Perkara Cinta

53 9 0
                                    

Tetesan air yang mulai turun membasahi bumi, perlahan bertambah deras. Angin mulai bertiup kencang, diiringi suara petir yang beradu saling kuat di langit.

Sera menutupi kepalanya dengan tangannya, tapi itu percuma. Kepalanya tetap basah, begitupula dengan Reon.

"Lo bakalan sakit, buruan larinya." perintah Reon.

Sera membalikkan badannya. "Ya lo juga lari lah. Lo juga bisa sakit." kesal Sera.

Reon hanya diam menatap Sera. Lalu, ia tiba-tiba melepaskan jaket kulit hitam yang ia pakai tadi. Ia memakaikan jaketnya pada tubuh Sera.

Sera menatapnya bingung. "Gue gapapa kali. Kalau lo lepas jaketnya, entar lo bisa masuk angin." keluh Sera menatap Reon cemas.

Reon menggelengkan kepalanya. Ia merangkul pundak Sera, lalu membawanya berlari menelusuri hujan.

Dari halte bus, Rendra dan Malika sama-sama menatap dua orang yang basah kuyup menghampiri mereka. Rendra menatap cemas Sera. Ia memeriksa suhu kening gadis tersebut.

"Tubuh lo dingin banget." panik Rendra. Ia segera menatap Malika.

Malika menatap Rendra dan Reon bergantian. "Kalian ada yang bawa mobil enggak?" tanyanya. Namun segera dijawab gelengan kepala dari kedua lelaki tersebut.

"Kalau dipaksa naik motor yang ada tambah masuk angin. Entar, gue telpon bang Adit aja biar jemput kita."

Rendra menganggukkan kepalanya. Ia duduk di sebelah Sera dan menatap Reon yang menggosok-gosokkan kedua tangannya.

"Gimana, lo udah maafin gue belom?" tanyanya.

Reon menoleh sejenak. Bibirnya sedikit bergetar karena kedinginan. "Gue maafin. Semuanya udah jelas. Sebelumnya gue mau minta maaf. Selama ini gue selalu nyalahin lo."

Menganggukkan kepalanya. Rendra memandang Malika bergerak gelisah. Daritadi hanya mundar mandir sambil menggigiti kukunya.

"Malika, duduk sini aja." ujarnya sambil menepuk tempat duduk disebelahnya.

Malika segera mengikuti ucapan Rendra. Membuat pacarnya tersebut mengembangkan senyumnya. Ia melepaskan hoodie coklat yang ia pakai.

"Nih di pakek. Jangan sampai mati kedinginan. Rendra males nyari pacar galak selain kamu." ujarnya seraya menepuk kepala Malika pelan.

Sera yang sadar dengan tingkat kebucinan Rendra sedikit menjauh dari mereka berdua. Begitupula dengan Reon yang membuang mukanya.

"Kalau mati pun, gak akan aku lepas pacar gantengku." ujarnya seraya memakai hoodie tersebut.

Rendra tersenyum. Tangannya bergerak memakaikan kupluk kepala hoodie tersebut sampai menutupi setengah kepala pacarnya. Lalu menarik talinya denga kuat.

Pandangan matanya beralih kearah tangan Malika. Ia menyentuhnya, rasanya sangat dingin. Tangannya menggenggam telapak tangan Malika erat dan menggosoknya agar terasa hangat.

"Jangan sampai sakit."

"Siapa juga yang mau sakit." balas Malika cepat.

Malika mengedarkan pandangannya kearah jalanan yang tampak sepi. Menunggu orang yang ia hubungi tadi ternyata cukup membuat ia geregetan.

"Bang Adit mana sih?!" kesalnya.

Rendra mengelus lembut tangan Malika.
"Sabar, sayang. Kalau ngebut, emang kamu mau liat abang tersayang kamu kecelakaan?"

Melototkan matanya. Tangannya mencubit tangan Rendra. "Hush! Tuh mulut jangan asal ngomong." tegur Malika yang tidak suka.

Rendra menganggukkan kepalanya. "Siap sayangkohhhh."

SAVAGE GIRL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang