14. Perkara mengantar pulang

175 37 24
                                    

Penghujung jalan
Perkara mengantar pulang

•°•


Dari semua pengalaman gue antar cewek pulang baru kali ini gue berhadapan langsung sama bapaknya. Berhubung Senja lagi dalam keadaan yang down gue gak bisa turunin dia di depan gerbang rumah gitu aja, sebagai cowok gentle tentu gua memilih untuk mengantar Senja sampai depan pintu rumah.

Mungkin nasib yang sedang agak sial atau gak tahu karena apa, yang membuka pintu justru Abi Senja.

"Hm?" beliau hanya berdeham pelan serta menatap bingung ke arah gue dan anaknya secara bergantian.

Wajah beliau tegas dan memberikan kesan garang yang menakutkan, kebayang gak tuh begitu tahu anak gadisnya pulang di antar cowok dengan kondisi muka sayu habis nangis, makin gak enak aja air muka Abi Senja.

"Assalamualaikum Om," gue mengucap salam sambil memberi senyum ramah. Takut boleh tapi gak boleh lupa buat sopan sama orang tua. "Saya Damar, teman Senja."

Biar air mukanya kelihatan gak enak tapi Abi Senja meraih salaman tangan gue. "Waalaikumsalam, saya baru lihat wajah Nak Damar. Teman baru Senja ya?" tanya beliau tanpa perlu merubah air mukanya.

Sekali lagi gue mengulas senyum. "Saya-"

"Damar teman SMP Senja, Bi. Udah lama gak ketemu, akhir-akhir ini aja suka gak sengaja ketemu di luar." Senja menyela ucapan gue lebih dulu. Dia menatap gue dengan seulas senyum. "Makasih ya Damar sudah antar saya pulang."

"Oh, ahahaha iya sama-sama." gue katawa, agaknya menertawakan alasan yang Senja tuturkan.

Teman SMP katanya, ya Allah gue aja gak tahu dulu Senja SMP dimana.

"Buru-buru banget Nak Damar, gak mau mampir dulu?" tanya Abi Senja.

Gue melirik ke arah Senja, seolah meminta tolong harus merespon bagaimana. Senja menghela napas, "Abi, Senja capek Damar juga pasti capek-"

"Yaudah kamu masuk terus istirahat," tutur Abi Senja. Tatapan mata beliau kembali jatuh pada gue. "Kalau Nak Damar gak ada keperluan mampir masuk dulu yuk-"

"Abi..." Senja menyela, menahan lengan sang ayah.

Tapi Abi justru mengacuhkan beralih membuka pintu lebar-lebar. "Ayo Nak Damar masuk dulu, kita ngobrol dulu sebentar."

Gue senyum. Entah kenapa pintu kayu yang terbuka lebar plus wajah Abi Senja yang entah sejak kapan tengah tersenyum, jatuhnya malah horor.

Sambil menelan ludah kasar gue menganggukkan kepala kaku. "I-iya Om..."

Berdoalah kamu Damaresta, semoga keluar dari sini kamu gak berubah babak belur.






Berdoalah kamu Damaresta, semoga keluar dari sini kamu gak berubah babak belur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penghujung Jalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang