Sera menepuk pipinya.
"Kayaknya gue stress deh!" serunya dengan cepat berbalik hendak menjauh. Namun, suara Adit terlebih dahulu memanggilnya.
"Sera Anggraini, lo mau kemana?"
Terpaksa tubuhnya berhenti, dan meoleh sejenak. "Ah, tadi gue mau kesana Kak!" serunya dengan cepat memunjuk ke arah teman-temannya.
"Mau belajar enggak? Gue lagi baik nih," ujarnya menawarkan dengan suara yang lembut.
Sera mebalikkan badannya dengan cepat. Demi apa woy! Kok sulit dipercaya.
"Enggak bercanda kan?"
Adit malah memutar bola matanya. Serius, Adit berdiri di tengah lapangan yang panas ini saja sangat tampan, dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya. Lalu wajah datar yang menunjukkan sikap cuek sadisnya.
Eh, kenapa ia jadi fokus ke bibirnya. Menelan salivanya dengan susah payah, ia berpikir. Apakah Adit sudah megingat malam itu?
"Woy!" tegur Adit mnyadarkan Sera yang melamun memandangi wajahnya.
"Apa lo! Mulai ngehaluin gue yah, gue tau kok gue ganteng. Tapi, gak usah ditunjukin segitunya juga begok!"
Sera meringis.
Malu.
Auahhhh.
Dino dan Jena melupakan sahabatnya itu. Mereka saling melempar-oper bola. Tanpa sengaja, Dino melempar bola terlalu kuat.
"SERA AWAS!" peringat Dino sambil berlari mengejar bola yang melambung kearah Sera.
Sera malah terdiam. Kepalanya mengikuti arah pergerakan bola tersebut. Adit yang menyaksikannya hanya berdecak.
Betapa bodohnya gadis ini.
"Dasar begok! Kayak drama aja." tangannya dengan cepat menarik Sera mendekat padanya. Gadis tersebut menabrak dada bidang Adit.
Dino meringis. Takut akan dimarahi Adit. Jena sudah pergi dengan alasan ke UKS. Teman sekelsnya pura-pura sibuk masing-masing.
Dino menghampiri Adit.
"Aduh Kak, maaf banget ini-"
"Gak sengaja? Cih! Alasan gak guna!"
Jantung Dino berdegup kencang. Ia menggarup kepalanya yag tidak gatal, berusaha mencari sebuah ide yang bisa menyelamatkannya. Naasnya, Adit terlebih dahulu mengusirnya.
"Lo pergi deh dari hadapan gue, sebelum lo gue hajar."
Menatap ragu, Dino bertanya kembali. "Sekarang, Kak?" cicitnya pelan.
Adit mengeraskan genggaman tangannya pada lengan Sera membuat gadis tersebut meringis di dalam pelukan Adit. Dino yang melihatnya ikut meringis.
"I-iya, se-sekarang. Sekali lagi maaf Kak!" serunya sambil berlari mengikuti jejak Jena.
Setelah merasa sedikit tenang. Adit melihat bercak merah di lengan Sera. "Eh, ini? Sorry, tadi emosi."
Sera mundur, sedikit menjaga jarak dari Adit. "Haha, enggak papa kok."
Adit kembali cuek. Tapi ia menarik pergelangan tangan Sera membawanya pergi menuju perpustakaan. Gadis tersebut tetap diam saja. Tidak berniat membuka suara.
Disini lah Sera berakhir. Ia hanya duduk sesuai perintah Adit, menunggu lelaki tersebut mengambil buku-buku yang harus di pelajari.
Rasanya belajar itu membosankan. Ia hanya bisa bermain dengan jari-jarinya. Sampai ia lelah sendiri. Memerhatikan dimana lelaki itu kini berada, ternyata dia berdiri di rak tempat buku khusus olimpiade.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE BOY? [TAMAT]
Teen Fiction"Percuma otak gue pinter dalam matematika, kalau gue gak bisa pinter ngejaga hati orang yang gue suka." Awal pertemuan Sera dan Adit tidak ada bagusnya. Semuanya berantakan, saat mereka bertabrakan di koridor. Sejak saat itulah Sera membenarkan seti...