32

8 1 0
                                    

Helaan napas kembali terdengar dari Sera. Diiringi hentakan meja yang cukup keras, sampai berhasil membuat kedua temannya terkejut mengelus dada.

"Lo apaan sih? Kaget woy!" sebal Dino sambil meredakan batuknya. Karena tadi baru minum air mineralnya, tiba-tiba suara gebrakan keras ulah Sera mengejutkannya.

Sera memandang wajah ketiga temannya, lalu nyengir. "Hehe, sori yah. Gue lagi sebel nih!" keluhnya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa lagi sih?" tanya Jena sambil menaikkan sebelah alisnya. Cukup penasaran.

Sera menunjukkan layar ponselnya. Chat yang kirim untuk Kak Adit gak di baca. Padahal kan masih online. Manalagi Sera ngirimnya sudah lima menit.

"Wah, parah sih!"

"Eh, apaansih? Gue kepo juga," Dino menyerempet disebelah Jena menatap ponsel Sera lamat-lamat.

Dino mendengus. "Udahlah Ser, itu tandanya dia gak mau berhubungan apa pun sama lo lagi. Cari cowok lain sana, atau sama gue juga boleh," kedua alis Dino naik turun menggoda Sera yang menatapnya datar.

Saking sebalnya, Sera sampai melempar bakwannya diwajah Dino. "Lo bikin gue tambah kesel!" gerutu Sera sambil mengembungkan pipinya.

"Eh, Bella sakit apaan yah?" tanya Sera yang baru sadar sobat Jena satu itu sudah 3 hari tidak kelihatan batang hidungnya.

Jena mencomot kentang goreng diatas meja. "Katanya sih demam,"

"Gak tau tuh anak, ngeluhnya pusing mulu." sambung Dino.

Sera mengangguk-anggukkan kepalanya. Manik matanya menatap kearah sekitar. Tidak ada manusia yang bernama Adit itu. Padahal ia ingin bertemu. Apakah ia harus datang ke kelas cowok itu?

"Jen, No, gue mau ke kelas Kak Adit dulu yah!" tanpa mendengar ucapan temannya, Sera bergegas menuju kelas mantannya itu.

Berdiri di depan kelas XII IPA 1, sedikit rasa ragu untuk mengetuk pintu yang tertutup rapat di depannya ini. Dengan berusaha sekuat tenaga kepalan tangannya akan mendarat pada pintu berwarna coklat di depannya. Kebetulan terbuka dan menampilkan sosok yang ia cari.

Dengan cepaat Sera menarik tangan Kak Adit dan membawanya ke taman belakang sekolah.

"Lo apaan sih?!" bentak Adit dengan cepat menghempaskan tangan Sera. Tangannya ia elapkan pada seragam sekolahnya. Hal itu pun tak luput dari pandangan mata Sera.

"Yaampun Kak, tangan aku gak berkuman kok," ujarnya sambil berusaha menghilangkan pikiran negatif dari kepalanya.

Adit menghunuskan tatapan tajam. "Sikap lo yang kaya gini bikin gue tambah muak. Lo nyadar gak sih, kalau lo itu kayak murahan?" ucapan Adit membuat mulut Sera ternganga tidak percaya.

"Kak! Ucapan Kakak itu kasar banget!" tegur Sera nge gas. Mana mau dia dikatain murahan. Dikira cabe apa?

Adit berdecih. Tangan cowok itu dilipat di dada. "Lo itu lebih kurang murahan juga, sama lah kayak induk lo!"

Plakkk!

Sera mengeratkan giginya, rasanya tangannya kebas. Wajah Adit pun sampai tertoleh ke kiri, akibat tamparan kuat dari Sera.

"Kalau Kak Adit sakit hati sama Sera, jangan bawa-bawa Mama. Mama itu manusia, kamu samain kayak hewan. Induk?" Sera tersenyum kecut. Rasanya Adit kali ini sangat sadis ucapannya.

"Gue berkata yang sebenarnya. Lo gak lebih menjijikkan dari Sekar Anggraini. Setelah ngedeketin Papa, sekarang anaknya ngedeketin gue. Konspirasi macam apa ini?"

Sera mengerutkan keningnya. "Sekar Anggraini? Itu Mama. Mama gak mungkin ngedeketin Papa Kak Adit!" walaupun ia tidak tau kehidupan Mamanya sehari-hari. Tapi, ia yakin. Ibunya tidak mungkin menghancurkan keluarga Kak Adit.

"Iya, Mama lo itu pelakor di rumah tangga keluarga gue yang harmonis. Gue kasih tau yah, jangan begini. Sesama perempuan kenapa saling menyakiti sih? Padahal disakiti sendiri enggak mau." ujar Adit sambil menggeleng tidak percaya. Tapi, semua ini sudah ia selidiki kebenarannya.

