Udara sejuk berhembus pelan. Gerimis mulai membasahi bumi. Rendra mengeratkan jaketnya. Ia akan segera menemui Malika, semuanya harus ia jelaskan. Sebelum terlambat.
Lampu merah membuat Rendra menghentikan mobilnya sejenak. Pandangan matanya beralih kearah sampingnya. Sebentar, ia seperti mengenali seorang cowok yang mengendarai sepeda motor hitam tersebut.
Tapi, siapa?
"Gue pernah liat. Tapi, dimana?"
Jemarinya mengelus keningnya pelan. Mungkin itu hanya halusinasinya saja. Tetapi, saat ia kembali mengalihkan pandangan matanya kesamping lagi, cowok tersebut juga memandang kearah Rendra.
"Anjir! Kaget gue."
Ia mengelus dadanya pelan. Tangan cowok tersebut bergerak membuka kaca helmnya. Seringaian tipis terpancar di bibirnya. Rendra sedikit merinding.
"Reon kok kayak vampir, merinding astaga." gerutunya sambil mengelusi tangannya.
Tangannya bergerak menekan tombol untuk menurunkan kaca mobilnya. Namun, lampu lalu lintas yang berubah warna menjadi hijau membuat ia membatalkan niatnya.
Rendra kembali menyalakan mobilnya. Sebelum itu ia melihat kembali kearah Reon yang sedang menggerakkan mulutnya.
"Kafetaria ujung jalan?" monolognya, ia mengedikkan bahunya. Ikuti saja apa maunya Reon. Kebetulan ia ingin menjelaskan semuanya pada Reon.
~~~•••~~~
"Gimana rasanya lari dari tanggung jawab? Cihhh! Rasanya gue masih enggak sudih liat wajah lo!"
"Bilang aja kalau lo iri sama ketampanan gue. Gak usah ngesok gitu dong,"
Reon mencengkram kerah baju Rendra. Mengepalkan tangannya kuat ia memukul wajah Rendra dengan cepat. Rasa bencinya sudah mendarah daging, rasanya ia tetap tidak mau memaafkan Rendra.
Rendra tersungkur ke lantai. Tangannya menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Tidak ada rasa benci darinya untuk Reon. Namun, rasa kesalnya sudah mencapai batas maksimal.
"Lo kalau mau mukul bilang-bilang dong! Muka gue lo tonjok, sembarangan aja. Mau lo di serbu cewek gue? Galak loh dia,"
Cewek gue, Malika. Tiba-tiba ia tersenyum. Memikirkan namanya saja membuat ia tenang.
Reon melempar ludahnya. Rerumputan yang masih basah akibat hujan sedikit menempel di pakaian Rendra. Lagi dan lagi Reon menonjok wajah Rendra.
"Gue berusaha maafin lo. Tapi, gue gak bisa. Rasa benci gue udah ngapus perasaan kasihan ke elo,"
Rendra yang berada di bawah Reon hanya terdiam menyimak apa yang Reon katakan. Reon menduduki perut Rendra, tangannya bergerak memukul wajah Rendra bertubi-tubi.
"Lo harusnya dengerin ucapan gue waktu itu!"
"Ma-maaf,"
"Maaf? Cihh! Lo pikir dengan kata maaf bisa mengembalikan kehidupan Sari? Mikir Bro!"
Reon berdiri membelakangi Rendra yang meringkuk kesakitan. Air matanya mengalir begitu saja, saat bayangan wajah pucat Sari yang dilumuri dengan darah.
"Gue ingat terakhir kali gue liat wajah Sari yang pucat, tapi dilumuri darah. Lo harusnya ingat! Setiap tangisan dia, itu bikin gue merasa sangat bersalah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE GIRL [TAMAT]
Humor"Semuanya berawal dari tatapan mata kita yang saling bertemu" ✨✨✨ Malika Putri, cewek bermulut pedas yang selalu menghindari anak cowok yang mendekatinya. Dihari pertama ekskulnya ia mendapat masalah, hingga ia berpindah ekskul. Di ekskul barunya, i...