Penjelasan untuk Reon

48 10 28
                                    

Rendra melambaikan tangannya pada gadis yang berada di sebrang jalan. Perlahan gadis tersebut mendekat padanya. Rendra pun dengan segera menyerahkan helm hitam padanya.

"Lo yakin?" tanya Rendra memastikan.

Tanpa ragu gadis tersebut menganggukkan kepalanya. "Ngapain gue ragu? Lagian gue cuman menjelaskan semua kesalahpahaman. Kalau gue tetap diam, kemungkinan Sara akan sedih disana," ujarnya seraya menatap langit biru seolah melihat sang Kakaknya.

Rendra menghela napasnya. Ia mengerti. "Gue mau minta maaf, gara-"

"Apaandah, semuanya udah berlalu. Sekalipun lo enggak ngajak kita keluar saat itu, mungkin aja kita bakalan keluar sendiri dengan kemauan masing-masing. Semuanya udah takdir, enggak bisa kita hindari ataupun sesali." jelas Sera dengan panjang lebar. Sungguh, cewek ini benaran hebat, ia bisa mengikhlaskan semuanya.

Sera menatap Rendra yang terdiam. Ia menepuk pundak cowok tersebut. "Mau jalan enggak? Kalau enggak gue mau naik tak-"

"Buruan naik. Gue yang jemput, berarti harus gue juga yang anter balik,"

Sera hanya bergumam dan segera menaiki jok motor Rendra. Bunyi motor Rendra memecah kesunyian jalan ke tempat tujuan mereka. Pasti dia ada disana.

Selama di perjalanan mereka sama-sama sunyi. Hanya suara angin yang mengisi pendengaran mereka. Hingga akhirnya, motor hitam tersebut berhenti di sebuah warung kopi yang terdapat cukup banyak pengunjung.

"Woww, disini ramai juga ternyata." kagum Sera menatap setiap meja yang terisi pembeli.

Rendra menyetujui ucapan Sera. Soalnya dia belum pernah datang ke tempat warung kopi.

"Lo duluan masuk sana!" ujar Rendra mendorong Sera maju.

Sera mendelik tajam. "Lo cowok apa bukan sih? Masak nyuruh cewek duluan. Kalau gue kenapa-napa gimana?" tanyanya dengan kesal.

Rendra memperhatikan ke dalam warung kopi tersebut. Menilai setiap penampilan orang-orang yang sedang meminum kopi dan merokok secara santay.

"Aman. Yoklah masuk, anggap aja warung orang." ujarnya dengan santay meninggalkan Sera yang mendengus sebal di tempatnya.

"Kenapa dulu Malika suka sama nih anak?" tanyanya tidak percaya.

Rendra menyenderkan tubuhnya di dinding. Menatap seorang pria yang berkumis, yang ia perkirakan orang pemilik warung ini.

"Pak!" panggilnya.

"Mau pesan apa Mas?" tanya pria tersebut dengan ramah.

"Nanti aja, saya mau nanya dulu. Bapak kenal sama anak yang seumuran saya deh, namanya Reon. Kenal enggak?"

Bapak tersebut tampak berpikir sambil memeluk nampan yang ia bawa tadi. " Kayaknya dia anak yang sering nongkrong di sini. Eh, itutuh dia baru datang!" seru Bapak tersebut seraya menuju Reon yang nampak terkejut melihat kehadiran Rendra.

"Reonnnn! Gue kangen!" seru Rendra sedikit berlari-lari kecil mendekati Reon yang bergidik ngeri melihatnya..

"Wahhh, sialan. Anda siapa? Saya enggak kenal anda!" seru Reon yang bergegas hendak meninggalkan warung ini.

"Reon!" seru Sera yang membuat cowok tersebut kembali membalikkan badannya. Ia nampak terkejut melihat Sera yang tersenyum.

"Gue mau ngobrol sama lo, boleh?" tanyanya pelan.

Reon hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak punya alasan untuk menghindari adik dari sahabatnya tercinta.

Mengikuti arah kepergian Sera dan Reon, Rendra memainkan ponselnya.
Matanya menatap tajam layar ponselnya. "Wah, siapa nih orang?" tanyanya dengan sebal.

SAVAGE GIRL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang