Penghujung Jalan
Kantor Senja
•°•
Kemungkinan ketemu Senja di kantor dengan 39 lantai itu kemungkinannya kecil. Bayangin aja, gedung berlantai 39 udah pasti punya banyak karyawan. Kebetulan yang gak disengaja, ketemu Senja di dalam lift itu drama banget gak sih?
Gimana ya, kaya yang gak mungkin tapi kejadian aja gitu.
"Kalau boleh tahu ada keperluan apa ya?" tanya Senja.
"Mau ketemu Pak Yudi," jawab Joyi. Jelas-jelas Senja menangkap tatapan mata gue, gue yang diajak ngomong tapi mulut Joyi yang nyambar. "Mbak ini siapa ya? Temannya Damar?"
Joyi yang sempat melirik ke arah gue sekarang memfokuskan atensi pada sosok Senja yang mulai mengulas senyum. "Saya Senja, teman Damar."
"Teman baru ya?" alis Joyi berkerut tapi bibirnya ikut mengulas senyum, kepalanya menoleh sedikit dan melempar tatapan 'yang bener aja nih' ke arah gue.
"Kenalin, saya Joyi."
"Salam kenal, Joyi."
Untungnya Senja orang yang ramah, tangan Joyi disambut dengan ulasan senyum yang semakin melebar.
"Ruangan Pak Yudi ada di lantai 19, perlu diantar?" tanya Senja, perempuan penuh senyum itu tidak membiarkan hening barang sedetik saja.
"Gak perlu—"
"Boleh banget,"
Joyi memutar kepala, dahinya mengkerut saat iris matanya bersiborok dengan milik gue. Dia melotot seolah protes ucapannya disela gitu aja, tapi gue gak peduli, malah berpindah posisi hingga badan menjulang gue berada di tengah-tengah.
Joyi yang masih mengkerut sempat mendecih dan mencibir dengan suara pelan, "dasar tukang modus!"
"Memangnya, gak ngerepotin?" gue gak mau ambil pusing sama tingkah Joyi, ajak ngobrol Senja tuh jauh lebih menyenangkan.
"Engga juga," Senja menjawab sambil memeluk lebih erat ideapad miliknya. "Kebetulan mau ke lantai 19 juga, mau kasih laptop."
"Oh gitu…"
"Lusa kemarin saya ketemu Alubiru di acara workshop, tapi saya gak lihat kamu." Senja yang awalnya menunduk menatap lantai lift kini mengangkat wajah sedikit, mencoba melakukan kontak mata. "Biasanya kalian kemana-mana berdua terus?"
Senja sama Alubiru itu saling kenal. Usut punya usut, ternyata mereka kenal karena sempat kerjain project bareng. Tapi herannya gue gak pernah tahu kalau Alubiru punya kenalan seperti Senja, kalo gak dipaksa hadir kencan buta waktu itu gue kayanya gak akan kenal deh sama Senja.
"Oh itu, lagi marahan, selek-an." celetuk Joyi.
"Hm? Marahan?" kepala Senja makin mendongak, tatapan matanya seolah memaksa gue untuk menjelaskan lebih jauh maksud dari celetukan Joyi barusan.
Gue menghela napas, mencoba gak semprot Joyi atau sambat di depan Senja.
"Ya… gitu lah, biasa." respon gue seadanya. Gak mungkin lah gue jawab jujur, gue marahan sama Alubiru gara-gara cewek. Bisa anjlok reputasi gue.
"Biasa, gara-gara cewek." celetuk Joyi lagi.
"Joy…" gue mendesis, pandangan gue beralih pada Joyi yang sekarang menyengir lebar.
Ting!
Lift berdenting ketika sampai di lantai 19. Senja sempat terhenyak kecil sebelum akhirnya keluar lebih dulu, lalu menuntun kami ke ruangan Pak Yudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Jalan
Short StoryDamar sudah lelah. Seluruh perjuangannya tidak ada yang membuahkan hasil, selalu terhalang oleh sekat kuat tak kasat mata. Ingin sekali menyerah, tapi pada penghujung jalan, ia menemukan titik cerah. Ternyata skenario-Nya lebih indah. Kim Doyoung...