara dengan jelas? Satu hal lagi yang membuatnya cemas, ia sangat takut bila terjadi sesuatu dengan Ibunya.

"Tante Sekar mau diculik tadi."

Saat kata itu meluncur ke otaknya, Faiq langsung berdiri. Pergi tanpa pamit kepada anak-anak yang lain, emosi Faiq sedang tidak bisa dikontrol saat ini. Bahkan semua orang yang disana bisa dengan jelas melihat kilatan marah di mata pria itu. Langkahnya sangat panjang, dalam hitungan detik dia sudah duduk di dalam mobilnya. "Dimana lo sekarang? Gue ke sana."

"Ini lagi di rumah sakit dekat kompleks."

Tanpa basa basi, Faiq langsung mematikan panggilan secara sepihak. Tidak ada lagi hal penting yang perlu dibicarakan lewat telepon. Yang terpenting sekarang, Faiq harus memastikan bahwa ibunya baik-baik saja di rumah sakit. Dia menyalakan mobilnya, suara deruman mobil membuat Aries dan Wage berhenti berebut guling. Mobil hitam itu dikendarai dengan ugal-ugalan, banyak kendaraan yang dilaluinya saling melontarkan klakson, Faiq sudah seperti orang kesurupan. Sama sekali tidak peduli dengan umpatan orang-orang yang dilaluinya.

Sampai akhirnya, pria itu berhasil memarkirkan mobilnya di lahan parkir rumah sakit. Tidak peduli dengan para gadis yang merayunya secara terang-terangan, Faiq segera masuk ke rumah sakit. Kedua bola matanya sibuk bergerak ke sana kemari, mencari sosok yang ia kenali. Terdengar helaan nafas lega ketika melihat ibunya terbaring di blangkar. Satu lagi, ada gadis yang menggunakan jaket merah duduk di samping ibunya sambil memijat kaki beliau.

"Gimana kondisi Ibu gue?"

Hampir saja Vika terjengkang dari kursi plastik ketika melihat Faiq sudah berdiri tepat di sisinya. "Kata dokter cuma cidera ringan aja, tadi Tante Sekar sempat minta aku buat telepon Kakak, terus beliau tidur."

Demi apapun, sekarang Faiq sedang beusaha mati-matian untuk meredam emosinya ketika melihat keadaan ibunya seperti ini. Pria itu duduk di ujung blangkar, sementara tangannya terulur mengusap pipi ibunya selembut mungkin, ada luka di pelipis beliau yang ditutupi perban. Perlahan kelopak mata Bu Sekar terbuka, beliau merapihkan surai putranya yang sedikit berantakan. "Ibu, Faiq janji akan ngantar kemanapun Ibu pergi, Faiq enggak akan biarin Ibu pergi sendirian lagi," ucap Faiq disertai senyum yang sangat manis. Ibu Sekar mebalas senyum putra kesayangannya lalu mengangguk.

"Vika yang telepon kamu?"

"Iya, Kok Ibu bisa bareng Vika? Terus siapa yang mau culik Ibu?"

"Tanyanya satu-satu, Kak. Kasihan Tante Sekar masih pusing," gerutu Vika kepada Faiq. Dia seakan lupa bahwa Faiq merupaka pria galak yang terkenal kejam. "Tadi kita ketemu di toko sepatu, katanya tante abis cari sepatu buat Kakak. Pas Tante mau nyebrang ke minimarket ada yang bekap Tante, padahal lagi ada motor di depan Tante loh, Kak, orangnya nekat banget!"

"Lo nggak bantuin ibu gue?" dari nadanya Faiq terdengar menuduh Vika. sampai Vika terpaku dengan kata-katanya. Tapi untung ada Bu Sekar diantara mereka, beliau langsung menepuk punggung Faiq karena lupa bahwa luka putranya belum sembuh. "Aduh, Ibu luka Faiq belum sembuh ini." Faiq meringis sambil membenarkan kaosnya supaya tidak menempel ke luka di pungungnya. "Eh, Ibu lupa,"

"Tadi Vika keren banget berantemnya loh kamu enggak liat sih, tapi yang namanya tenaga laki-laki pasti lebih besar, jadi Vika sempat lengah. Untung aja Vika cerdik jadi dia jambak rambut orang yang mau culik Ibu terus dia tendang mukanya, mungkin hidungnya udah patah sekarang. Untung tadi ada Vika kalau engga Ibu udah disekap sekarang." Bu Sekar cekikikan saat menceritakan aksi saat Vika menolongnya. "Eh, tadi Tante liat tangan kamu memar, udah diobatin?"

Mendengar ucapan Bu Sekar, lantas membuat Faiq langsung mengamit tangan gadis itu, sedetik sebelum Vika menyembunyikan tangannya. Faiq meniup perlahan tangan gadis yang berada genggamannya, ia memejamkan matanya kuat-kuat sampai membuat kerutan di sana, dia sama sekali tidak rela jika kedua wanita yang dekat dengannya mengalami kejadian seperti ini. Dia bersumpah, akan membalas perbuatan orang itu lebih dari yang ibunya dan Vika alami. Faiq sangat yakin pasti dalang di balik ini semua adalah saingan bisnis Satya. "Makasih banyak, karena udah nolong ibu gue. Sekali lagi makasih banyak, Vik."

Ada apa dengan Faiq? Faiq yang ada di hadapan Vika saat ini, bukanlah pria dengan gengsi yang tinggi untuk mengucapkan terima kasih. Bukan hanya sekali, tapi dua kali. Bahkan dia menambahkan kata 'banyak' di belakangnya. Bu Sekar tersenyum lebar ketika melihat dua remaja yang tengah bertukar pandang itu. Beliau hampir tertawa karena melihat ekspresi yang ditunjukan oleh Vika. Gadis itu benar-benar tak percaya dengan sisi Faiq yang satu ini, Faiq yang lembut dan baik hati. Sepertinya dinding es yang sudah Faiq bangun selama ini akan runtuh sebentar lagi.

•••

Thanks You For Reading🌻🌻🌻
Luv You All💙🌻

🐞Kepik senja,
30 Des. 20

Memori Pena [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang