22

18 5 3
                                    

Adit mengacak-acak rambutnya frustasi. Kedua bola matanya masih fokus menatapi layar komputer yang menunjukkan gambar seorang pria bertopi hitam, serta berpakaian hitam juga, tengah menuangkan minyak di pintu perpustakaan.

Mengusap wajahnya lelah. Walau diulang berkali-kali, ternyata hasilnya tetap sama. Layar kembali hitam. CCTVnya dirusak.

Adit menatap Pak Ok sambil menggelengkan kepalanya. "Menurut Pak Ok, kira-kira orang yang menghancurkan CCTVnya itu siapa?"

Lelaki yang sudah berumur itu tengah termenung. "Kalau Pak Ok pikir, mungkin pelakunya enggak sendiri. Bisa aja dia bawa teman. Tapi, mereka sepertinya sudah mengenal dengan detail letak seluruh CCTV di sekolah ini."

Adit menyetujui ucapan Pak Ok. Ia tengah bingung. Bagaimana cara menemukan Sera? Setelah selamat keluar dari perpustakaan, ia sidah tidak menemukan keberadaan Sera.

"Pak, saya permisi dulu. Maaf ganggu malam-malam begini." Ujar Adit dengan sopan menyalimi tangan Pak Ok.

Pak Ok tersenyum. "Hati-hati Nak, di jalan." Adit hanya membalas dengan gumamannya.

Tujuannya kali ini adalah satu, apartemen Sera terlebih dahulu.

~~~•••~~~

Mata Adit menatap tajam gedung tinggi di depan matanya ini. Baru saja hendak turun dari motornya, getaran ponselnya mengalihkan perhatiannya.

Mata Adit melotot. Dengan cepat ia mengenakan helmnya kembali, lalu meng-gas motornya seceoat mungkin.

"Banu Bangsat!" umpatnya ditengah kebisingan angin yang terdengar kencang.

Fokusnya kembali pecah, kala bunyi dering ponselnya kembali terdengar. Kali ini ia melihat nama Nio tertera dilayar ponselnya.

"AP-"

"Sera gimana? Baik ajakan tuh anak? Kalau sampai dio gores satu senti doang, abis lo gue bunuh-"

Kepala Adit rasanya mau meledak sekarang. Mukanya sudah terlihat akan memukul siapa saja orang didekatnya.

"Setan lo bisa diam dulu kagak?! Bangsat lo!" Mulutnya berbicara tanpa bisa ia kontrol lagi.

Nio malah cengo. Dapat dabel umpatan dalam sekali dengar tuh kan nyesek. "Anjir! Sabar oy!"

Mengusap wajahnya lelah. Pikirannya sangat kalut akan keadaan Sera sekarang. "Lo datang ke markas Banu, gue mau kesana. Sera dia ambil dari gue, bangsat!"

Adit mematikan ponselnya. Lalu kembali menyalakan motornya, membelah jalanan sepi.

Sesampainya di depan sebuah bangunan tua di tengah pepohan lebat yang gelap ini, membuat ia agak suli melihat keadaan disekitar. Bagaimanapun, ia harus waspada agar bisa menyelamatkan kekasihnya.

"Gue tau Banu pasti udah siapin berbagai macam cara untuk nyiksa gue." gumam Adit meratapi bangunan tua dihapannya ini.

Dengan langkah tergesa, namun waspada. Ia memeriksa keadaan penjaga pintu masuk markas Banu.

Sepi?

Senyuman miring terbit diwajah Adit. "Jebakan. Masih tetap sama kah?"

Dengan penuh tenaga, Adit menendang pintu rumah tua ini. Sesuai dugaannya, semuanya belum berubah. Dihadapannya sudah terpampang seorang gadis yang tengah terikat dengan mukut yang dilakban.

SAVAGE BOY? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang