"Oke, gue maafin, tapi...."
Reon mendongakkan kepalanya. Menatap Sera dengan tatapan yang entahlah, ia pun tidak mengerti maksud dari tatapan itu. Sedangkan Rendra yang menatap kedua manusia itu secara bergiliran mulai pusing sendiri.
"Kalian bisa enggak sih, enggak usah tat-"
"Enggak bisa!" potong Reon dengan ketus. Ia menarik tangan Sera. Tangannya bergerak menghentikan langkah Rendra yang hendak mengikutinya.
"Gue cuman ada perlu sama Sera. Ada yang mau gue bicarain sama dia, lo disini aja." kesal Reon pada Rendra yang ngikut.
Sera pun menganggukkan kepalanya, seolah berkata bahwa ia akan baik-baik saja. Akhirnya Rendra mundur, ia melambaikan tangannya.
"Reon!" panggilnya.
"Apaan?"
"Jaga dia baik-baik!" seru Rendra.
Reon mendengus. Ia pikir Rendra akan menyempaikan sesuatu yang sangat penting. Kalau hanya tentang menjaga Sera, tentu akan ia lakukan sepenuh hati.
Setelah punggung dua orang itu menghilang. Rendra berjalan menuju pinggir jalan. Memeriksa sekitarnya.
"Perasaan gue tadi waktu lewat, gue liat ada minimarket." gumamnya
Kepalanya celingak-celinguk. Hingga ia dikejutkan oleh sebuah tepukan di pundaknya.
"Siapa?"
"Gue." jawab Malika dengan pelan.
Rendra memperhatikan penampilan Malika dari atas sampai bawah. Bidadarinya tetap cantik. Tapi, ia ragu ini nyata atau haluannya saja.
"Kakinya ada. Berarti bukan setan." gumanya tanpa sadar didengar oleh Malika.
"Lo ngatain gue setan, hah?!" ketus Malika sambil berkacak pinggang. Sekarang ia mirip seperti iblis. Upsss..
"Enggak! Malika itu kan bidadarinya Rendra. Mana mungkin berubah jadi setan." ujar Rendra membenarkan ucapannya sambil meringis pelan.
Malika hanya bergumam pelan. Ia menarik tubuh Rendra untuk ikut ia duduk di kursi yang tersedia di halte bus.
"Ekhem!"
"Kamu haus? Mau minum apa? Aku beliin sekarang." ujarnya dengan cepat beranjak sambil mencari kunci motornya yang lupa ia letak dimana.
Tangan Malika bergerak dengan cepat, menarik Rendra untuk duduk kembali.
"Duduk dulu!" perintahnya.
"Siniin tangan lo!" perintahnya lagi. Namun Rendra malah membalikkan badannya menatap Malika dengan heran.
"Buat apa?"
"Jangan banyak nanya! Siniin!" ujarnya dengan ketus.
Rendra pun hanya menuruti ucapan Malika. Malika menggigit bibirnya. Ia bingung harus dengan cara apa untuk memberikan sesuatu yang ia bawa.
"Merem! Kalau ngintip, gue doain mata lo pecah."
Rendra memelototkan matanya. Bibirnya hendak memprotes, namun tangan Malika dengan cepat meutup mulutnya.
"Diam." ujar Malika dengan lembut.
Seolah tersihir setelah mendengar ucapan Malika, akhirnya ia tidak membuka suaranya lagi.
Tangan Malika dengan lembut menutup kedua mata Rendra. Lalu melepaskannya kembali.
"Jangan ngintip, oke?" bisiknya ditelinga Rendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE GIRL [TAMAT]
Humor"Semuanya berawal dari tatapan mata kita yang saling bertemu" ✨✨✨ Malika Putri, cewek bermulut pedas yang selalu menghindari anak cowok yang mendekatinya. Dihari pertama ekskulnya ia mendapat masalah, hingga ia berpindah ekskul. Di ekskul barunya, i...