Pacaran

247 76 138
                                    


"Rendra?"

"Yah?" Rendra menatap bingung Mika, tumben si doi mau manggi namanya.

"Pacaran Yok?"

Rendra melongo menatap wajah Mika yang tersenyum manis di hadapannya. Tanpa angin dan tanpa hujan, tanpa petir maupun tanpa badai. Mika serius mengajaknya pacaran?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Gak tau kapan. Intinya sekarang lo pacar gue yah. Okay, pertanyaan lo tadi gue anggap kalau lo mau jadi pacar gue."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Lo.... Lo kesurupan?!!!"Rendra segera menempelkan punggung telapak tangannya pada kening Mika.

"Apaan sih?! Gue serius, mau enggak lo?"

"Enggak kebalik yah? Bukannya cowok gitu yang ngajak cewek pacaran?"

Mika mendengus kesal setelah mendengar pertanyaan polos Rendra.
Biasanya nih cowok penuh drama, gaje pula. Lah ini kenapa?

"Enggak gitu juga. Buktinya sekarang gue yang ngajakin lo pacaran. Yaudah, ayok pacaran!" tegas Mika, tangannya mengenggam telapak tangan Rendra. Sedangkan Rendra sendiri hanya bisa mengikuti kemana gadis itu membawanya.

Serius, kali ini otak gue kok beku. Kagak bisa mikir, nih cewek kenapa?

Mika membawa Rendra ke taman samping sekolah yang cukup luas dan sunyi. Disana terdapat lumayan banyak pohon mangga yang menjulang tinggi dan di bawahnya terdapat kursi taman yang di buat dari semen, yang berbentuk melingkari setiap batang pohon.

Banyak dedaunan kering yang berguguran di tanah. Suara dedaunan kering yang di injak memecah kesunyian. Udara segar langsung menyambut mereka, saat Mika menyeret Rendra untuk ikut duduk di sebelahnya, di bawah pohon mangga.

"Lo harus mau jadi pacar gue yah!"

Rendra menoleh membalas tatapan manik hitam di hadapannya. " Tapi, apa alasan lo mau ngajak gue pacaran? Bukannya lo selama gue deketin juga galak mulu," sindir Rendra, ia kembali menatap lurus ke depan.

Mika tampak berfikir sebentar. "Sebenernya gue itu enggak boleh pacaran sama Ibu gue. Tapi, gue sangat butuh lo untuk bantuin gue move on. Lo harus bisa bikin gue suka sama lo!"

"Gini yah, kalau biasanya Mama gue bilang perintah seorang ibu itu harus di patuhi. Dosa loh, lagian kenapa harus gue?"

"Anak mama," Mika mencibir, Rendra hanya nengedikkan bahunya acuh.

"Memang gue anak Mama. Kalau bukan anak Mama, gue udah di buang dari dulu!" Kesal Rendra seraya berdiri dan membersihkan debu-debu yang menempel di celananya.

"Serah lo deh. Tapi, lo mau yah jadi pacar gue. Enggak boleh nolak lo, dosa kalau enggak mau bantu temen,"
Mika segera berdiri di hadapan Rendra seraya memasang puppy eyesnya.

Kalau kayak gini Rendra bisa luluh, kan imut banget wajah Mika, sampai pengen cubit pipinya. "Sejak kapan gue jadi temen lo?"

Mika berusaha memutar otaknya. "Gak tau kapan. Intinya sekarang lo pacar gue yah. Okay, pertanyaan lo tadi gue anggap kalau lo mau jadi pacar gue." Mika segera berlari meninggalkan Rendra yang masih berdiri mematung di tempatnya.

Rendra menggaruk tengkuk kepalanya. Kenapa dia nanya gue, kalau ujung-ujungnya dia enggak nerima kalau gue tolak?

Rendra segera menyusul Mika. Kan lumayan, sekarang otaknya mulai bekerja. "Kalau gini kan gue yang untung juga, enggak capek ngejer tapi dia sendiri yang datang ngajak gue pacaran. Emang yah Rendra, pesona lo dan ketampanan lo bikin siapa aja mau jadi pacar lo." gumamnya seraya tersenyum lebar.

SAVAGE GIRL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang