Catatan :
Cerita ini diikut sertakan dalam event 40dayswith5p
Dengan target tamat dalam 40 hari.
Mohon maaf jika hasilnya kurang memuaskan;-;
Silahkan razia Typo dan lain-lain, kerena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar.
••★••
Kepergian Zaki masih menyisakan kerumunan siswa yang saling berbisik, bahkan ada pula yang tertawa terbahak-bahak ketika melihat kekalahan Zaki dari wakil ketua OSIS mereka. Bahkan kaum pria berdoa agar setelah kejadian ini tak ada lagi perempuan yang mau bahkan sampai mengemis untuk menjadi pacar Zaki.
Vika tersenyum tipis ketika melihat kelakuan aneh para pria itu. Ingin sekali rasanya dia bertanya mengapa mereka sampai seperti itu, apakah mereka merasa kalah saing dengan pesona Zaki? Tapi Vika tetaplah Vika, dia tak mau sok akrab dengan siapapun, dia lebih memilih memendam semua pertanyaan itu daripada harus berakhir dengan bully-an. "Vik, lo kan tetanggan sama Kak Faiq."
"Iya, terus kenapa?" ujar Vika disela meminum minumannya
"Kak Faiq gimana kalo di rumah? Terus kalo lagi pake baju santai ganteng nggak?" Tanya Lita. "Kak Faiq sama aja kayak di sekolah." Vika bangkit dari duduknya dia yang paling cepat menghabiskan minuman yang ia pesan ketika keributan Zaki dan Zoya berlangsung. "Kalian ke kelas aja duluan, aku mau ke toilet dulu."
Dua teman Vika mengangguk, kemudian menyelesaikan acara makan mereka. Perkataan Dita beberapa saat lalu membuat Lita termenung. Dia teringat kejadian yang dulu pernah terjadi ketika ada gadis yang sengaja mendekatkan diri ke Faiq. Dia menjadi bulan-bulanan fans Faiq, dirisak bahkan ada yang di keluarkan karena ada salah satu anak donatur sekolah yang ternyata juga suka terhadap Faiq. Semoga saja itu tak terjadi terhadap Vika.
***
Dengan cepat, Vika berbalik ketika mendengar sura pintu utama toilet di banting. Ada dua orang siswi dengan gaya yang angkuh, Vika yakin mereka kakak kelasnya, salah satu dari mereka mengunci pintu kemudian mengantongi kuncinya. Yang satu lagi berrambut pendek menghampirinya yang berdiri di depan wastafel. Hati Vika sudah gelisah dia tau apa yang akan terjadi jika sudah dalam situasi ini, namun seolah-seolah tubuhnya lumpuh dia hanya mampu berdiri dan memandang kedua gadis di hadapannya.
"Siapa lo? Berani-beraninya lo deketin Faiq." Tanya gadis berrambut pendek, dia menarik rambut Vika yang dikucir ekor kuda. Gadis berrambut curly yang tadi mengunci pintu kini mengambil botol berisi air. "Lo anak IPA kan? pasti lo tau dong ini cairan apa?" ujar gadis itu sambil cekikikan. "HCL, apa yang Kakak mau lakuin?" ujar Vika disela-sela ringisannya menahan sakit. Dia memang sudah terbiasa berada di situasi seperti ini, tapi ini pertama kalinya Vika dirisak gara-gara seorang pria. Vika tidak pernah menyangka kejadian pem-bully-an bisa terjadi gara-gara fans Faiq, pupus sudah harapannya yang tak seberapa itu, Vika hanya inginkan sebuah kedamaian dimana dirinya tidak dirisak.
"Buat nyiram lo," ujar wanita itu dengan polosnya, "lo pasti tau dong HCL bisa bikin kulit iritasi. Nah, itu yang bakal gue lakuin sama muka sok kecakepan lo." Wanita itu menyeringai. Tiba-tiba terdengar dobrakan pintu, sontak ketiga gadis itu menyorot ke arah pintu.
"Nesya! Apa yang mau lo lakuin ke Vika?" ketiga wanita itu mematung beberapa detik ketika mengetahui siapa sosok yang berhasil mendobrak pintu. "Eh, Faiq! Engga ngapa-ngapain kok, cuma mau ngajarin junior aja biar bisa sopan sama seniornya." Satire Nesya.
"Bener apa yang dia bilang?" tanya Faiq dengan nada rendah. "Bener kok, gue-" belum usai teman Nesya berkata, Faiq sudah memotongnya. "Gue enggak tanya lo, yang gue tanyain Vika!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Pena [TAMAT]
Teen FictionSebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika. Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kemba...