Mama Sera, Sekar Anggraini. Wanita yang akan menikah dengan ayahnya bulan depan.

"Kak..." Sera dengan cepat memeluk tubuh tegap Adit dengan erat.

"Mama gak mungkin begitu. Aku juga enggak tau gimana kehidupan Mama," lanjutnya dengan suara yang bergetar.

Adit membeku. "Tapi, semua kebutuhan lo itu dipenuhi oleh bokap gue. Mulai dari apartemen, hingga transferan besar itu dari bokap." jelas Adit tanpa mau menatap wajah perempuan yang memeluknya erat ini.

"Tapi aku gak tau semua itu Kak, Mama, Mama selama ini menghila-"

"Lepas! Gue gak punya banyak waktu," Adit berusaha melepaskan tangan Sera yang memeluknya erat. Namun gadis ini menggeleng, kepalanya semakin ia tekan di dada Adit.

"Gak mau! Kalau aku lepas, Kak Adit akan hilang. Aku gak mau kehilangan Kak Adit, hiks..."

Tangisan Sera membuat Adit terdiam. Tidak ada berontakan dari tubuh cowok itu.

"Aku, aku sayang Kak Adit. Semuanya bukan konspirasi atau apa pun. Tapi, ini murni dari hati aku, Kak..." Sera tergugu dalam pelukannya sepihak.

Adit sendiri tengah bingung akan perasaan dan akal sehatnya tengah bertarung, berusaha meruntuhkan satu sama lain. Jika hati menang, maka ia akan memeluk Sera dan menenangkan gadis ini. Dan jika akal sehatnya yang menang, mungkin ia akan menghempaskan dan meninggalkan gadis ini.

Mengeratkan pejaman matanya. Adit mengangkat tangan kanannya mengelus punggung Sera. "Shttt, jangan nangis lagi," suaranya terdengar lembut. Walaupun wajahnya tetap menghadap lurus ke depan.

Swra mendongakkan kepalanya. "Kak Adit percaya kan, sama Sera?" tanyanya dengan linangan air mata. Mau tidak mau Adit menghapus jejak air mata sialan itu. Berani sekali, gara-gara air mata ini benteng pertahanannya runtuh.

"Percaya, tapi ada yang perlu kita konfirmasi,"

"Konfirmasi?"

"Mau bolos?" tanya Adit sambil mengelus kepala Swra lembut.

Gadis dengan rambut hitamnya yang tergerai indah ini menganggukkan kepalanya. "Mau Kok, asalkan dengan Kak Adit!" jawabnya dengan semangat.

Jawaban Sera telah berhasil menarik segala pikiran negatif Adit. Yang dimana saat ia mendengar semua rahasia tentang keluarganya yang diketahui oleh Banu.

Saat itu, ia mulai menyelidika semua kebenaran tentang foto kebersamaan Papanya dan Mama Sera. Ia mulai menyelidiki Sekar Anggraini. Ternyata itu benar, dia adalah Mama Sera yang selama ini menghilang bak di telan Bumi.

Sera memandangi jalanan yang terlihat sepi, sehingga mobil yang dikendarai oleh Adit bisa melaju dengan kecepatan tinggi.

"Kak, aku belom mau mati muda ih!" sebal Sera sambil mengeratkan genggamannya pada sabuk pengaman.

Adit mendengus. "Lo gak gue izinin mati muda sebelom bisa hidup menua bareng gue," jawaban cepat dari Adit berhasil membuay pipi Sera bersemu merah.

Adit menoleh sekilas. "Wah, lo salting yah?"

Sera gelagapan. Kedua tangannya menutup pipinya yang terasa panas dan bibirnya ini mengapa ingin sekali tersenyum lebar?

"Eng-engak kok!" elaknya.

"Iya deh, lop yu, tapi boong!"

"I love you too, Kak Adit. Ini nyata, berasal dari perasaan terdalam dari hatiku," sahut Sera sambil mengembangkan senyumnya.

Adit yang fokus menatap kurus jalanan menarik sudut bibirnya. Senyuman tipis menghiasi wajah datar cowok ini. "Udah mulai pinter bucin yah, bagus. Tingkatkan!"

Sera memandang ke jendela kaca disebelahnya. "Apaansih?!" walaupun begitu, ia terkekeh pelan. Hari ini, ia bahagia. Biarkan kebahagiaan seperti ini selalu menemaninya.

•••
Queen typo, maafkan bila ada salah kata 🙏

Kamis, 25 Februari 2021
NekoPtr24

SAVAGE BOY? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang